Barat Memecah-belah Dunia Islam
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
3:01 PM
with
No comments
{[['']]}
Barat Memecah-belah Dunia Islam
(Berkaca pada Kasus Irak)
Irak, Negeri 1001 Malam, kini menghadapi
1001 persoalan. Bukan kedamaian yang didapatkan setelah Saddam Hussein
ditumbangkan Amerika Serikat tahun 2003 lalu, justru rakyat menghadapi
situasi perang saudara yang mengerikan.
Situasi pecah-belah ini mulai terasa
akhir-akhir ini. Konflik sektarian kian memanas. Perdana Menteri Nuri
al-Maliki yang telah berkuasa sejak 2006 menghadapi ketidakpercayaan
rakyatnya, khususnya kaum Sunni, karena kediktatorannya.
Al-Maliki mendominasi tentara Irak, unit
operasi khusus, intelijen dan kementerian utama pemerintah. Pada
Desember 2011, ia melarang Wakil Perdana Menteri Sunni, Saleh al-Mutlaq
dari pertemuan kabinet. la pun mengeluarkan surat perintah penangkapan
bagi Wakil Presiden Tariq al-Hashimi. Al-Maliki telah menjadi seorang
tiran. Dia mengisi pemerintahannya dengan mereka yang setia kepada
dirinya, terutama kalangan Syiah dari Selatan Irak. Dia menghapus
peran-serta Sunni dan memperlakukan mereka sebagai warga negara kelas
dua. Bahkan dia memimpin kampanye penyiksaan, pembunuhan dan
penganiayaan terhadap kaum Sunni.
Maliki membubarkan milisi Sahwa. la
melanggar janji untuk mengintegrasikan mereka ke dalam tentara reguler.
Milisi dari kelompok Sunni pun sepenuhnya disingkirkan dan dihilangkan
dari pemerintahnya. Akibatnya, mereka mulai protes dengan dukungan
milisi seluruh provinsi dan para pemimpin suku. Kamp protes didirikan.
Orang-orang menuntut kerja. Mereka menunjukkan kemarahan atas
penangkapan di bawah bendera anti 'terorisrne'. Mereka pun menuntut
perwakilan mereka di pemerintahan.
Namun, Al-Maliki tak menggubris tuntutan
mereka. Malah antek Amerika ini menembaki sebuah kamp protes di Hawija.
Pada titik ini protes berubah menjadi perlawanan bersenjata.
Sebuah struktur komando didirikan di
Fallujah dalam minggu-minggu pertama pertempuran. Kamando ini terdiri
atas para pemimpin suku dan mantan pejabat militer. Namanya Dewan
Jenderal untuk Revolusi Irak. Dewan ini dipimpin oleh Syaikh Abduliah
Janabi. la juga memimpin Dewan Syura dari Mujahidin di Fallujah pada
tahun 2004. la menyerukan kerjasama antar berbagai faksi di Fallujah.
Pemimpin senior lain. Mayor Jenderal
Muntashir al-Anbari. menegaskan. "Keputusan untuk membentuk kelompok
pertempuran Sunni diambil oleh ulama dan suku, dimulai dari Hawija
sebagai protes atas pembantaian yang dilakukan oleh tentara Irak.
Puluhan tewas dan terluka dalam insiden itu."
Al-Anbari juga menegaskan bahwa
pembentukan kelompok perlawanan diputuskan dalam pertemuan semua
kelompok Sunni. selain ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria). ISIS.
kata Anbari. telah diminta untuk bergabung dengan kelompok perlawanan
ini beberapa bulan setelah kelompok perlawanan ini dibentuk. ISIS pun
diminta menjadi bagian dari aksi militer Sunni. Namun. ISIS belum bisa
diterima karena permintaan yang belum bisa dipenuhi. "ISIS hanyalah 30
persen dari para pejuang perlawanan dan tidak bisa menggambarkan
kelompok perlawanan yang lainnya." kata Anbari.
Situs Monitor merinci suku-suku yang
berbeda yang melawan rezim Malaki. Monitor juga menjelaskan bahwa ISIS
hanyalah salah satu dari empat kelompok yang berperang melawan rezim
tersebut. Meskipun demikian. Pemerintah Irak memperlakukan semua pejuang
sebagai teroris. Suku-suku telah bersatu dengan faksi lain untuk
membentuk sebuah perlawanan. Suku utama Dulaim-terdiri atas al-Bou Nimr.
al-Farraj, al-Bou Issa dan al-Fallaha-dan sejumlah pria bersenjata dari
klan al-Jarnilat, al-Jabour dan al-Janabat membentuk aliansi.
