Sejarah Islam yang Disembunyikan Barat
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
12:07 AM
with
No comments
Sejarah adalah peristiwa yang sudah terjadi, namun baru ditulis kemudian, jauh setelah kejadian sebenarnya berlalu. Sebagai cerita masa lalu sejarah mudah untuk dimanipulasi, dan disampaikan kepada generasi berikutnya yang hanya bisa menerima mentah-mentah informasi itu sebagai kebenaran.
Informasi mengenai penemuan-penemuan sains dan teknologi yang pernah kita terima kebanyakan berasal dari buku-buku pengetahuan Barat. Penemu-penemu yang disebut sebagai yang pertama di dunia itu pun dipuji sebagai orang yang berjasa kepada ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Abad pertengahan, masa kegelapan di Barat
Sejak jatuhnya kekaisaran Romawi tanggal 4 September 476, ketika kaisar terakhir dari kekaisaran Romawi Barat, Romulus Augustus, diberhentikan oleh Odoacer, seorang Jerman yang menjadi penguasa Itali setelah Julius Nepos meninggal pada tahun 480, maka dikatakan Eropa telah memasuki Masa-masa Kegelapan (Dark Ages). Masa-masa Kegelapan ini berlangsung kira-kira dari tahun 476 itu hingga Renaisans, sekitar tahun 1500-an. Renaisans disebut juga masa kelahiran kembali Eropa, atau kelahiran kembali budaya Yunani dan Romawi Purba, berupa kemajuan di bidang seni, pemikiran dan kesusasteraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan.
Kembalinya budaya Yunani dan Romawi Purba tersebut direbut dari tangan ilmuwan-ilmuwan Islam setelah mengalami perkembangan yang luar biasa. Dengan tanpa malu-malu, plagiator-plagiator Eropa itu mengklaim bahwa penemuan-penemuan sains dan teknologi itu adalah hasil usaha mereka.
Fakta-fakta sejarah sebenarnya
Sekarang, saya mencoba mengutipkan untuk anda, fakta sebenarnya yang terjadi, bahwa penemuan-penemuan sains dan teknologi itu sebagian besar berasal dari masa kejayaan Kekhalifahan Islam, oleh para sarjana Muslim. Semoga pengetahuan ini dapat disampaikan kepada anak-cucu kita dan menjadi penyadar bahwa kita sebenarnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk menguasai kembali sains dan teknologi, dan tidak hanya menjadi pemakai atau korban teknologi.
Sejak 5.000 tahun SM
Masa perkembangan kebudayaan Mesir Purba. Menghasilkan limas-limas (piramida) yang hebat, sistem pengairan yang baik dan sistem bintang yang cukup bagus. Namun ilmu bintang (astronomi) masih tercampur-aduk dengan ilmu perbintangan (astrologi). Ahli-ahli pengetahuan adalah pendeta-pendeta yang tidak mengenal batas antara logika, takhayul, dan kepercayaan, yaitu pemuja tritunggal Apis-Isis-Osiris.
Sejak 4.000 tahun SM
Masa perkembangan kebudayaan India Purba. India dengan kecenderungan samadinya lebih terkungkung dalam metafisika, monisme (menunggalnya manusia dengan dewata), dan pantheisme (hadirnya dewata di dalam segala yang ada). Mewariskan pengetahuan Astadhyayi, tata bahasa Sanskrit oleh Panini (kurang lebih 400 tahun SM) adalah pembahasan ilmiah ilmu bahasa yang mendahului pembahasan oleh Aristoteles (384-322 SM) dan bernilai jauh lebih tinggi.
Sejak lebih dari 2.000 tahun SM
Merupakan masa perkembangan kebudayaan Tiongkok Purba. Dengan pengetahuan bercorak kudus (sacral, scared). Mereka berpikir bahwa segala pemberian berasal dari Thian dan bukan obyektif-empirik, hasil ikhtiar manusia secara sistematik. Cara berpikir manusia Tiongkok Purba pada umumnya masih berdasarkan firasat dan renungan, belum kritik-analitik.
Sejak lebih dari 1.000 tahun SM
Berkembangnya kebudayaan Parsi Purba. Penemuan jentera (roda gigi/gir) dalam pembuatan tembikar, dan kini mulai dari jam tangan yang terkecil hingga roket angkasa yang terbesar menggunakan jentera di dalam mesinnya.
Sejak 500 tahun SM
Dimulainya kebudayaan Yunani-Romawi. Dengan filsafat anthroposentrik (manusia berada pada pusat segala aktivitas) mereka di dalam banyak hal berlawanan dengan kecenderungan-kecenderungan niskala Mesir Purba, India Purba, Tiongkok Purba, dan Parsi Purba serta bersikap akliah (rational). Kecendrungan berpikir seolah-olah manusia berdiri di luar alam dan melihat alam sebagai suatu yang terpotong-potong, maka lahirlah pengertian jagat besar (makrokosmos) dan jagat kecil (mikrokosmos). Tidak ada batas antara filsafat dan pengetahuan.
48 SM – 371
Penyerbuan Julius Caesar, kaisar Romawi, pada tanggal 48 SM menghancurkan karya-karya asli ilmu filsafat dan pengetahuan Yunani di perpustakaan-perpustakaan Iskandariah. Kemudian pada 272 M Kaisar Romawi berikutnya, Lucius Domithius Aurelianus, dan Kaisar Theodosius Magnus pada 371 M melakukan hal yang sama.
