LATEST POSTS:
Recent Posts
Showing posts with label Foto Sejarah Cianjur. Show all posts
Showing posts with label Foto Sejarah Cianjur. Show all posts

Sejarah - Pemerintah Kabupaten Subang

Bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana.
Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Sagalaherang.

Hindu

Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.
Islam

Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok Subang.

Kolonialisme

Pasca runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai 212.900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di Subang.

Nasionalisme

Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang. Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap (Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928 berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI Pusat.

Jepang

Pendaratan tentara angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942 berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang.

Merdeka

Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front barat (Gunung Putri dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibukotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No. : 01/SK/DPRD/1977.
kumpulan bupati subang

Sumber : http://www.subang.go.id/sejarah.php


{[['']]}

Sufi Indonesia: Melawan Ekstrimisme Lewat Twitter


Indonesia adalah surga sufi. Beragam aliran berkembang dan pengikutnya diperkirakan lebih dari tujuh juta orang. Sufisme Indonesia kini mulai menjangkau kaum mapan di perkotaan, antara lain lewat Twitter.

Sufi Twitter @candramalik
Setiap tahun, ribuan sufi dari seluruh dunia berkumpul di Indonesia. Mereka tidak bicara soal kesesatan, mereka lebih memilih bercakap-cakap soal cinta kasih sembari mencari titik-titik temu antar beragam keyakinan.
Januari 2013, para sufi dunia berkumpul di Pekalongan, pulau Jawa. Mereka akan bicara tentang banyak hal terutama konflik di Timur Tengah.
Indonesia menjadi surga bagi para sufi. Jutaan orang menjadi pengikut aliran yang sering disebut sarjana barat sebagai mistikus Islam: mereka yang lebih mengedepankan batin dalam mendekati Tuhan.
Sufisme vs. Ekstrimisme
Mistikus Islam, kelompok tarekat atau tasawuf adalah nama-nama lain bagi mereka yang mempraktekkan sufisme.
“Sufisme fokusnya pada yang batin, sementara kelompok fundamentalis fokusnya adalah kewajiban melaksanakan hukum agama. Itulah yang membuat sufisme dalam sejarah Islam selalu berkonflik dengan kelompok fundamentalis,” kata Media Zainul Bahri, pakar sufisme yang sedang mengikuti program riset Post Doktoral Yayasan Humbolt di Universitas Köln Jerman kepada Deutsche Welle.
“Ketika seseorang mendalami dimensi batin agama, maka dia akan ‘bertemu’ dengan agama-agama lain. Karena itulah sufisme sangat toleran terhadap perbedaan keyakinan, karena dia lebih melihat pada dimensi batin agama.“
Meski dikenal dunia sebagai negara berpenduduk muslim moderat, namun belakangan Indonesia mengalami gelombang pasang intoleransi: pemboman oleh kelompok teroris maupun penyerangan atas kelompok minoritas oleh kelompok Islam radikal.
Kelompok sufisme sangat tidak suka dengan kelompok radikal, kata Zainul Bahri. Tapi pandangan mereka sayangnya jarang diekspos oleh media massa. Dia meyakini bahwa sufisme sangat efektif untuk melawan doktrin-doktrin di dalam Islam yang bersifat ekstrim.
“Pengikut sufisme itu bagian dari silent majority di dalam Islam”
“Sufi sangat toleran dengan perbedaan” Pakar Sufisme Media Zainul Bahri
Surga Sufisme
