Laporan : DENI ABDUL KHOLIK, Cianjur
Kesenian Ngarak Posong dilestarikan dan dikembangkan warga Kampung Balengbang Desa Sukaraharja Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Sebelum dikemangkan kesenian Ngarak Posong, awalnya di kampung tersebut merupakan tempat budidaya belut. Sebagian warga sekitar bermata pencaharian dari budidaya belut.
Hasil budidaya belut diolah menjadi makanan, dari mulai belut goreng manis, asin, dan krispi belut. Untuk pemasarannya sudah merambah ke berbagai daerah d Jawa Barat dan Nasional. Bahkan sudah mengekspor ke Singapura. Selanjutnya, warga yang merasakan kesejahteraan dari budi daya belut, lalu berpikir untuk melestarikan Ngarak Posong. Posong sendiri merupakan alat untuk menangkap belut yang terbuat dari kayu.
“Waktu itu, kami berpikir mencari penghasilan untuk keluarga dari budidaya belut, sementara belut sendiri khas orang sunda. Karena itu, warga disini membuat kesenian Ngarak Posong,” kata penggagas sekaligus Ketua Sanggar Hibar (Hiburan Barudak), Ngarak Posong, Kampung Balengbang Desa Sukaraharja Kecamatan Cibeber, Cianjur, E Supardi, kemarin.
Menurutnya, setelah selesai dideklarasikan dua tahun lalu, lalu dirinya merekrut warga sekitar untuk dilatih menampilkan seni Ngarak Posong. Pormasi Ngarak Posong sendiri terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam tradisi ini menampilkan posong ukuran besar dan belut ukuran besar juga. Penampilan ngarak posong ini diiringi musik kesenian, khas orang sunda. “Ini yang dilestarikan kami. Artinya posong dan kesenian musik, seperti kecapi, gong, suling, merupakan kesenian orang sunda yang kami terus lestarikan,” tuturnya.
Dia menjelaskan, Ngarak Posong memiliki filosopi yang bermakna, dan menjadikan manusia khususnya warga muslim berpikir untuk menjadi orang benar. “Filosopi Ngarak Posong ini mengarah kepada peningkatan keimanan kepada Yang Maha Kuasa,” tuturnya. (**)
[box] referensi: radarcianjur[/box]