476
Awal Eropa memasuki masa kegelapan (Dark Ages), yaitu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi terakhir tanggal 4 September 476 di mana kaisar Romawi Barat, Romulus Augustus, diberhentikan oleh Odoacer.
571
Kelahiran Nabi Muhammad Saw pada tanggal 12 Rabiul Awal pada Tahun Gajah (bertepatan dengan 20 April 571). Disebut Tahun Gajah disebabkan pada tahun itu Raja Abrahah dari Yaman dengan 60 ribu pasukan bergajahnya ingin menghancurkan Kabah (Baitullah) di Makkah, namun digagalkan Allah Swt dengan serangan burung ababil yang melempari pasukan itu dengan batu berapi (QS.Al-Fiil). Muhammad Saw adalah Rasul terakhir utusan Allah Swt yang membawa risalah kenabian untuk seluruh umat manusia dan alam semesta.
610
Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama, yakni Alquran surah Al-alaq ayat 1-5 yang diawali dengan kalimat “iqro” yang artinya bacalah. Kalimat ini menjadi awal ditemukannya metoda ilmiah, yakni metode empirik-induktif dan percobaan yang menjadi kunci pembuka rahasia-rahasia alam semesta yang menjadi perintis modernisasi Eropa dan Amerika.
Guna penyebaran agama, dikembangkanlah gerakan yang bertujuan membuat “melek” huruf yang belum pernah ada bandingannya pada masa itu. Kepandaian baca tulis tidak lagi menjadi monopoli kaum cendikiawan. Ini adalah langkah pertama gerakan ilmu secara besar-besaran.
Konsep tentang karantina pertama kali diperkenalkan dalam abad ke-7 oleh Nabi Muhammad Saw, yang dengan bijaksana memperingatkan supaya hati-hati ketika memasuki atau meninggalkan suatu daerah yang terkena wabah penyakit. Sejak abad ke-10, dokter-dokter Islam berinovasi dengan mengisolasi individu-individu penderita penyakit dan mengasingkannya ke arah utara. Sedangkan konsep karantina yang dikembangkan di Venice, Italia pada tahun 1403 bukanlah yang pertama di dunia.
660 – 750
Kekuasaan Daulah Umayyah menguasai Damsyik (Spanyol) tahun 629 M, Syam dan Irak tahun 637 M, Mesir sampai Maroko tahun 645 M, Persia tahun 646 M, Samarkand tahun 680 M, seluruh Andalusia tahun 719 M, dan akhirnya tertahan di Poiteier pada tahun 732 M dalam usahanya memperluas pengaruh ke Prancis.
700-an
(Kompas, navigasi, ensiklopedi geografi, kalender, peta dunia)
Ahli ilmu geografi Islam dan navigator-navigatornya mempelajari jarum magnet – mungkin dari orang Cina, namun para navigator itulah yang pertama kali menggunakan jarum magnet di dalam pelayaran. Mereka menemukan kompas dan menguasai penggunaannya di dalam pelayaran menuju ke Barat. Navigator-navigator Eropa bergantung pada juru-juru mudi Muslim dan peralatannya ketika menjelajahi wilayah-wilayah yang tak dikenal. Gustav Le Bon mengakui bahwa jarum magnet dan kompas betul-betul ditemukan oleh Muslim dan orang Cina hanya berperan kecil. Alexander Neckam, seorang Inggris, seperti juga orang Cina, mungkin belajar tentang kompas dari pedagang-pedagang Muslim, namun dikatakan bahwa dialah orang pertama yang menggunakan kompas dalam pelayaran. Dan orang Cina memperbaiki keahlian mereka yang berhubungan pelayaran setelah mereka mulai berinteraksi dengan Muslim selama abad ke-8.
Diceritakan bahwa ilmu geografi dihidupkan kembali abad ke-15, ke-16 dan ke-17 ketika pekerjaan Ptolemius di masa lampau ditemukan. Penjelajah dengan ekspedisi-ekspedisi Portugis dan Spanyol juga mendukung hal ini. Risalah pertama berbasis ilmiah tentang geografi dihasilkan selama periode ini oleh sarjana-sarjana Eropa.
Namun apakah fakta sesungguhnya? Ahli geografi Islam menghasilkan buku-buku yang tak terhitung tentang Afrika, Asia, India, Cina dan orang-orang Indian selama abad ke-8 hingga abad ke-15. Tulisan-tulisan itu mencakup ensiklopedi geografi pertama di dunia, almanak-almanak dan peta jalan. Karya-karya agung abad ke-14 oleh Ibnu Battutah menyediakan suatu pandangan yang terperinci mengenai geografi dunia di masa lampau. Ahli geografi Muslim dari abad ke-10 sampai abad ke-15 telah melampaui hasil dari orang-orang Eropa tentang geografi daerah-daerah ini dengan baik ketika memasuki abad ke-18. Para penjelajah Eropa menyebabkan kehancuran pada lembaga pendidikan, sarjana-sarjana dan buku-buku mereka. Mereka tidak memberikan makna apa pun pada perkembangan ilmu geografi untuk dunia Barat.