Islam masuk ke Indonesia abad ke-15 melalui sufisme. Menurut Zainul Bahri, para Wali Songo ketika pertama kali memperkenalkan Islam lebih banyak bicara soal nilai-nilai budi pekerti atau akhlak, dan itu dekat dengan ajaran Hindu dan Buddha yang saat itu menjadi agama mayoritas.
Sifat sufisme yang lebih banyak bicara soal nilai-nilai kebaikan itu membuat Islam menjadi lebih gampang diterima di Indonesia.
Zainul Bahri memperkirakan, kini ada lebih dari tujuh juta orang di Indonesia yang mengikuti ajaran sufisme. Organisasi Islam terbesar Nahdatul Ulama, bahkan mempunyai sayap organisasi tasawuf. Sebagian besar pengikut sufi, ada di pedesaan.
Namun beberapa tahun terakhir muncul gejala sufisme perkotaan. Di sejumlah perumahan paling elit Jakarta: kawasan Pondok Indah, Kuningan atau bahkan di hotel-hotel mewah digelar pengajian Tasawuf.
Zainul Bahri yang sempat mengajar di salah satu pengajian tasawuf elit Jakarta bercerita bahwa sebagian besar yang bergabung adalah kalangan pengusaha atau bekas pejabat.
Cendekiawan Islam paling terkemuka seperti almarhum Nurcholish Madjid, Haidar Bagir dan Jalaluddin Rakhmat termasuk diantara mereka yang “menularkan” sufisme di kalangan elit perkotaan.
Orang kaya lebih senang belajar tasawuf karena mereka ingin mencari ketenangan batin. Mereka menemukan kedamaian hati dan pencerahan: wajah Islam yang damai, toleran dan bersahabat.
Sufi Twitter
Jangan bayangkan jubah putih, sufi yang satu ini berbeda. Berambut gondrong, suka bercelana jeans, dan menenteng Ipad ke manapun dia pergi.
Namanya @candramalik, usianya 34 tahun. Dia mendeklarasikan diri sebagai sufi Twitter. Follower-nya di jejaring sosial lebih dari 30 ribu. Serial Tweet-nya, terutama di malam hari lewat #FatwaRindu dan #Seucap disukai para pengikut.
Indonesia adalah negara yang menggilai Twitter. Akhir 2012, lembaga riset Semiocast asal Prancis mengungkapkan bahwa Jakarta adalah kota dengan lalu lintas percakapan Twitter paling tinggi di dunia, mengalahkan di urutan berikutnya New York, Tokyo, London, Sao Paolo. Nomor enam tertinggi di dunia adalah: Bandung, yang mengalahkan Paris dan Los Angeles.
“Lewat Twitter, saya bisa menyampaikan pesan sufisme secara lebih terbuka, egaliter, dan bisa diperdebatkan siapa saja tanpa penghalang, itu sangat cocok dengan jiwa sufisme yang selalu membuka ruang bagi dialog“ kata Candra Malik kepada Deutsche Welle.
“Ketika mendeklarasikan diri sebagai sufi Twitter, sebetulnya saya sedang mendekonstruksi sufisme untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya sufisme sangat dekat dan berada di tengah masyarakat.“
Sufi masa kini, menurut Candra Malik tidak perlu selalu berjubah, pakai surban, dan menyembunyikan diri dari publik.
Candra Malik mempunyai pesantren tasawuf di Solo. Dia juga mengajar kelas sufi di kota-kota besar: Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya hingga Bali. Dia mengaku punya 3.500 murid dan sepuluh persen diantaranya mempunyai latar keyakinan Hindu, Buddha, Katolik, Kristen hingga Kejawen.
“Sufisme mengajarkan tentang cinta damai, kasih sayang, tentang bagaimana menghargai kemanusiaan. Seorang sufi selalu berusaha mengerti keberadaan manusia berasal dari keyakinan masing-masing tanpa memaksakan kehendak mana yang lebih benar.“
Saat bulan puasa 2012, Candra Malik merilis album kidung sufi “Samudera Cinta“, dia juga mengisi acara Ramadhan di salah satu stasiun televisi. Dalam beberapa konser, Candra Malik melibatkan paduan suara gereja.
“Twitter atau musik lebih efektif untuk menyebarkan sufisme di dalam masyarakat modern. Kalau hanya berhenti di pengajian atau mesjid, maka gagasan yang cinta damai itu tidak akan bisa merangkul kalangan yang lebih luas,“ pungkas Candra Malik.
{[['']]}

