SEJARAH SINGKAT KERAJAAN/KESULTANAN JAILOLO
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
6:49 PM
with
No comments
{[['']]}
Kesultanan Jailolo secara utuh dari raja pertamanya “Kolano
Daradjati”. Daftar sisilah raja-raja Jailolo tersebut terdiri dari tiga
bagian. Lembaran besar adalah uraian daftar sisilah yang skemanya
diuraikan seperti “pohon terbalik” yang seluruh tulisan nama-namanya
beraksara Arab, satu lembar lagi adalah salinan ulang yang juga dalam
aksara Arab namun lebih diperinci dan diperjelas dengan melingkari
tiap-tiap nama yang tertera karena lembaran aslinya sudah hampir lapuk,
sedangkan satu lagi lembar kecil bertuliskan huruf arab dan yang
berlafadz-kan bahasa Tidore adalah Surat Keterangan yang manjelaskan
tentang daftar sisilah tersebut.
Sebelum
Sdr. Abdullah “Abdul Rahman Haryanto” Syah dinobatkan menjadi
Sultan Jailolo masa kini, para keturunan Sultan Doa yang tersebar di
mana-mana yakni di Tidore (Soa Sambelo, Mareku dan Toloa), pulau Ternate
(Dufa-Dufa), pulau Moti, pulau Makian dan di pulau Ambon sesuai alur
dalam daftar sisilah tersebut, mereka seakan telah menutup diri untuk
memikirkan “ke-Jailolo-an” nya. Bagi mereka itu semua adalah bagian dari
masa lalu. Mungkin yang mereka pikirkan adalah; Cukup kami anak-cucu
tahu bahwa nenek moyang kami memang berasal dari Jailolo, itu saja. Dan
mungkin juga semboyan latin; “Ibi Bene Ubi Patria – yang berarti ;
Dimana hidupku senang di situlah tanah airku” yang ada dalam pikiran
mereka, Wallahu wa’lam. Hanya mereka yang tahu. Apalagi setelah
dinobatkannya Sdr. Abdullah “Abdul Rahman Haryanto” Syah menjadi
“symbol” kesultanan Jailolo modern, membuat ke-tertutup-an mereka
semakin rapat. Mengingat hampir semua dari mereka tahu bahwa keturunan
Sultan Doa hijrah ke pulau Tidore dan menjadi kawula kesultanan Tidore
dan diberikan sebuah kawasan untuk membangun pemukiman (Soa Sambelo –
Sabua ma belo) waktu itu adalah akibat dari pergolakan politik intern
antar bangsawan di istana Jailolo ketika itu, beliau menyingkir
meninggalkan takhtanya dengan tujuan menghindari perang saudara dan
pertumpahan darah yang lebih dahsyat lagi yang bisa mengancam
kelangsungan dan kehormatan Buldan Jailolo di Limau Tagalaya – Jailolo.
Muhammad Arif Bila (dalam sisilah tersebut ditulis Sultan Gugu Alam)
adalah keturunan ke-8 dari Prins Gugu Alam. Prins Gugu Alam adalah nenek
moyang keturunan kedelapan ke atas dari Sultan Gugu Alam alias Muhammad
Arif Bila – Ada beberapa nama yang sama dalam sisilah ini, namun pada
jenjang dan periode yang berbeda waktunya. Prins Gugu Alam adalah adalah
adik bungsu dari Sultan Doa dan Prins Prentah. Mereka bertiga adalah
anak dari Sultan Yusuf , Sultan Jailolo yang menjadi Sultan Jailolo di
tanah Jailolo (Limau Tagalaya) sekitar tahun 1500-an, data tahun yang
tepat belum bisa dipastikan.
Muhamad Arif Bila memiliki 4 orang putera. Ayah dari Muhamad Arif
Bila yakni Syah Yusuf (lain dengan Sultan Yusuf yang ayahnya Sultan Doa,
beda periode) adalah bangsawan Jailolo yang hijrah ke pulau Makian di
desa Tahane. Muhammad Arif Bila sebelum diangkat oleh Sultan Nuku dari
Tidore untuk manjadi Sultan Jailolo I (pada periode kedua sejarah
kronologis kesultanan Jailolo) beliau sebelumnya menjabat sebagai
Sangadji Tahane. Setelah itu selama sekitar 13 tahun jabatannya
meningkat menjadi Jogugu kesultanan Tidore pada saat berkuasanya Sultan
Kamaluddin dari Tidore (1784-1797) yang tidak lain adalah kakak dari
Nuku. Ketika Nuku baru menjadi Sultan di Tidore Muhammad Arif Bila
adalah seorang panglima yang handal.
Setelah Nuku mengangkat Muhamad Arif Bila menjadi Sultan Jailolo I
(sebutan menurut catatan dari sumber Belanda), tidak semua orang di
pulau Halmahera (Utara) mengakui keabsahan dia sebagai Sultan Jailolo,
lagi pula mereka yang mengklaim dirinya sebagai Sultan Jailolo ini
(sejak tahun 1637 hingga 1918 saat dibuang ke Cianjur) mereka tidak
pernah berkuasa di atas tanah Jailolo itu sendiri, melainkan hanya
menjadi Sultan Jailolo di pengasingan saja seperti di Weda dan Halmahera
belakang termasuk juga di pulau Seram.
(sumber:
http://ternate.wordpress.com)
Label:
Jejak Sejarah
,
Wisata Sejarah