735
Khalifah Abu Ja’far Abdullah Al-Manshur mempekerjakan para penerjemah yang menerjemahkan buku-buku kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat dari bahasa Yunani, Parsi dan Sanskrit, di antaranya terdapat Bakhtaisyu Kabir alias Bakhtaisyu ibnu Jurijs ibnu Bakhtaisyu, Al-Fadzj ibnu Naubakht dan anaknya Abu Sahl Tiamdz ibnu Al-Fadzl ibnu Naubakht, serta Abdullah ibnu Al-Muqaffa.
740-an
Berbagai bentuk jam mekanik dihasilkan oleh insinyur-insinyur Muslim Spanyol, ada yang besar dan kecil, dan pengetahuan ini kemudian sampai ke Eropa melalui terjemahan buku-buku mekanika Islam ke bahasa Latin. Jam-jam ini menggunakan sistem picu beban. Gambar desain dari beberapa bagian gir dan sistem kerjanya juga ada. Jam seperti itu dilengkapi dengan buangan air raksa, jenis yang kemudian secara langsung dijiplak oleh orang-orang Eropa selama abad ke-15. Sebagai tambahan, selama abad ke-9, Ibn Firnas dari Spanyol Islam, menurut Will Durant, menemukan sebuah alat yang mirip arloji sebagai penanda waktu yang akurat. Ilmuwan-ilmuwan Muslim juga membangun bermacam jam-jam astronomi yang sangat akurat untuk digunakan dalam observatorium-observatorium mereka.
Tetapi dikatakan kepada kita bahwa sampai abad ke-14, satu-satunya jenis jam yang ada adalah jam air. Di tahun 1335, sebuah jam mekanis yang besar dibangun di Milan, Italia. Dikatakan bahwa jam ini adalah jam berpicu beban pertama di dunia.
750 – 1258
Kekuasaan Daulah Abbasiah di Baghdad (Irak)
765
Fakultas kedokteran pertama didirikan oleh Jurjis ibnu Naubakht.
800
Ibn Firnas, seorang penemu Muslim Spanyol, tercatat sebagai orang yang pertama membangun dan menguji sebuah pesawat terbang pada tahun 800-an. Roger Bacon belajar tentang pesawat terbang dari referensi-referensi ilmuwan Muslim mengenai pesawat terbangnya Ibnu Firnas. Belakangan yang dikenal adalah penemuan oleh Bacon, ditanggali sekitar 500 tahun kemudian dan Da Vinci sekitar 700 tahun kemudian.
Para ahli matematika Islam yang menemukan aljabar memperkenalkan konsep tentang menggunakan huruf-huruf sebagai variabel-variabel yang tak dikenal dalam persamaan-persamaan sejak abad ke-9. Melalui sistem ini, mereka memecahkan berbagai persamaan-persamaan yang kompleks, termasuk kuadrat dan persamaan pangkat tiga. Mereka menggunakan simbol-simbol untuk mengembangkan dan menyempurnakan teorema binomial. Jadi Francois Vieta, seorang ahli matematika Prancis, bukanlah yang pertama menggunakan lambang-lambang aljabar pada tahun 1591. Dia menulis persamaan-persamaan aljabar dengan huruf-huruf seperti x dan y, dan mengatakan bahwa penemuannya ini mempunyai dampak serupa dengan kemajuan dari penggunaan angka Romawi ke angka Arab.
Dikatakan bahwa selama abad ke-17 Rene Descartes telah menemukan bahwa aljabar bisa digunakan untuk memecahkan persoalan geometris. Tetapi jauh sebelumnya, yakni sejak abad ke-9, para ahli matematika di masa kekhalifahan Islam sudah melakukan hal yang sama. Pertama adalah Thabit bin Qurrah, kemudian diikuti oleh Abu Al-Wafa pada abad ke-10 dengan membukukan kegunaan Aljabar untuk mengembangkan geometri menjadi eksak dan menyederhanakan sains.
Diinformasikan juga kepada kita bahwa tadinya tidak ada perbaikan sejak dibuatnya ilmu bintang selama Abad Pertengahan mengenai gerakan planet-planet sampai abad ke-13. Lalu seorang bijaksana dari Kastil (Spanyol Tengah) bernama Alphonso menemukan Tabel Alphonsine, yang lebih akurat dibanding tabel milik Ptolemius.
Fakta sebenarnya adalah ahli ilmu falak (ilmu bintang) Islam membuat banyak perbaikan-perbaikan atas penemuan Ptolemius sejak abad ke-9. Mereka adalah ahli ilmu falak pertama yang memperdebatkan gagasan-gagasan kuno Ptolemius. Di dalam kritik mereka atas orang-orang Yunani, mereka manyatukan bukti bahwa matahari adalah pusat dari sistem matahari dan bahwa garis orbit bumi dan planet-planet lainnya boleh jadi berbentuk lonjong (elips). Mereka menghasilkan ratusan tabel-tabel astronomikal dengan keakuratan tinggi dan gambar-gambar bintang. Banyak dari kalkulasi mereka sangat akurat sehingga mereka dihormati pada masa itu. Tabel milik Alphonso (Alphonsine Tables) hanyalah sekedar salinan dari pekerjaan ilmu bintang yang dipancarkan ke Eropa melalui Islam di Spanyol.
