LATEST POSTS:
Recent Posts

SEJARAH KERAJAAN BALI

Kerajaan Bali adalah sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau berukuran kecil yang tak jauh dari Pulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan ini berada di sebuah pulau kecil yang dahulu masih dinamakan dengan Pulau Jawa sehingga bisa dikatakan pulau ini masih dianggap sebagai bagian dari Pulau Jawa.
Kerajaan ini pada umumnya menganut kepercayaan berupa agama Hindu walau pada perkembangannya nanti ternyata tidak hanya agama Hindu yang dominan, tapi juga kepercayaan-kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Ini bisa terjadi karena kentalnya budaya nenek moyang pada saat itu walau kerajaan ini sudah berdiri. Di kerajaan ini pun berkembang agama Buddha dengan cukup baik dan cukup banyak penganutnya.
Bukti adanya kerajaan di pulau kecil yang dahulu juga dinamai Pulau Dewata ini bisa didapatkan dari bukti-bukti sejarah yang ditemukan di pulau ini. Salah satunya adalah sebuah prasasti yang ditemukan di sebuah desa bernama Desa Blanjong Sanur. Prasasti itu menuliskan tahun 836 saka dengan nama-nama rajanya pada saat itu.
Pusat Kerajaan Bali kali pertama ada di Singhamandawa dengan raja pertama kerajaan ini bernama Sri Ugranesa. Menariknya, jika mengacu pada bukti sejarah prasasti, kerajaan ini pernah dikuasai oleh Kerajaan Singasari pada abad ke-10 dan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
Walau Pulau Bali terpisah secara geografis dengan Pulau Jawa, hubungan di antara keduanya sangatlah baik, termasuk ketika kerajaan ini berkuasa di Pulau Bali. Hubungan yang dibangun pun sangat baik. Hal ini terbukti ketika pada saat kerajaan ini ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit sehingga sebagian besar masyarakat Kerajaan Bali melarikan diri ke Pulau Jawa, sedangkan sisanya memilih untuk tetap tinggal di Bali.
Kejayaan Kerajaan Bali

Memang sudah menjadi hukum alam bahwa suatu peradaban yang muncul pasti akan mengalami masa kejayaan, masa kemunduran, dan pada akhirnya keruntuhan. Hal ini bisa kita lihat dengan silih bergantinya kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia lewat berbagai macam sumber sejarah. Sama halnya dengan kerajaan ini. Kerajaan Bali pun mengalami masa kejayaan dan masa kemunduran.
Masa kejayaan Kerajaan Bali terjadi pada saat Dharmodayana naik tahta. Pada masa Dharmodaya, kerajaan ini mengalami kejayaan dengan sistem pemerintahan yang semakin jelas daripada sebelumnya. Di sisi lain, kita mengetahui bagaimana akrabnya hubungan Bali dengan Pulau Jawa.
Pada masa Dharmodayana ini, pihak kerajaan memperkuat hubungan tersebut dengan mengawinkan Dharma Udayana dengan Mahendradata, putri dari raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Hal ini akhirnya semakin memperkokoh kedudukan kerajaan di antara Pulau Jawa dan Bali.


Kehidupan Masyarakatnya


a.      Kehidupan Politik
Stuktur birokasi kerajaan Bali berdasarkan pada prasati yang dikeluarkan oleh raja Udayana adalah sebagai berikut.
1)      Raja berperan sebagai kepala pemerintahan, jabatan Raja diwariskan secara turun temurun.
2)      Badan penasihat Raja disebut pekirakiran i jro makabehan yang bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada Raja dalam pengambilan keputusan penting. Badan ini terdiri dari beberapa senapati dan beberapa pendeta agama Hindu ( dang acarya ) dan Buddha ( dan upadhyaga )
3)      Pegawai Kerajaan membantu raja dalam bidang pemerintahan, penarikan pajak dan administrasi.
b.      Kehidupan Sosial
Pada masa Kerajaan Bali Kuno, struktur masyarakatnya didasarkan pada sistem kasta, sistem hak waris, sistem kesenian, serta agama dan kepercayaan. Ada hal  yang menarik dalam sistem keluarga Bali yang berkaitan dengan pemberian nama anak, misalnya Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Pada golongan Brahmana dan Ksatria untuk anak pertama disebut Putu. Pemberian nama tersebut diperkirakan dimulai pada zaman Raja Anak Wungsu dan berkaitan dengan upaya pengendalian jumlah penduduk.
c.       Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Kerajaan Bali adalah bercocok tanam. Hal tersebut dapat di ketahui dari beberapa prasasti Bali yang menyebutkan sawah, parlak ( sawah kering ), gaja (ladang), kebwan (kebun), dan kasuwakan (pengairan sawah).