Berbagai kelompok bersenjata yang dulu
berperang melawan pasukan Amerika Serikat mantan milisi Sahwa. dan
mantan pasukan keamanan Irak pun telah bergabung dalam satu barisan.
Mereka termasuk Hamas-Irak. Kataeb al-Thawrat al-Ishrin. Jamaat
al-Naqshbandi. Jaish al-Mujahidin dan kelompok Baath.
Michael Knights. seorang analis di
Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat yang telah meneliti
kelompok Naqshbandia. menjelaskan bahwa yang paling menonjol dari
kelompok perlawanan ini adalah Jaisy Anshar as-Sunnah. Kelompok jihadis
ini mengikuti Al-Qaeda. Namun. mereka bukan bagian dari ISIS karena
mereka tidak sepakat dengan pemimpin ISIS, Abu Bakr ai-Baghdadi yang
memberontak terhadap pemimpin Al-Qaeda Ayman Zawahiri.
Setelah hampir satu tahun melawan rezim
Malaki. kekuatan perlawanan tumbuh. Mereka menguasai beberapa wilayah di
Timur dan Utara Irak yang sebelumnya diduduki oleh pasukan pemerintah.
Kota Mosul di Irak Utara jatuh pada 5 Juni 2014. Para pejuang secara de
facto menguasai provinsi Anbar. Bahkan mereka berhasil menguasai
provinsi tetangga Anbar. yakni Nineveh.
The New York Times (NYT) melaporkan.
salah satu pemimpin senior pejuang mengatakan. "Kelompok-kelompok ini
disatukan oleh tujuan yang sama. yakni menyingkirkan pemerintahan
sektarian ini, mengakhiri militer yang korup dan negosiasi untuk
membentuk daerah Sunni. Pertempuran yang menentukan akan berada di
Baghdad Utara.Kelompok-kelompok ini tidak akan berhenti di Tikrit dan
akan terus bergerak menuju Baghdad. Rencana serangan telah dimulai dua
tahun lalu."
Kejatuhan Mosul ini mengejutkan dunia.
Pasalnya. Mosul adalah kota terbesar kedua di Irak. Informasi di
lapangan menunjukkan pasukan keamanan Irak tidak melawan ketika pejuang
Sunni mengambil-alih Mosul. kemudian disusul Kota Tikrit. Pasukan
Pemerintah menjatuhkan senjata mereka, melepas seragam mereka dan
menggantinya dengan pakaian sipil. Mereka kemudian bergabung dengan
penduduk.
Kekalahan militer Irak di Mosul dan
Tikrit menimbulkan banyak tanda tanya. Soalnya apa yang dilakukan oleh
pasukan Pemerintah Al-Maliki mirip kepasrahan dan penyerahan, bahkan
dengan perintah komando tinggi di militer. Kemudian ada seruan Al-Maliki
untuk memobilisasi milisi ketimbang militer. Terjadi peperangan
sporadis di Diyali bahkan di dekat Baghdad sampai Beiji. Beiji adalah
daerah kilang minyak terbesar yang terjebak dalam hujan mortir, artileri
dan bom dari pesawat. Bahkan daerah yang cukup jauh, yakni Tal'afar,
pun jatuh.
Ternyata, Jenderal Syiah Mehdi Sabih
al-Gharawi yang bertanggung jawab atas Divisi Mosul Army "telah
meninggalkan kota" saat pejuang menyerbu kota di utara Irak itu.
Al-Gharawi telah bekerja erat dengan militer Amerika Serikat. Dia
mengambil-alih komando Mosul pada September 2011 dari US Kolonel Scott
McKean.
Tidak aneh, semua berlangsung dalam
waktu sangat singkat dan seolah telah ditetapkan tanggal mainnya.
Bersamaan dengan itu muncul seruan sektarian yang sangat kental.
Pemerintah Malaki mengumumkan bahwa telah terjadi pemberontakan Sunni
melawan Syiah. Padahal dalam kenyataannya adalah pemberontakan terhadap
penguasa yang menindas. Ini merupakan taktik yang sama yang digunakan
oleh Bashar Assad untuk menggalang dukungan untuk dia dan membelokkan
dari kegagalan dan penindasan sendiri.