Disebutkan pula bahwa seorang sarjana Inggris bernama Roger Bacon pada tahun 1268 untuk pertama kali membuat lensa kaca untuk meningkatkan penglihatan. Pada waktu yang hampir bersamaan, kacamata bisa didapat dan telah digunakan di Cina dan Eropa. Tentu saja kacamata sudah muncul sebelum kacamata Roger Bacon selesai pembuatannya, karena Ibnu Firnas dari Spanyol Islam sudah menemukan kacamata pada abad ke-9, dan diproduksi serta dijual di wilayah Spanyol selama lebih dari dua abad. Setiap sebutan kacamata oleh Roger Bacon, maka itu hanyalah sebuah pengaliran kembali pekerjaan Al-Haytham, orang yang memiliki hasil riset yang dijadikan referensi oleh Bacon.
Sarjana-sarjana Islam dari abad ke-9 sampai ke-14 mempelajari dan menemukan ilmu etnografi. Sejumlah ahli geografi Muslim menggolongkan ras-ras, mencatat secara terperinci penjelasan kebiasaan-kebiasaan budaya unik mereka dan penampilan fisiknya. Para ahli Muslim itu menulis ribuan halaman mengenai topik ini. Pekerjaan seorang Jerman bernama Johann F. Blumenbach (1752-1840) yang mengaku sebagai yang pertama menggolong-golongkan ras ke dalam 5 golongan besar (kulit putih, kuning, coklat, merah dan hitam), tidak sebanding dengan pekerjaan-pekerjaan ahli geografi Muslim itu.
813
Pada masa kekuasaan Khalifah Al-Maimun ibnu Harun Al-Rasyid didirikan Daru Al-Hikmah atau Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia, yang terdiri dari perpustakaan, pusat pemerintahan, observatorium bintang, dan universitas (Daru Al-Ulum.
850
Ahli kimia Islam menghasilkan kerosin (minyak tanah murni) melalui penyulingan produk minyak dan gas bumi (Encyclopaedia Britannica, Petroleum) lebih dari 1.000 tahun sebelum Abraham Gesner, orang Inggris, mengaku sebagai yang pertama menghasilkan kerosin dari penyaringan aspal.
866
Kertas tertua yang menjadi contoh untuk dicetak di dunia Barat adalah sebuah naskah Arab berjudul Gharib Al-Hadist oleh Abu ‘Ubyad Al-Qasim ibnu Sallam bertanggal Dzulqaidah 252 atau 13 Nopember – 12 Desember 866, yang masih tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden.
900-an
Pabrik kertas muncul di Mesir, kemudian di Maroko tahun 1100 M, dan di Spanyol tahun 1150 M yang sudah berhasil membuat kertas putih dan berwarna.
Bandul ditemukan oleh Ibnu Yunus al-Masri selama abad ke-10, orang yang pertama mempelajari dan mendokumentasikan gerakan bergetarnya. Hasil perhitungannya digunakan dalam jam-jam yang diperkenalkan oleh ahli ilmu Fisika Muslim selama abad ke-15. Baru pada abad ke-17 Galileo yang masih remaja telah menciptakan bandul. Diceritakan bahwa dia melihat cahaya api pada lampunya berayun-ayun tertiup angin, lalu dia pulang ke rumah dan menemukan bandul dengan inspirasi itu.
Dikatakan bahwa trigonometri dikembangkan oleh bangsa Yunani, padahal di masa itu Trigonometri hanya tinggal teori. Teori itu kemudian dikembangkan dan mencapai tingkat kesempurnaan yang modern di tangan sarjana-sarjana Muslim, dan penghargaan untuk itu secara khusus pantas diberikan kepada al-Battani. Dialah yang menguraikan kata-kata fungsi dasar dari ilmu pengetahuan ini, seperti sinus, kosinus, tangen, dan kotangen. Istilah sebelumnya berasal dari terminologi Arab, Jaib untuk sinus yang berarti garis bengkok, istiwa’ untuk kotangen yang berarti bayangan lurus dari gnomon, dan tangen adalah bayang-bayang melintangnya. Selain menetapkan dengan akurat tabel perhitungan trigonometri dari 0 hingga 90 derajat, dia juga berhasil dengan tepat menghitung satu tahun matahari atau masehi, yaitu 365 hari 5 jam 46 menit dan 24 detik.
Sebelumnya diketahui bahwa persamaan pangkat tiga yang sulit dan masih belum terpecahkan hingga abad ke-16 ketika Niccolo Tartaglia, seorang ahli matematika Italia berhasil memecahkannya. Kenyataannya persamaan pangkat tiga seperti itu dan juga banyak persamaan-persamaan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi sudah dapat dipecahkan dengan mudah oleh para ahli matematika Muslim sejak abad ke-10.
Selama abad ke-10 atau lebih awal, ratusan ahli matematika Muslim menggunakan dan menyempurnakan teorema binomial. Mereka memulai penggunaannya untuk solusi yang sistematis atas persoalan aljabar. Namun dikatakan bahwa Isaac Newtonlah yang mengembangkan teorema binomial pada abad yang ke-17.
Demikian juga dikatakan bahwa Robert Boyle, dalam abad ke-17, yang pertama mengembangkan ilmu kimia, padahal beberapa ahli kimia Muslim, termasuk Ar-Razi, Al-Jabr, Al-Biruni dan Al-Kindi, melaksanakan eksperimen-eksperimen ilmiah dalam ilmu kimia sekitar 700 tahun sebelum Boyle melakukannya. Durant menulis bahwa orang Islam memperkenalkan metode percobaan pada ilmu pengetahuan ini. Humboldt meyakini bahwa orang Islam sebagai penemu ilmu Kimia.