Temuan Perabotan Nyi Subang Larang di Kebun Jati


Temuan Perabotan Nyi Subang Larang di Kebun Jati

on Saturday, July 2, 2011 at 9:40am
Subang – Jurnal Nasional

SEBUAH cagar budaya baru peninggalan prasejarah zaman kerajaan Padjadjaran, ditemukan di Desa Nagerang, Keeamatan Binong, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar). Cagar budaya ini, sebagai penanda tempat tinggal Nyi Mas  Ayu Subang Larang, Istri Prabu Siliwangi, Raja Padjadjaran.

Peneliti dari Balai Arkelogi Bandung, Lutfi Yondri mengatakan, di lokasi yang dikenal  sebagai Teluk Agung -kini berubah jadi kebun jati itu-  menemukan tanda-tanda kehidupan pra sejarah. “Kami  menemukan manik-manik dan perkakas bekas perabotan Nyi Subang Larang,” katanya di Subang, Jumat (1/7).
Lutfi menunjukkan berbagai benda berkas terkubur di lokasi itu, misalnya gelang dan  kalung. Lutfi akan terus mendalami keberadaan bukti-bukti cagar budaya prasejarah di Teluk Agung itu. “Yang terpenting diperhatikan saat ini, jangan sampai setiap benda  hasil penemuan itu terganggu atau diganggu,” ujar dia.
TAHAP AWAL, DISPARBUD JABAR, MEMBERIKAN BANTUAN DANA RP500  JUTA UNTUK MEMBANGUN PINTU GERBANG DAN BENTENG DI SEKeLILING LOKASI  CAGAR BUDAYA.
Peneliti sejarah Prabu Siliwangi, Dasep Arifin, mengatakan, makin yakin kalau  Nyi Ayu Subang Larang memang pernah menetap di Teluk Agung, Nangerang itu. “Bukti-bukti yang ditemukan sudah menguatkan.”
Dase menjelaskan,  Subang Larang, kakak dari pendekar  yang melegenda yakni Joko Tingkir. Keduanya, anak Prabu Siliwangi seibu, yakni dari selir Dewi Khona’ah. Joko Tingkir, kelak berguru kepada Syeh Quro Nahdatul Ain, di Karawang. Cagar budaya itu perlu  dipelihara dim dilestarikan sebagai bukti perjalanan sejarah Raja Padjadjaran yang dikenal berganti rupa menjadi Maung Siliwangi. “Saya tak setuju, kalau tempat itu dikeramatkan.”
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, mengukuhkan cagar budaya Teluk  Agung sebagai cagar budaya baru, Itu dibuktikan dengan mendapatkan penetapan langsung dari Kepala Disparbud Jabar, Herdiwan, didampingi Acil Bimbo dan Dasep Arifin, dari  Dewan Kasepuhan Padjadjaran, Kamis (30/6).
Tahap awal, Disparbud Jabar, memberikan bantuan dana Rp500 juta untuk membangun pintu gerbang dan benteng di sekililing lokasi cagar budaya, melalui Yayasan Subang Larang. “Supaya, lokasi cagar budaya, kelak membawa manfaat bagi warga Jabar,”  ucap Herdian .• Deta Surya. JURNAL NASIONAL :: 2 Juli 2011, Hal. 16
INILAH.COM, Subang – Sebulan setelah ditetapkan, Situs Subang Larang mulai dibanjiri peziarah. Terlebih menjelang datangnya bulan Ramadan.
Dalam sepekan terakhir ini, tercatat jumlah peziarah yang datang ke situs purbakala istri Prabu Siliwangi, Nyai Subang Larang di Desa Nangerang, Kecamatan Binong, Subang pada angka tertinggi bisa mencapai 3.000 orang.
“Waktu malam Selasa kemarin, saya kira jumlah peziarah yang datang bisa mencapai 3.000 orang. Mereka datang secara bergelombang dari siang sampai malam hari,” ujar Kepala Bidang Budaya, Dinas Budaya, Wisata dan Olahraga (Disbudpora) Subang Mulyana kepada INILAH.COM, Selasa (26/7/2011) sore.
Dari pantauan, para peziarah tidak saja datang dari Jawa Barat. Tidak sedikit mereka yang datang dari luar Jabar bahkan dari Sumatera. Aktivitas yang mereka lakukan adalah membaca doa dan zikir di sekitar situs Nyai Subang Larang.
“Mereka yang datang langsung melakukan taawasul dan baca doa. Ada juga yang selesai tawashul pulang, tidak sedikit yang menunggu jam 00.00 zikir bersama dengan dipimpin salah seorang tokoh,” imbuhnya.
Situs Subang Larang yang ditemukan berupa bebatuan dan perhiasan serta sejumlah benda peninggalan Nyai Subang Larang. Situs itu pertama kali ditemukan pada 1979 dan 1981 di daerah Teluk Agung dan Muara Jati oleh Abah Roheman, warga setempat.
Setelah melalui tahapan kajian dan penelitian para ahli arkeologi, benda purbakala itu disimpulkan memiliki kesamaan dengan yang ada di Pakuan, Bogor. Hari ini genap satu bulan situs itu ditetapkan. [gin]