Minim Reaksi Internasional
Anehnya, meskipun kejadian-kejadian ini
gamblang sekali, reaksi internasional tidak sepadan dengan apa yang
terjadi. Pernyataan-pernyataan para politisi hanya hitungan jari dan
tidak sebanding dengan besarnya kejadian. Sebagian mereka menyalahkan
krisis Suriah. Sebagian lain menyalahkan pelarangan hak-hak kaum Sunni
di Irak. Yang lainnya lagi menimpakan kesalahan kepada diktator
Al-Maliki.
Yang paling menonjol adalah pernyataan
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Pada Jurnat, 13 Juni 2014, Obama
menenangkan dunia atas jaminan pasokan minyak dengan menkompensasinya
dari cadangan negara-negara Teluk jika pasokan dari Irak terancam
bahaya. Ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Amerika tidak terkejut
dengan apa yang terjadi di lapangan. Bahkan Pemerintah Amerika telah
menyiapkan rencananya lebih dulu untuk menghindari krisis minyak.
Lebih lanjut Obama menegaskan bahwa
Washington "tidak akan ikut serta dalam aksi militer di tengah tak
adanya rencana politik yang diajukan oleh orang-orang lrak". Padahal ada
perjanjian keamanan antara Amerika dan Irak. Lebih dari itu, Menteri
Luar Negeri Irak, Zebari. mengatakan di Jeddah pada Rabu sore 18 Juni
2014 bahwa "Baghdad meminta Washington melancarkan serangan udara
terhadap orang-orang bersenjata." Hal itu dikuatkan oleh Kepala Staf
Militer Amerika, Jenderal Dempsey di sidang Kongres. Itu artinya.
Amerika tidak tergesa-gesa melakukan intervensi, tetapi justru
menundanya untuk menyukseskan pengaturan yang lain.
Adapun Inggris-meskipun di Irak berbeda
kepentingan dengan Amerika-berjalan mengikuti jalan Amerika. Mengapa?
Karena perkaranya berhubungan dengan pemecah-belahan negeri kaum Muslim.
Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague pada 16 Juni 2014 menyatakan
kepada BBC ketika ditanya tentang tidak adanya intervensi. "Amerika
Serikat memiliki kemampuan dan logistik lebih banyak dari yang dimiliki
Inggris berkaitan dengan kemungkinan intervensi di lrak."
Rencana Lama
Bila disimak ke belakang,
kejadian-kejadian yang berlangsung sekarang ini tidak berdiri sendiri.
Ini adalah satu episode dari rangkaian episode. Episode ini bukan hanya
dimulai oleh Amerika pada saat menginvasi lrak, namun sebelum
pendudukan, yaitu sejak Amerika menjatuhkan sanksi zona larangan terbang
di wilayah Utara Irak tahun 1991. Saat itu, wilayah Kurdistan menjadi
mirip sebuah negara!
Ketika Amerika menduduki Irak tahun
2003. Paul Bremer, penguasa Amerika untuk lrak, menetapkan konstitusi
yang mengandung benih perpecahan Irak. Bremer membuat konstitusi Irak
berdasarkan kuota aliran dan sektarian. Benih perpecahan terus tumbuh.
Lalu pada bulan Oesember 2011 Amerika keluar dengan penampakan
militernya. sementara hakikinya secara keamanan dan politik masih
menancap. Kemudian Amerika mendudukkan di atas kursi pemerintahan Irak
seorang diktator sektarian tulen, Nuri Al-Maliki.
Selanjutnya al-Maliki sengaja menindas
daerah-daerah Utara dan Barat Irak. la berlaku zalim dan menindas.
Setiap kali benih itu meredup, dinyalakan lagi dengan aksi-aksi dan
ucapan-ucapan provokatif untuk memicu daerah-daerah itu.
Eskalasi sektarian terus meningkat
sampai pada pembentukan milisi-milisi bersenjata Syiah. Sebaliknya,
negara memfokuskan pada Tanzhim Daulah (ISIS) sebagai teroris Sunni.
Padahal organisasi-organisasi yang masuk ke Mosul, Tikrit dan lainnya
terdiri dari banyak gerakan, tidak hanya ISIS.