Paul Ehrlich (abad ke-19) disebut sebagai pencipta obat-obatan kemoterapi, yakni pemakaian obat-obatan yang khusus untuk membunuh mikroba, padahal dokter-dokter Islam telah menggunakan berbagai macam unsur pokok yang spesifik untuk menghancurkan mikroba. Mereka menggunakan belerang (Sulfur) sebagai bahan utama khusus untuk membunuh kuman kudis. Ar-Razi (pada abad ke-10) menggunakan campuran air raksa sebagai antiseptik yang penting.
Banyak ahli kimia Muslim telah menghasilkan alkohol sebagai obat-obatan terapeutik melalui penyulingan sejak abad ke-10 dan melakukan pabriksasi alat-alat penyulingan yang pertama untuk digunakan dalam proses kimiawi. Mereka menggunakan alkohol sebagai bahan pelarut dan antiseptik, jauh sebelum Arnau de Villanova, seorang Spanyol pada tahun 1300, yang mengaku telah membuat alkohol yang pertama di dunia.
Diberitakan bahwa anestesia modern ditemukan pada abad ke-19 oleh Humphrey Davy dan Horace Wells. Sebenarnya anesthesia modern ditemukan, dikuasai dan disempurnakan oleh ahli anestesia Muslim 900 tahun sebelum kedatangan Davy dan Wells. Mereka menggunakan cara oral seperti juga anestesia yang dihirup.
Sejak abad ke-10 dokter-dokter Islam dan ahli bedahnya sudah menggunakan alkohol sebagai pencegah infeksi ketika membersihkan luka-luka, jadi pencegahan infeksi yang dilakukan oleh ahli bedah dari Inggris, Joseph Lister pada tahun 1865 bukanlah yang pertama. Ahli bedah di Spanyol yang Islam menggunakan metoda-metoda khusus untuk memelihara antisepsis sebelum dan selama perawatan. Mereka juga memulai tindakan-tindakan khusus untuk memelihara kesehatan selama periode pasca operasi. Tingkat sukses mereka sangat tinggi, sehingga penjabat-penjabat tinggi di seluruh Eropa datang ke Cordova, Spanyol, untuk meminta pelayanan kesehatan yang dapat diperbandingkan dengan “Mayo Clinic” di Abad Pertengahan.
Menurut apa yang kita ketahui, William Harvey menemukan sirkulasi darah pada awal abad ke-17. Dia yang pertama dengan benar menguraikan fungsi jantung, pembuluh nadi dan vena. Galen dari Roma telah memperkenalkan ide yang salah mengenai sistem peredaran darah, dan Harvey yang pertama menetapkan bahwa darah dipompa ke seluruh tubuh via oleh kerja jantung dan klep-klep pembuluh darah. Oleh karena itu, dia dihormati sebagai pendiri ilmu tubuh manusia (physiology).
Tetapi 7 abad sebelumnya, yakni pada abad ke-10, Ar-Razi menulis sebuah risalah yang mendalam mengenai sistem pembuluh darah, dan dengan teliti digambarkannya fungsi pembuluh darah dan klep-klepnya. Ibnu An-Nafs dan Ibnu Al-Quff (pada abad ke-13) mendokumentasikan secara penuh tentang sirkulasi darah dan dengan tepat menggambarkan ilmu urai tubuh dari jantung dan fungsi klep-klepnya 300 tahun sebelum Harvey. William Harvey adalah seorang lulusan Universitas Padua yang terkenal di Itali, yang pada waktu itu mayoritas kurikulumnya didasarkan pada teks buku Ibnu Sina dan Ar-Razi.
960
Gerbert d’Aurillac, seorang Perancis, menerjemahkan buku-buku ilmiah Islam ke dalam bahasa Latin, dan dengan ini, era penerjemahan buku-buku ilmiah Islam dimulai. Gerbert kemudian menjadi Paus Sylvester II, meskipun begitu dia masih disebut tukan sihir karena kepercayaannya terhadap sains yang sangat ditentang oleh gereja pada masa itu.
1000-an
Kaca dan cermin digunakan di Spanyol Islam. Orang-orang Venesia belajar tentang seni membuat peralatan berbahan gelas yang bagus dari seniman-seniman pembuat kaca dari Syria selama abad ke-9 dan ke-10. Namun yang diketahui umum cermin dan kaca diproduksi pertama kali tahun 1291 di Venesia.
Dikatakan pula bahwa pada abad ke-17 Isaac Newton mengadakan penyelidikan tentang prisma, lensa-lensa dan cahaya. Padahal dalam abad ke-11 Al-Haytham telah menetapkan hampir segala sesuatu yang dikemukakan oleh Isacc Newton mengenai ilmu optik itu, jauh berabad-abad sebelumnya, dan Al-Haytham dihormati oleh banyak penguasa pada masa itu sebagai “penemu optik.” Demikian juga mengenai penyelidikan tujuh variasi warna yang dibiaskan oleh prisma, selain telah lebih dulu dipelajari oleh Al-Haytham, pada abad ke-14 Kamal Ad-Din juga melakukannya.
Ada dugaan kalau Newton sedikit dipengaruhi oleh Al-Haytham. Al-Haytham adalah ilmuwan fisika yang paling banyak dijadikan referensi di Abad Pertengahan. Pekerjaan-pekerjaannya digunakan dan dikutip oleh sebagian besar sarjana-sarjana Eropa selama abad ke-16 dan 17, tidak sebanding dengan Newton dan Galileo seandainya digabungkan.