Situs Nyai Subang Larang, Subang Larang Santriwati Syech Quro

 Selasa, Juli 05, 2011  Radar Karawang

KETUA Yayasan Gelok Cipunagara, Endang, ketika menyaksikan Ketua Yayasan Subang Larang, Sonjaya, saat disemat lambang kujang oleh Acil Bimbo.
SITUS Nyai Subang Larang akhirnya terkuak di Desa Nangerang, Kecamatan Binong. Banyak yang berharap penemuan situs itu akan menjadi pencerahan yang nantinya bisa menjadi acuan terhadap tabir yang menyelimuti riwayat tanah Sunda.
oleh: Pirdaus, Subang
Terkait penemuan situs Nyai Subang Larang itu, Yayasan Gelok Cipunagara, langsung membeberkan riwayat Nyai Subang Larang. Dituturkan Endang, ketua yayasan itu, sejarah Nyai Subanglarang memiliki nilai sejarah tinggi bagi Kabupaten Subang. Diharapkan dengan dikukuhkannya situs tersebut akan menambah tempat wisata Subang sekaligus dapat mengangkat dan mengingatkan kembali pengisi Kabupaten Subang untuk mengingat sejarah era terdahulunya.
“Subang Larang adalah pimpinan Gelok tentunya situs Subang Larang dapat dijadikan lokasi wisata akan lebih ramai dikunjungi orang dari pada lokasi situs Gelok yang saya tempati. Gelok saja yang merupakan kepercayaan Subang Larang pengunjungnya ribuan apalagi Subang Larang sebagai atasannya,” ucap Endang.
Endang membeberkan, masa jayanya kepemimpinan Eyang Prabu Siliwangi pada abad ke-15, yang kemudian menjadikan Islam sebagai agama secara aman dan damai. Kedamaian tersebut diawali adanya pernikahan yang kedua Sang Prabu Siliwangi dengan Nyai Subang Larang yang merupakan putri Ki Gedeng Tapa, Syah Bandar Cirebon.
Nyai Subang Larang merupakan santri Syekh Quro atau Syekh Hasanuddin yang digembleng di Pesantren Syeh Quro di Karawang. Dinasti Eyang Prabu Siliwangi dari pernikahannya dengan Nyai Subang Larang, melahirkan tiga orang putra dan putri. Yakni Pangeran Walangsungsang, Nyai Lara Santang dan Raja Sangara.
Saat itu, dilanjutkan Endang, Syekh Quro yang dikenal pula dengan nama Syekh Hasanuddin, memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Persahabatan Ki Gedeng Tapa dengan Syekh Quro, menjadikan putrinya, Subang Larang masantren di Pesantren Syekh Quro. Adapun kedudukan Ki Gedeng Tapa adalah sebagai Syahbandar di Cirebon. Menggantikan Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Ki Gedeng Tapa dikenal pula dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati.
Dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari-CPCN karya Pangeran Arya Cirebon yang ditulis pada tahun 1720 m atas dasar Negarakerta Bumi, menuturkan bahwa Ki Gedeng Sindangkasih memiliki kewenangan yang sangat besar. Kewengannya tidak hanya sebagai Syahbandar di Cirebon semata. Dia juga memiliki kewenangan mengangkat menantunya, Raden Pamanah Rasa sebagai Maharaja Pakuan Pajajaran dengan gelar Sang Prabu Siliwangi.
Endang mengisahkan istri pertama Eyang Prabu Siliwangi adalah Nyi Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih. Adapun Istri keduanya bernama Subang Larang putri dari Ki Gedeng Tapa yang kini situsnya telah ditemukan di Bangerang, Binong yang sebelumnya ditemukan situs ponggawa utamanya bernama Gelok di Cipunagara yang ramai dikunjungi orang dan diwadahi dengan nama Yayasan Gelok Cipunagara.
Sementara Isteri yang ketiganya ketiga, Nyai Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang. Atas peristiwa pergantian kedudukan tersebut, Ki Gedeng Tapa dan Sang Prabu Siliwangi memiliki kesamaan pewarisan. Yang mana keduanya memperoleh kekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Hubungan antara keduanya dikuatkan dengan pertalian pernikahan. (bersambung)

