Hilangnya Parabu Siliwangi beserta kerajaanya sampai saat ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sehingga banyak beredar cerita-cerita Moksanya Prabu Siliwangi.
Sebelumnya saya telah menulis tentang Menyibak Tabir Misteri Berdirinya Masjid Agung Karawang yang konon ada benang merah dengan keberadaan Pelabuhan Karawang dan Hilangnya Prabu SiliwangiSetelah Pernikahan Raden Pamanah Rasa dengan Nyi Subang Laraang, Syekh Quro atau Syekh Hasanudin menitipkan Pesantrennya kepada salah seorang murid yang dipercaya untuk meneruskan menyebarkan Agama Islam di Karawang yaitu Syekh Abdurahman.
Adapun Syekh Abdurahman merupakan keturanan dari generasi ke 17 setelah Rasullah SAW seperti di tunjukkan di gambar berikut
Sementara itu Syekh Hasanudin melakukan pengembaraanya dan sempat singgah di wilayah Lemah Abangm Wadas kabupaten Karawang untuk menyebarkan Islam disana dan saat ini terdapat maqam (jejak) kehadiran Syekh Hasanudin disana, yang disebut sebagai Maqam Syekh Quro Karawang.
Syekh Abdurahman menunaikan tugasnya dengan baik dan mengembangkan pesantren Quro lebih besar lagi sehingga pada saat itu terdapat pelabuhan yang amat ramai di daerah Bunut Kertayasa.
Adapun bukti bukti yang menguatkan adanya pelabuhan karawang di Kampung Bunut Kelurahan Karawang Kulon yaitu ditemukannya kapak batu Neolit, beberapa keping uang VOC dari tembaga dan uang Gulden dari bahan prak, pecahan-pecahan porselen dari Tiongkok dan sebuah makam Embah Dalem yang tidak lain adalah wakil raja yang memerintah di suatu wilayah (penguasa setempat).
Sementara itu Syekh Abdurahman meninggal di pesanteran Quro dan sekarang makamnya terletak di Belakang Masjid Agung Karawang dan sering dikunjungi oleh para peziarah.
Misteri Hilangnya Prabu Siliwangi
Diceritakan Raden Pamanah Rasa menikah dengan Nyi Subang Larang dan Dari hasil perkawianan ini dikaruniai tiga orang Anak, yaitu : raden Walangsungsang, Nyi Mas Rarar Santang dan Raden Kean Santang.
Dalam versi Babad Tanah Sunda / Babad Cirebon ketika Raden Pamanah Rasa Naik Tahta dengan gelar Prabu Siliwangi dan memerintah Pajajaran kala itu ia dihasut oleh Ki Buyut Talibrata untuk tidak tunduk pada Cirebon yang kala itu di pimpin oleh cucu Prabu Siliwangi Syarif Hidayatullah.
Kala itu Syarif Hidayatullah menyerukan kepada sebagaian penduduk Padjajaran untuk memeluk agama Islam, menghadapi seruan ini Prabu Siliwangi menuruti kata-kata Ki Buyut Talibrata yang menyatakan lebih baik “Ngahyang” atau menghilang (moksa) dari Bumi.
Seketika itu juga ketika dalam pengejaran Syarif Hidayatullah Istana Kerajaan Padjajaran menurut cerita berubah menjadi hutan belukar. Sang Prabu dan segenap rakyatnya hilang seperti ditelan bumi dan kerajaan Padjajaran hilang pada tahun 1482 Masehi.
Cerita Lain
Cerita lainnya menyebutkan Syarif Hidayatullah meminta ayahandaanya untuk melakukan sunat sebagaimana pemeluk Islam yang laen namun permintaan itu di tolak dan memutuskan untuk pergi dan menghilang.
Konon warga tataran sunda percaya Macan atau harimau yang muncul di Hutan lebat di daerah Sumedang merupakan perwujudan dari Prabu Siliwangi dan rakyatnya.
Wallahualam bishawab.
Sumber:http://wisata.kompasiana.com/