Dalam abad ke-16 dikatakan bahwa Leonardo Da Vinci menjadi pendiri ilmu geologi ketika ia mencatat fosil-fosil yang ditemukan di pegunungan yang diindikasi sebagai asal-muasal cairan bumi. Tetapi kenyataanya pada abad ke-11, Al-Biruni membuat dengan tepat perngamatan ini dan menambahkannya ke dalam ilmu geologi, termasuk sebuah buku yang sangat besar, ratusan tahun sebelum Da Vinci dilahirkan. Ibnu Sina mencatat hal ini dengan baik. Jadi sangat mungkin kalau Da Vinci pertama kali belajar konsep ini dari terjemahan buku-buku Islam ke dalam bahasa Latin. Da Vinci tidak menambahkan pengetahuan apa pun yang asli dari dirinya.
1030
Jauh sebelum Paracelsus (abad ke-16) dikatakan menemukan candu yang disuling untuk anesthesia, dokter-dokter Islam sudah memperkenalkan nilai anestetik dari candu asli selama Abad Pertengahan. Candu mula-mula digunakan sebagai bagian dari anestetik oleh orang Yunani. Paracelus adalah seorang murid yang memperlajari pekerjaan-pekerjaan Ibnu Sina, dan dari situlah hampir dipastikan dia memperoleh ide ini.
1050
Konsep keterbatasan materi alam pertama kali ditekuni oleh Al-Biruni, seorang sarjana besar Islam dari Persia dalam tahun 1050. Konsep mengenai wujud materi alam yang bisa berubah namun massanya tetap, seperti air yang jika dipanaskan akan berubah menjadi uap, namun massa total tetap sama. Tapi dikatakan bahwa penemunya adalah Antione Lavoiser pada abad ke-18, padahal Lavoiser adalah seorang murid dari para ahli ilmu kimia dan fisika Muslim pada masanya dan sering mengambil referensi dari buku-buku mereka.
Disebutkan bahwa Nicolas Desmarest pada tahun 1756 adalah orang pertama yang mempelajari tentang pembentukan geologi lembah-lembah, dengan teorinya bahwa lembah-lembah itu dibentuk dalam suatu periode yang lama oleh waktu dan aliran udara. Padahal Ibnu Sina dan Al-Biruni membuat dengan tepat penemuan itu dalam abad ke-11, 700 tahun sebelum Desmarest melakukannya.
Al-Biruni adalah orang yang melakukan eksperimen besar pertama di dunia. Dia menulis lebih dari 200 buku, dan banyak ilmuwan yang mendiskusikan eksperimen-eksperimennya. Hasil karyanya berupa sejumlah literatur ilmiah berbagai bidang ilmu pengetahuan dalam 13.000 halaman, jauh melebihi apa yang ditulis oleh Galileo digabungkan dengan Newton. Jadi tidak benar bahwa Galileo adalah orang pertama yang melakukan eksperimen besar di dunia pada abad ke-17.
1121
Al-Khazini, ilmuwan Muslim kelahiran Bizantium atau Yunani tahun 1115 dan wafat 1130 adalah saintis yang serba bisa yang menguasai astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika serta filsafat. Dia telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan sains modern, salah satunya adalah kitab Mizan al-Hikmah atau Balance of Wisdom. Buku yang ditulisnya dalam tahun 1121 itu mengungkapkan bagian penting fisika Islam. Dalam buku itu, Al-Khazini menjelaskan sacara detail pemikiran dan teori yang diciptakannya tentang keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan kegunaan, serta teori statika atau ilmu keseimbangan, hidrostatika dan pusat gravitasi. Al-Khazini dan ilmuwan Muslim lainnya merupakan yang pertama menjeneralisasi teori pusat gravitasi dan mereka adalah yang pertama kali menerapkannya ke dalam benda tiga dimensi. Para ilmuwan Muslim, salah satunya al-Khazini telah melahirkan ilmu gravitasi yang kemudian berkembang di Eropa.
Jelas di sini Isaac Newton sangat terlambat mengemukakan teori Gravitasi di dalam bukunya Philosophia Naturalis Principia Mathematica yang dipublikasikan tahun 1687, 500 tahun lebih setelah buku Al-Khazini membahas hal yang sama. Jadi bagaimana dengan cerita apel yang jatuh itu?
1130
Gerard da Cremona, orang Italia yang tinggal di Spanyol, menerjemahkan 92 buku ilmiah Islam ke dalam bahasa Latin. Buku terjemahannya itu antara lain Al-Asrar (rahasia-rahasia) karya Abu Bakr Muhammad ibnu Zakaria Ar-Razi (bhs.Ltn.Razes, Rases, atau Rhazes), sebuah karya dokter Abu Az-Zahrawi tentang metoda pembedahan, buku karya Abu Muhammad Dhiyauddin Al-Baithar (bhs.Ltn.Alpetagrius) mengenai tumbuh-tumbuhan.