d   b. Kehidupan Budaya
Pada prasasti-prasasti sebelum  pemerintahan Raja Anak Wungsu, telah disebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Namun baru pada zaman Raja Anak Wungsu dapat membedakan jenis seni ke dalam dua kelompok besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat yang biasanya berkeliling menghibur rakyat. Berikut jenis-jenis seni yang berkembang pada masa itu :
a)      Patapukan (atapuk/topeng)
b)      Pamukul (amukul/penabuh gamelan)
c)      Abanwal (permainan badut)
d)      Abonjing (bujing musik Angklung)
e)      Bhangin (peniup suling)
                         f)       Perbwayang (permainan wayang)
 Kemunduran Kerajaan Bali

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa adalah sifat alamiah suatu peradaban mengalami pasang surut. Ketika peradaban itu muncul, ia akan mengalami masa kejayaan kemudian mengalami masa kemunduran dan pada akhirnya akan berakhir pada masa kehancurannya.
Pernah pada suatu masa, pihak kerajaan memiliki seorang patih yang kekuatannya sangat luar biasa. Patih itu bernama Kebo Iwa, kekuatannya yang sangat terkenal di seantero Pulau Jawa dan Bali membuat kedudukan kerajaan semakin kuat dan sulit untuk ditaklukkan. Patih Kebo Iwa hidup bersamaan tepat pada masa Kerajaan Majapahit yang kemudian mulai berpikir untuk menaklukkan Bali.
Suatu ketika, Patih Kebo Iwa berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit sebagai sebuah penghargaan terhadap dirinya oleh Patih Gajah Mada. Hal ini dilakukan karena Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit yang pada saat itu pergi ke Bali untuk menaklukkannya ternyata tidak bisa karena ketangguhan pasukan di bawah pimpinan Patih Kebo Iwa.
Ketika sampai di Pulau Jawa, Patih Kebo Iwa diminta untuk membuat sebuah sumur. Dengan kekuatannya, hal itu tentu menjadi hal yang mudah bagi dirinya. Tetapi, kemudian muslihat pun dilaksanakan. Ketika Patih Kebo Iwa sedang menggali sumur, sumur itu pun ditutup dengan tanah dan batu-batu oleh para tentara Kerajaan Majapahit.
Mereka berniat untuk mengubur hidup-hidup Patih Kebo Iwa di dalam sumur itu. Namun, hal ini ternyata tidak berhasil karena saking kuatnya Patih Kebo Iwa, pasir dan batu-batu yang ditimpakan di atas Patih Kebo Iwa tadi berhasil dilontarkan ke atas. Itu membuktikan betapa kuatnya Patih Kebo Iwa dan tidak dapat dibunuh dengan cara seperti itu.
Pada akhirnya, Patih Kebo Iwa menyerahkan dirinya sendiri kepada Kerajaan Majapahit dan merelakan dirinya untuk dibunuh. Mengetahui hal ini, tentu pihak Kerajaan sangat marah. Kemudian, Patih Gajah Mada mengambil inisiatif berupa sebuah strategi perang untuk pergi ke Bali dengan berpura-pura menyerah dan minta diadakan perundingan di Bali.
Patih Gajah Mada berniat untuk menangkap Raja Bali pada saat itu, yakni Gajah Waktra dengan dalih menyerah dan ingin mengadakan perundingan di Bali. Ia pun berhasil hingga pada saat itulah kerajaan ini resmi runtuh dan berada dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Setelah ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit, para penduduk Kerajaan Bali pun melarikan diri ke daerah pegunungan, masyarakat Bali Kuno ini sering disebut Bali Aga. Kini, mereka bisa kita temui di daerah Pulau Bali seperti di Desa Tenganan atau mungkin di daerah Tengangan Pengringsingan. Mereka memiliki adat dan pakaian adat sendiri yang khas dan sedikit berbeda dengan pakaian adat Bali pada umumnya.
Beberapa Peninggalan Kerajaan Bali