Situs Subang Larang jadi Wisata Budaya

Kamis, 30 Juni 2011 19:36 oleh: annas nashrullah
TINJAU BINONG- Lokasi penemuan benda purbakala bernilai sejarah, situs Nyai Subang Larang akan melengkapi jumlah wisata budaya di Kabupaten Subang. Pihak Pemerintah Provinsi berencana akan menjadikan situs istri Prabu SIliwangi itu menjadi wisata budaya.

Untuk mendukung itu, Pemerintah Provinsi melalui Dinas Pariwisata dan Budaya Jabar akan mengucurkan dana sebesar Rp500 juta untuk penataan dan pengelolaan situs nyai Subang Larang yang bersumber dari APBD Perubahan 2011 Jabar.
“Saya barusan kordinasi dengan BAPPEDA. Kalau Rp500 juta akan disiapkan pada APBD tahun ini, untuk penataan area ini,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Herdiyawan
pada Pengujuhan Situs Subang Larang di Desa Nanggerang, Kecamatan Binong, Subang Kamis (30/6/2011).
Dana tersebut, kata Herdiyawan bisa dimanfaatkan untuk pemagaran area situs, pembuatan gerbang Situs Subang Larang, penataan area dan lainnya. Bahkan dalam impian Herdiyan, di tempat itu ada pedagang aksesoris budaya. “Rp500 juta bukan untuk pemagaran saja, tidak harus satu desa ini dipagar, area situsnya saja dulu,” imbuhnya.
Seorang warga abah Roheman menemukan situs Subang Larang itu di dua tempat yakni Teluk Agung dan Muarajati Desa nangerangm kecamatan Binong. Benda sejarah berupa batu, bejana ukuran kecil dan manic-manik ditemukan pada tahun 1979 dan 1981. Setelah dilakukan kajian ahli Arkeologi, benda purbakala itu memiliki nilai historis lahirnya Rara Santang atau Sunan Gunudjati.
Subang Larang sendiri merupakan istri Pamanah Rasa atau Prabu Siliwangi. Dari pernikahannya itu, Subang Larang melahirkan beberapa keturunan diantaranya Rara Santang melahirkan Sunan Gunung Djati dan Kerajaan di Banten, Sultan Hasanudin.
Sumber :http://menarahati.wordpress.com/2012/02/21/wisata-sejarah-subang-larang/
{[['']]}