Giovanni Morgagni (1682-1771), orang Itali yang dihormati sebagai bapak pathology (ilmu penyakit) karena dikatakan sebagai orang pertama yang dengan benar menguraikan sifat alami penyakit. Namun jauh sebelum Giovanni melakukannya, para ahli bedah Islam adalah ahli patologi pertama sesungguhnya. Mereka menyadari secara penuh sifat alami penyakit dan menggambarkan berbagai macam penyakit dengan detil modern. Ibnu Zuhr dengan benar menggambarkan sifat alami radang selaput dada (pleurisy), tuberkulosis (TBC) dan radang kantung jantung (pericardistis). Az-Zahrawi dengan teliti mendokumentasikan ilmu penyakit dari hydrocephalus (air di otak) dan penyakit-penyakit sejak lahir lainnya. Ibnu Al-Quff dan Ibnu An-Nafs memberi uraian-uraian sempurna tentang penyakit-penyakit peredaran darah. Ahli-ahli bedah Islam lainnya memberi uraian-uraian akurat pertama tentang penyakit berbahaya tertentu, termasuk kanker perut, usus dan kerongkongan. Para ahli bedah Islam ini adalah pemula dari pathology (ilmu penyakit), bukan Giovanni Morgagni.
1140-an
Para ahli matematik Islam memperkenalkan bilangan negatif untuk digunakan dalam berbagai fungsi aritmetika sedikitnya 400 tahun sebelum Geronimo Cardano mengakui telah memperkenalkannya dalam tahun 1545, dengan mengatakan bahwa angka-angka bisa kurang dari nol.
1160
Mata air-mata air Nil yang mengalir melalui danau-danau besar di Khatulistiwa telah ditetapkan dengan seksama oleh Al-Idrisi, sedangkan orang-orang Eropa baru menemukannya pada paruh kedua abad ke-19.
1200-an
Informasinya pada tahun 1614, John Napier menemukan logaritma dan tabel logaritmik, namun sejak abad ke-13 para ahli matematika Islam sudah menemukannya dan tabel logaritmik seperti itu sudah umum di dalam dunia pengetahuan Islam pada masa itu.
1205
Amir Ya’qub dalam pertempuran Mahdiyya telah menggunakan artileri sebagai senjata terakhir. Pada tahun 1273, Sultan Abu Yusuf pada pertempuran Sijilmasa di Maroko Selatan mempergunakan meriam-meriam. Pada tahun 1342, dua orang Inggris, Lord Derby dan Lord Salisbury, hadir pada pertempuran Algericas yang dipertahankan dengan cara yang sama oleh orang-orang Arab. Ketika kedua orang Inggris itu menyaksikan daya efek mesiu, maka mereka membawa penemuan ini ke negeri mereka.
1240 – 1250
Seorang frater Katolik Roma anggota Ordo Fransiskan dari Inggris bernama Roger Bacon datang untuk mempelajari bahasa Arab ke Paris dan Toledo karena ada orang-orang Perancis yang pandai berbahasa Arab di sana. Selain itu di sana terdapat banyak terjemahan buku ilmiah Islam ke dalam bahasa Latin dan naskah-naskah asli berbahasa Arab.
Dikatakan bahwa perawatan pertama dengan anesthesia (pembiusan) dilakukan oleh C.W. Long, seorang Amerika pada tahun 1845, padahal 600 tahun sebelum Long melakukannya, seorang Muslim Spanyol, Az-Zahrawi dan Ibnu Zuhr, di antara para ahli bedah Muslim lainnya, sudah melaksanakan ratusan perawatan-perawatan melalui cara pembiusan dengan penggunaan narkotika yang direndam pada spon, yang ditempatkan dengan cara menutup wajah.
1250 – 1257
Roger Bacon pulang ke Inggris dan melanjutkan pelajaran Bahasa Arabnya di Universitas Oxford dengan membawa sejumlah besar buku-buku ilmiah Islam dari Paris. Di antaranya Al-Manazhier karya Ali Al-Hasan ibnu Haitsam diterjemahkan Bacon ke dalam bahasa Latin, bahasa ilmiah Eropa pada masa itu.
Terdapat penjelasan-penjelasan mengenai mesiu dan mikroskop pada naskah itu, namun secara tidak jujur dia telah mencantumkan namanya sendiri pada terjemahan-terjemahan itu dan dengan demikian dia telah melakukan plagiat terang-terangan.
Sangat berbeda dengan penerjemah-penerjemah Muslim yang menerjemahkan karya-karya Pythagoras, Plato, Aristoteles, Aristarchos, Euclides dan Claudius Ptolemaios, dan lain-lain dengan tetap menyebutkan nama pengarang-pengarang aslinya.
1300-an
Dimulai abad Renaisans (B.Perancis Renaissance) atau kelahiran kembali, di mana ditemukan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi (yang dianggap sebagai “klasik”) ketika keduanya mengalami masa keemasan. Renaisans berlangsung antara abad ke-14 hingga abad ke-17 di Eropa. Tampak di sini, bahwa kebangkitan Eropa yang diawali dengan Renaisans erat hubungannya dengan kembalinya penerjemahan buku-buku ilmiah Islam ke dalam bahasa Latin, antara lain Gerbert d’Aurillac, orang Perancis yang menjadi Paus Sylvester II (tahun 960), Gerard da Cremona, orang Itali (tahun 1130), Seorang frater Katolik Roma, Roger Bacon dari Inggris (tahun 1250).
Dikatakan bahwa tahun 1454, Johan Gutenberg (1398 – 1468) menemukan mesin cetak paling canggih di abad pertengahan. Faktanya, alat cetak berbahan kuningan yang dapat dipindahkan telah digunakan di Spanyol Islam 100 tahun sebelumnya, ketika Gutenberg belum lahir.