Sudah menjadi sifat alamiah jika suatu peradaban meninggalkan berbagai macam benda bersejarah. Demikian juga dengan Kerajaan ini. Banyak sekali peninggalan benda bersejarah yang ditinggalkan oleh kerajaan ini, seperti benda-benda berikut ini.
Komplek Candi Gunung Kawi, terletak di Tampaksiring
Prasasti Blanjong, dikeluarkan oleh Sri Kesari
Prasasti-prasasti Raja Jayapangus, Udayana, Jayasakti, dan Anak Wungsu
Seni keraton
Seni rakyat
Memang banyak sekali peninggalan dari kerajaan ini. Tidak bisa dimungkiri, untuk mendapatkan dan mengidentifikasinya cukup sulit mengingat bukti sejarah yang kurang dan sebagian sudah mulai hancur dimakan zaman.
Namun, kita masih bisa mengingatnya dengan berkunjung, melihat berbagai macam peninggalannya tadi, hingga merasakan dan mungkin membayangkan bagaimana kondisi pada saat itu. Tertarik? Silakan langsung berkunjung ke tempat-tempat bersejarah peninggalan Kerajaan Bali.
Ingatlah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu dan ingat dengan sejarahnya, termasuk sejarah Kerajaan Bali. Kita pun bisa mengambil berbagai macam pelajaran dan pengalaman dari sana.

Raja2 Bali sebelum Majapahit yang datanya di dapat berdasarkan prasasti :

1. Çri Keçari Warmad?wa (Saka 835/913M)
2. Çri Ugras?na (Saka 837-864/915-942M)
3. Agni Nripati (Saka 841-875/953-953 M)
4. Taban?ndra Warmad?wa (Saka 877-889/955-967 M)
5. Candrabhaya Singha Warmad?wa (Saka 878-896/956-974M) –> Pendiri Tirta Empul.
6. Jana Sadhu Warmad?wa (Saka 897/975M)
7. Gunapryadharmapatni-Dharmo
dayana Warmad?wa (Saka 910-933/998-1011M)
Memiliki tiga Putra :
a. Airlangga (Kemudian menjadi Raja Kahuripan/Sebelum disebut Kadiri)
b. Marakata
c. Anak Wungsu

8. Çri Adnya Dewi (Saka 933-938/1011-1016M)
9. Marakata Pangkaja Sthana Tunggad?wa (Saka 938-962/1016-1040M)
10. Anak Wungsu (Saka 971-999/1049-1077M)
11. Sakalendu Kirana (Saka 1020-1023/1088-1101M)
12. Suradipa (Saka 1037-1041/1115-1119M)
13. Jaya Çakti (Saka 1055-1072/1133-1150M)
14. Ragajaya (Saka 1077-1092/1155-1170M)
15. Jayapangus (Saka 1099-1103/1177-1181M)
16. Arjaya Deng Jayaketana (Tidak diketemukan tahunnya, namun dari cara penulisan dan isinya diperkirakan antara Jayapangus dengan Ekajayalancana)
17. Ekajayalancana (Saka 1122-1126/1200-1204M)
18. Adhikuntiketana (Saka 1126/1204M)
19. Masula Masuli
20. Pameswara Çri Hyangning Hyang Adhidewalancana (Saka 1182-1208/1260-1286M)

Serangan Prabhu Kerthanegara Raja Singhasari Saka 1208/1286M
Pemerintahan Bali di bawah Singhasari :
1. Kryan Demung Sasabungalan (Saka 1206/1284M)
2. Kebo Parud Makakasir (Saka 1206-1246/1284-1324M)
a. Kedatangan para Arya dan Rohaniwan Kerajaan Singhasari
b. Kedatangan Para Mpu Keturunan Sapta Rsi bersama Bhujangga

