Peristiwa Gerakan 30 September selamanya akan dikenang sebagai
sejarah kelam bangsa Indonesia. Akibat gerakan tersebut, sebanyak enam
jenderal dan satu perwira pertama TNI Angkatan Darat tewas mengenaskan.
Ketujuh jenazah anggota TNI AD tersebut kemudian ditemukan di Lubang
Buaya, Jakarta Timur, pada 3 Oktober, 47 tahun lalu.
Penemuan
jenazah ketujuh anggota TNI AD pada 3 Oktober 1965 tersebut tidak lepas
dari peran Sukitman, seorang polisi yang pada 1 Oktober 1965 dipaksa dan
dibawa ke Lubang Buaya oleh komplotan Gerakan 30 September. Pada malam
penculikan jenderal AD, Sukitman tengah berpatroli di Jalan
Iskandarsyah, Jakarta Pusat, dekat kediaman Jenderal Pandjaitan.
"Ternyata
ketika penculikan para jenderal pada tanggal 1 Oktober 1965, agen
polisi itu sedang bertugas, kemudian dipaksa dan dibawa ke Lubang Buaya.
Dia berhasil meloloskan diri dari Lubang Buaya dan akhirnya ditemukan
oleh patroli Resimen Tjakrabirawa." tulis Maulwi Saelan dalam buku
'Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 sampai Kudeta
66'.
Setelah ditemukan oleh patroli Resimen Tjakrabirawa,
Sukitman lalu dibawa ke markas Resimen Tjakrabirawa yang berada di
sebelah Istana Negara (sekarang gedung Bina Graha). Di sana dia
diperiksa dan diinterogasi.
Dalam bukunya, Maulwi menjelaskan,
pada tanggal 2 Oktober 1965, Sukitman bersama hasil pemeriksaannya
diserahkan kepada Kodam V Jaya (Pangdamnya waktu itu, Mayjen TNI Umar
Wirahadikusuma). Selanjutnya Sukitman diserahkan kepada Kostrad, dimana
waktu itu Pangkostrad dijabat oleh Mayjen TNI Soeharto.
Setelah
mempelajari keterangan Sukitman, Maulwi Saelan bersama Letna Kolonel AH
Ebram dan Sersan Udara PGT Poniran berangkat menuju Halim Perdanakusuma.
"Saya
bertemu dengan Kolonel AU/PNB Tjokro, perwira piket Halim Perdanakusuma
dan menyampaikan maksud kedatangan saya. Kami dibantu seorang anggota
TNI AU berpangkat Letnan Muda Penerbang, mencari lokasi yang diceritakan
agen polisi tersebut," tulis Maulwi.
Di Lubang Buaya, lanjut
Maulwi, dia menemukan sebuah pondok kecil yang di dekatnya terdapat
sebuah pohon besar. Di sekitarnya ada sebidang tanah kosong yang
terlihat tanda mencurigakan seperti baru digunakan. Setelah
dikorek-korek, tanah kosong yang dipenuhi tumpukan daun-daunan ditemukan
permukaan sebuah sumur tua. Bersama dengan warga, Maulwi melakukan
penggalian.
Selang beberapa lama, muncul pasukan RPKAD yang
dipimpin Mayor CI Santoso membawa Sukitman. Saat itu ikut pula ajudan
Letnan Jenderal Ahmad Yani, Kapten CPM Subardi.
"Setelah mendapat
penjelasan dari kami dan dicocokkan dengan keterangan agen polisi
tersebut, penggalian dilanjutkan. Penggalian sulit dilakukan karena
lubang sumur hanya pas untuk satu orang. Penggalian memakan waktu lama."
Lewat
tengah malam, setelah melakukan penggalian cukup dalam, dari sumur tua
mulai tercium bau tidak sedap. Dari sumur tua itu, akhirnya ditemukan
jenazah ketujuh anggota TNI AD.
Penemuan posisi sumur tua di
Lubang Buaya merupakan peran besar Sukitman. Sebagai tanda penghormatan
dan penghargaan atas baktinya kepada bangsa dan negara semasa hidupnya,
pemerintah melakukan upacara kemiliteran saat melepas jenazahnya saat
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Sukitman wafat
pada Senin siang 13 Agustus 2007 di Rumah Sakit Bhakti Yuda Depok.