Peninggalan Sejarah Cianjur


1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
Bekas Benteng Pajajaran
Bekas Benteng Pajajaran
15
15
Prasasti Batu Tulis
Prasasti Batu Tulis
Lambang Kerajaan Pakuan Pajajaran
Lambang Kerajaan Pakuan Pajajaran
Watu Gigilang
Watu Gigilang
Makam Aria Wangsa Goparana
Makam Aria Wangsa Goparana
Tempat Persembunyian di Jampang
Tempat Persembunyian di Jampang
Tempat Persembunyian di Jampang
Tempat Persembunyian di Jampang
Tempat Persembunyian
Tempat Persembunyian
Parit
Parit
29Makam Dalem Aria Wira Tanu Datar I
29Makam Dalem Aria Wira Tanu Datar I
Kuncen Makam
Kuncen Makam
Makam Dalem Aria Wira Tanu Datar I
Makam Dalem Aria Wira Tanu Datar I
Tangga Makam - Cikundul
Tangga Makam - Cikundul
Goa tapa Dalem Aria Wira Tanu I
Goa tapa Dalem Aria Wira Tanu I
34Tempat Siram Dalem Aria Wira Tanu
34Tempat Siram Dalem Aria Wira Tanu
Tempat Siram Dalem Aria Wira Tanu
Tempat Siram Dalem Aria Wira Tanu
Kuda kosong
Kuda kosong
Makam Dalem Cikundul
Makam Dalem Cikundul
Makam Aria Wira Tanu II
Makam Aria Wira Tanu II
Makam Aria Wira Tanu Datar IV
Makam Aria Wira Tanu Datar IV
Alun-alun Cianjur
Alun-alun Cianjur
Lonceng Kantor Kabupaten Cianjur
Lonceng Kantor Kabupaten Cianjur
Makam Aria Wiradimanggala
Makam Aria Wiradimanggala
Pintu makam Raden Aria Natadimanggala
Pintu makam Raden Aria Natadimanggala
Makam Aria Wiradimanggala
Makam Aria Wiradimanggala
Makam Misterius
Makam Misterius
Makam Aria Martayuda
Makam Aria Martayuda
Makam Aria Natadimanggala
Makam Aria Natadimanggala
Makam Nyi Raden Bodedar
Makam Nyi Raden Bodedar
Badak putih Cianjur
Badak putih Cianjur
Tempat Mandi Badak Putih Cianjur
Tempat Mandi Badak Putih Cianjur
Tempat Mandi Badak Putih
Tempat Mandi Badak Putih
Mesjid Agung Cianjur
Mesjid Agung Cianjur
Menara Mesjid Agung Cianjur
Menara Mesjid Agung Cianjur
Kecapi Cianjur
Kecapi Cianjur
Stempel Pajajaran
Stempel Pajajaran
Bukti Perjanjian Pajajaran
Bukti Perjanjian Pajajaran
Perjanjian Mataram
Perjanjian Mataram
Perjanjian Mataram
Perjanjian Mataram
Kontrak Cirebon - VOC
Kontrak Cirebon - VOC
Perjanjian Banten - VOC
Perjanjian Banten - VOC
Peta Wilayah
Peta Wilayah
Dagregister 1680
Dagregister 1680
Sumber Foto : http://flickriver.com/
{[['']]}
Lihat PETA WISATA ZI'ARAH CIKUNDUL di peta yang lebih besar
Lisensi Creative Commons
WISATACIKUNDUL oleh BUDAKSHARETM disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Berdasarkan ciptaan pada http://wisataziarahcikundul.blogspot.com/.
Izin di luar dari ruang lingkup lisensi ini dapat tersedia pada @WISATACIKUNDUL.

 
Support : MOVIE LIVE | LIVE DOWNLOAD
Profile Google + : PUTRA SUNDA | BUDAKSHARE-TM
Copyright © 2014. WISATA CIKUNDUL - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Follow on FACEBOOK : (1) Wisata Cikundul
Follow on TWITER : (2) Wisata Cikundul
Loading the player...