Runtuhnya Singhasari, Bali kembali Mandiri :
1. Bethara Çri Maha Guru (Saka 1246/1324M)
2. Çri Walajaya Krethaningrat (Saka 1250-1259/1328-1337M)
3. Asta Sura Ratna Bumi Banten (Saka 1259-1265/1337-1343M)

Serangan Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada, bersama masuknya para Arya :
1. Arya Damar (1343-1345M)
2. Arya Kenceng (1343-1345M)
3. Arya Gajahpara (1343-1345M)

Kemenangan akhirnya diperoleh walau pun dengan berbagai trik dan tipu muslihat sebab kalah sakti oleh orang Bali Aga dan Bali Mula.
Pemerintahan Bali oleh Raja yang ditunjuk oleh Majapahit dan masih berasal dari Bali :
1. Kyayi I Gusti Agung Pasek Gelgel (Saka 1265-1272/1343-1350M)

Pemerintahan Bali oleh Raja (Adipati/sekarang = Gubernur) yang ditunjuk oleh Majapahit dan masih berasal dari Jawa :
1. Çri Kresna Kapakisan / Adipati Samprangan (Saka 1272-1295/1350-1373M)
Kemudian karena Çri Kresna Kapakisan merasa tidak sanggup memerintah Bali, maka bermaksud ingin meletakkan jabatan dan melapor ke Kota Raja Majapahit.
Akhirnya Gajah Mada mengutus Arya Kepakisan sebagai Patih Agung untuk mendampingi Çri Kresna Kapakisan. Sebab Gajah Mada memahami bahwa rakyat Bali tetap tidak akan mau tunduk kepada Majapahit jika tidak dipimpin oleh bukan orang2 keturunan Bali. Arya Kepakisan adalah keturunan dari Prabu Airlangga (Raja Kahuripan) yang merupakan anak kandung dari Gunapryadharmapatni-Dharmodayana Warmad?wa.

2. Çri Agra Samprangan (Saka 1295/1373M)
3. Çri Smara Kapakisan (Saka 1302-1382/1380-1460M)
4. Dalem Watur Enggong (Saka 1382-1472/1460-1550M)
5. Dalem Bekung (Saka 1472-1502/1550-1580M)
6. Dalem Sagening (Saka 1502-1543/1580-1621M)
7. Dalem Di Made (Saka 1543-1573/1621-1651M)
8. Gusti Anglurah Ketut Karang (Saka 1572-1602/1650-1680M)
9. I Gusti Agung Maruti (Saka 1573-1599/1677-1651M)
10. I Dewa Agung Jambe (Saka 1599-1664/1722-1736M)
11. I Dewa Agung Di Made (Saka 1664-1742/1714-1792M)
12. I Dewa Agung Gde (Saka 1714-1759/1792-1837M)
13. I Dewa Agung Sakti (Saka 1759/1837M)
14, Dst ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,..................
sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Bali
            http://www.anneahira.com/kerajaan-bali.htm
{[['']]}

SEJARAH KERAJAAN BLAMBANGAN


Blambangan berasal dari kata “Bala” yang artinya adalah rakyat dan “Ombo” yang artinya besar atau banyak sehingga dapat diartikan bahwa Blambangan adalah suatu kerajaan yang rakyatnya sangat banyak. Karena berhasilnya kerajaan Majapahit berdiri atas bantuan Arya Wiraraja maka beliau diberikan “tanah lungguh” yaitu hutan Lumajang termasuk Gunung Bromo dan sampai tepi timur Jawi Wetan, sampai selat Bali pada tahun 1294. Pada Babad tanah Blambangan dimuat, ”Wit prekawit tanah Lumajang seanteron ipun kedadosaken tanah Blambangan.” Yang artinya Beliau memerintah Blambangan sejak tahun 1294 sampai 1301 dan diganti oleh putranya yang bernama Arya Nambi dari tahun 1301 sampai 1331. Setelah perang Nambi 1331 kerajaan Blambangan kosong tidak ada yang memerintah sampai tahun 1352. Kemudian diangkatlah Sira Dalem Cri Bhima Chili Kapakisan di Blambangan yang merupakan saudara tertua Dalem Cri Bhima Cakti di Pasuruan, Dalem Cri Kapakisan di Sumbawa dan Dalem Cri Kresna Kapakisan di Bali. Melalui perjalanan sejarah yang cukup panjang, pusat-pusat pemerintahan seringkali berpindah-pindah namun perpindahannya cenderung ke arah wilayah timur Jawa Timur.