Namun. oleh media Barat justru ISIS yang
ditonjolkan. ISIS digambarkan-dengan gaya fantastis ala
Hollywood-sebagai sebuah inkarnasi kejahatan di bumi, mengambil-alih
peran Al-Qaeda yang sebelumnya memenuhi peran hantu ini. Meski ISIS
adalah salah satu pemain dalam koalisi kelompok yang bangkit melawan
rezim Irak, secara tidak jujur mereka digambarkan sebagai pemain dominan
bahkan pemain satu-satunya yang mendorong gagasan 'pengambilalihan
wilayah oleh teroris. Di Mosul, 1000 pejuang ISIS digambarkan mampu
mengalahkan 30 ribu pasukan Pemerintah.
Masalahnya tidak berhenti pada batas
itu. Negara-negara sekitar Irak berlomba menonjolkan aspek sektarian.
BasNews pada 20 Juni melaporkan, 150 pejabat intelijen Saudi diam-diam
melakukan perjalanan ke pemberontak yang menguasai Kota Mosul melalui
Provinsi al-Hasakah, Suriah. Diduga negara-negara di kawasan ini telah
bekerja pada berbagai isu regional dengan negara-negara Barat.
Bagaimanapun. Amerikalah yang kini
berkuasa dan memegang kendali di Irak untuk mengatur segala urusan di
negeri tersebut. Di belakang Amerika Serikat ada Inggris serta
antek-anteknya yang tidak ingin Irak bersatu-padu. Mereka justru ingin
Irak terpecah-pecah, saling bermusuhan dan bersaing serta saling
memerangi sebagian terhadap sebagian yang lain.! Setiap pihak bersikukuh
memiliki daerah kekuasaan dan akhirnya menyerukan secara terbuka
kedaerahan dan pemisahan.
Karena perkaranya berjalan tanpa
tersembunyi. Kurdistan pun memahami fakta tersebut. Karena itu pada
waktu para pemberontak menguasai Mosul, pasukan Bismarakah yang ada di
wilayah Kurdistan pun menguasai penuh Kirkuk dan daerah-daerah
sekitarnya. Reuters pada 15 Juni 2014 mengutip Fuad Husain, pemimpin
Komite Barzani, mengatakan. "Irak masuk ke tahap baru yang sama sekali
berbeda dari sebelum penguasaan atas Mosul, dan orang-orang Kurdi akan
membahas tatacara berinteraksi dengan Irak baru itu."
Peta Baru
Irak baru seperti apa? Ini yang patut
dicermati. Soalnya, sebelum invasi Amerika ke Irak pada 2003, tidak ada
pemberontak Al-Qaeda di Irak. Al-Qaeda itu juga tidak ada di Suriah
sampai awal pemberontakan yang didukung AS-NATO-Israel pada Maret 2011.
Analis menyebut ISIS bukanlah entitas
independen. Ini adalah ciptaan intelijen AS. Ini merupakan aset
intelijen AS. instrumen perang non-konvensional. Tujuan utama AS-NATO
atas konflik ini adalah merekayasa penentangan terhadap Pemerintah
Maliki. Penonjolan ISIS dimaksudkan untuk menghancurkan dan menggoyahkan
Irak sebagai negara-bangsa.
Pembagian Irak sepanjang garis
sektarian-etnis telah digambarkan di papan gambar Pentagon selama lebih
dari 10 tahun. Pembentukan Kekhalifahan-oleh ISIS-mungkin menjadi
langkah pertama menuju konflik lebih luas di Timur Tengah. mengingat
bahwa Iran mendukung Pemerintah Al-Maliki dan taktik AS mungkin untuk
mendorong campur tangan Iran.
Para analis menilai, pemecahbelahan Irak
secara luas meniru Federasi Yugoslavia yang dibagi menjadi tujuh
"negara merdeka" (Serbia. Kroasia. Bosnia-Herzegovina. Makedonia (FYRM).
Slovenia. Montenegro dan Kosovo). Menurut Mahdi Darius Nazemroaya dari
Global Research dalam karyanya, Plans for Redrawing the Middle East: The
Project for a "New Middle East." pembagian kembali Irak menjadi tiga
negara yang terpisah merupakan bagian dari proses yang lebih luas
menggambar ulang peta Timur Tengah. (Humaidi. dari berbagai sumber)
Sumber : Media Politik dan Dakwah al-Wa'ie no:168 Tahun XIV, 1-31 Agustus 2014/syawal 1435H, hal. 9-13
Label:
Jejak Sejarah
,
Kisah Islam
,
Kisah Misterius