Kerajaan Blambangan adalah kerajaan yang berpusat di Ujung paling timur pulau Jawa Blambangan dianggap sebagai kerajaan bercorak Hindu terakhir di Pulau Jawa. Di abad ke-16, satu-satunya kerajaan Islam yang berarti di Jawa Timur adalah Pasuruan. Daerah lain masih dipimpin penguasa yang beragama Hindu. Kemungkinan besar terjadi perang antara Pasuruan dan Blambangan pada tahun 1540-an, 1580-an dan 1590-an. Rupanya pada tahun 1600 atau 1601 ibukota Blambangan ditaklukkan. 

Menurut babad Jawa dan juga penulis Belanda François Valentyn, pada abad ke-17, Blambangan adalah bawahan Surabaya, namun hal ini diragukan. Yang jelas, Sultan Agung dari Mataram (bertahta 1613-1646), yang menyerang Blambangan tahun 1633, tidak pernah dapat menaklukkannya. Tahun 1697 Blambangan ditaklukkan oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti, raja Buleleng di Bali Utara, mungkin dengan bantuan Surapati Raja Blambangan Prabu Tawang Alun dikalahkan dan untuk sementara Ki Gusti Ngurah Panji Sakti menunjuk perwakilannya untuk memerintah Blambangan sementara, I Gusti Anglurah Panji Sakti memberikan kekekuasaan Kerajaan Blambangan kepada Cokorda Agung Mengwi setelah dinikahkan putri Raja Mengwi tersebut. 

setelah Blambangan dalam kendali Mengwi, Badung Ditunjuklah keturunan Prabu Tawang Alun untuk memegang Kerajaan Blambangan yaitu Pangeran Danuningrat, dimana Prabu Danuningrat untuk mengikat kesetiaan ia beristrikan Putri Cokorda Agung Mengwi. Sebelum menjadi kerajaan berdaulat, Blambangan termasuk wilayah taklukan Bali. Kerajaan Mengwi pernah menguasai wilayah ini. Usaha penaklukan Kesultanan Mataram terhadap Blambangan tidak berhasil. Inilah yang menyebabkan mengapa kawasan Blambangan (dan Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk pada budaya Jawa Tengahan, sehingga kawasan tersebut hingga kini memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku. Pengaruh Bali juga tampak pada berbagai bentuk kesenian tari yang berasal dari wilayah Blambangan.

Silsilah Raja Kerajaan Blambangan :

Silsilah Awal


  • Mpu Withadarma
  • Mpu Bhajrastawa
  • Mpu Lempita
  • Mpu Gnijaya
  • Mpu Wiranatha
  • Mpu Purwantha
  • Ken Dedes
  • Mahisa Wonga Teleng
  • Mahisa Campaka
  • Lembutal
  • Rana Wijaya/Raden Wijaya
  • Tribuana Tunggadewi
  • Hayam Wuruk
  • Wikramawardhana
  • Kerta Wijaya
  • Cri Adi Suraprabawa
  • Lembu Anisraya/Minak Anisraya
  • Mas Sembar/Minak Sembar
  • Bima Koncar/Minak Sumendhe (memerintah Blambangan pada tahun 1489-1500)
  • Minak Pentor (memerintah Blambangan 1500-1541)
  • Minak Gadru ( Memerintah Prasada/Lumajang): Minak Gadru menurunkan Minak Lampor yang memerintah di Werdati-Teposono-Lumajang.
  • Minak Cucu (Memerintah Candi Bang/Kedhaton Baluran): Minak Cucu terkenal dengan sebutan Minak Djinggo penguasa Djinggan beliau berputra SONTOGUNO yang memerintah Blambangan pada 1550 hingga 1582.
  • Minak Lampor
  • Minak Lumpat (Sebagai Raja di Werdati)
  • Minak Luput (Sebagai Senopati)
  • Minak Sumendi (sebagai Karemon/Agul Agul)
Kemudian Minak Lumpat atau SUNAN REBUT PAYUNG berputra Minak Seruyu/Pangeran Singosari (Sunan Tawang Alun I), Pangeran Singosari menaklukan Mas Kriyan dan seluruh keluarga Mas Kriyan, sehingga tidak ada keturunannya, Sunan Tawang Alun I memerintah wilayah Lumajang, Kedawung dan Blambangan pada tahun 1633-1639
Gusti Sunan Tawang Alun I memiliki Putra :

  • Gede Buyut
  • Mas Ayu Widharba
  • Mas Lanang Dangiran (Mbah Mas Brondong)
  • Mas Senepo/Mas Kembar
  • Mas Lego.
selanjutnya Mas Lego menurunkan MAS SURANGGANTI dan MAS SURODILOGO (MBAH KOPEK), Sementara Mas Lanang Dangiran menurunkan Mas Aji Reksonegoro dan Mas Danuwiryo.

Arkeologi :

Beberapa penemuan sejarah yang menjadi objek cukup menarik dari peninggalan kerajaan blambangan adalah Tembok Rejo, berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5 km terpendam pada kedalaman 1 - 0.5 m dari permukaan tanah dan membentang dari masjid pasar muncar hingga di areal persawahan Desa Tembok Rejo. Siti Hinggil atau oleh masyarakat lebih di kenal dengan sebutan setinggil yang artinya Siti adalah tanah, Hinggil/inggil adalah tinggi.Objek Siti Hinggil ini berada di sebelah timur pertigaan pasar muncar (lebih kurang 400 meter arah utara TPI/Tempat Pelelangan ikan). Siti Hinggil ini merupakan pos pengawasan pelabuhan/syah bandar yang berkuasa pada masa kerajaan Blambangan, berupa batu pijakan yang terletak di atas gundukan batu tebing yang mempunyai "keistimewaan" untuk mengawasi keadaan di sekitar teluk pang Pang dan Semenanjung Blambangan. Beberapa benda peninggalan sejarah Blambangan yang kini tersimpan di museum daerah berupa Guci dan asesoris gelang lengan, sedangkan kolam dan Sumur kuno yang ditemukan masih berada di sekitar Pura Agung Blambangan yaitu di Desa Tembok Rejo kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
Di samping itu pada lokasi Keraton Macan Putih didaerah Kecamatan Kabat didapati relief arkeologi dan benda benda yang terkubur saat ini dilokasi seluas 44 Hectare yang telah menjadi persawahan dan kebun sering didapati benda arkeologi milik kerajaan, beberapa puing tembok batas kerajaan pun terkubur rusak dan hancur, masyarakat setempat sering memindahkan dan atau menyimpan puing puing tersebut. Ditemui juga beberapa koleksi di beberapa museum di Belanda yang berisi gambar, foto maupun artefact Keraton Macan Putih.
Setelah Keraton Macan Putih hancur penerus Raja Blambangan yaitu Mas Jaka Rempeg mendirikan Kerajaan Bayu yang berada di sekitar Rawa Bayu kerajaan ini tidak bertahan lama karena perang Puputan Bayu 1771, yakni dalam hitungan bulan saja disini dapat ditemukan beberapa sisa artefact dan bekas peperangan dengan VOC
Hingga kini meskipun Kerajaan sudah hancur Para kerabat Kerajaan secara turun temurun tetap menjaga beberapa pusaka penting peninggalan Kerajaan.
Sumber : http://northmelanesian.blogspot.com/
{[['']]}
Lihat PETA WISATA ZI'ARAH CIKUNDUL di peta yang lebih besar
Lisensi Creative Commons
WISATACIKUNDUL oleh BUDAKSHARETM disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Berdasarkan ciptaan pada http://wisataziarahcikundul.blogspot.com/.
Izin di luar dari ruang lingkup lisensi ini dapat tersedia pada @WISATACIKUNDUL.

 
Support : MOVIE LIVE | LIVE DOWNLOAD
Profile Google + : PUTRA SUNDA | BUDAKSHARE-TM
Copyright © 2014. WISATA CIKUNDUL - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Follow on FACEBOOK : (1) Wisata Cikundul
Follow on TWITER : (2) Wisata Cikundul
Loading the player...