1400-an
Dikatakan bahwa sistem desimal di dalam matematika pertama kali dikembangkan oleh seorang Belanda, Simon Stevin, tahun 1589. Sistem desimal membantu ilmuwan matematika karena menggantikan bilangan pecahan yang sulit, sebagai contohnya 1/2, dengan menggunakan desimal menjadi 0,5.
Padahal para ahli matematika Islam adalah yang pertama menggunakan sistem desimal sebagai ganti bilangan pecahan secara besar-besaran. Buku Al-Kashi, berjudul “Kunci kepada Aritmatika”, yang ditulis pada awal abad ke-15 dan menjadi stimulus untuk aplikasi sistematis sistem desimal untuk seluruh bilangan dan pecahan-pecahannya.
1600-an
Francis Bacon – seorang Bacon yang lain, menyebarluaskan teori induksi dan percobaan-percobaan ilmiah (eksperimen) atau empirisme ilmiah di dalam karya-karyanya The Advencement of Learning (1605), Novum Organum (1620), De Augmentis Scientiarum (1623), Sylva Sylvarum (1624), dan New Atlantis (1624), yang dengan alat cetak buku buatan Johan Gotenburg buku-buku tersebut dicetak.
Kemudian berkembang teori Baconian Philosophy yang kemudian menjadi dasar metode ilmiah pada ilmu pengetahuan dan teknologi di Barat (Eropa dan Amerika), yang mana metode tersebut sebetulnya merupakan jiplakan Bacon dari ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Sumber : http://avengedsevenfoldisme.blogspot.com/
{[['']]}
Label:
Dunia
,
Indo
,
Jawa
,
Jawabarat
,
Jejak Sejarah
Sunan Kudus, Seorang Pendakwah dan Panglima Perang
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
11:39 PM
with
No comments
Untuk
kesekian kalinya dapat berkunjung dan menunaikan sholat di Masjid
Menara Kudus, dimana di lingkungn masjid inilah terdapat salah seorang
wali Allah SWT dalam menyiarkan syiar Islam di tanah Jawa. Beliau adalah
Syech Jaffar Shadiq atau lebih dikenal dengan Sunan Kudus.
Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus selalu ramai dikunjungi para
peziarah, baik lokal maupun dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya
Pulau Jawa. Infrastruktur untuk para peziarah atau pengunjung sudah
sangat baik, untuk parkir kendaraan pribadi dan bis sudah tersedia
sedikit di luar kawasan, tetapi ngak jauh kock, hanya sekitar 100-200
meter saja dari Masjid Menara Kudus ini. Sedangkan untuk
pengunjung/peziarah yang mempergunakan sepeda motor dapat diparkir di
sebelah kiri masjid, free alias ngak bayar. Pada saat akan memasuki
pintu gerbang masjid untuk parkir motor, terdapat tulisan larangan untuk
menaiki dan menghidupi motor, jadi hendaknya turun, mematikan mesin
motor, dan menuntunnya memasuki lahan parkir motor.
Sedangkan untuk memasuki Makam Sunan Kudus yang terletak tepat di
belakang Masjid, untuk masuknya dari parkiran motor lurus terus ke arah
kanan, dan nanti akan dipandu dari pihak Masjid. Kondisi jalan setapak
melewati pemakaman sudah tertata rapi pula, dan tentunya kebersihan
sangat dijaga disini.
Yang hobi membeli oleh-oleh dan cinderamata juga banyak terdapat di area
parkiran mobil dan sepanjang jalan menuju Masjid Menara Kudus. Satu
lagi, tapi ini belum sempat penulis berkunjung kesini selama ini,
ternyata tidak jauh dari Masjid Menara Kudus terdapat "klenteng Budha",
tepat di Jalan Sunan Kudusnya. Tentunya klenteng ini sudah "berumur"
juga, disini terlihat toleransi beragama yang sangat tinggi. Lain kali
"wajib" berkunjung kesini.
Tentang Sunan Kudus
Sumber : atifhidayat.wordpress.com
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan
Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa
Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana
hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima
Perang
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Bangunan Makam Sunan Muria
Salah satu pintu kembar di dalam masjid
Bangunan Masjid yang mengadopsi candi Hindu dalam rangka menarik Masyarakat Hindu pada saat itu
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
{[['']]}
Label:
Jawa
,
Jejak Sejarah
Sejarah Singkat Kesultanan Banten (Fase Berdirinya hingga Fase Keemasan)
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
11:29 PM
with
No comments
Sebagai daerah sekaligus sebuah bangsa, Banten telah lama dikenal dalam
peta masyarakat dunia. Berbagai sumber asing menyebutkan Banten (saat
itu dikenal dengan Bantam) sebagai satu dari beberapa daerah yang menjadi rute pelayaran mereka, mulai dari sumber Cina yang berjudul Shung Peng Hsiang Sung (1430), hingga berita Tome Pires (1512). Pun dalam berbagai sumber pustaka nusantara, Banten dikenal dengan berbagai nama misalnya: Wahanten Girang dalam naskah Carita Parahiyangan (1580), Medanggili dalam Tambo Tulangbawang, Primbon Bayah, serta berita Cina (abad ke-13) dan lain-lain.
Berbagai sumber tersebut setidaknya mampu menggambarkan betapa Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten yang berada di jalur perdagangan internasional, berinteraksi dengan dunia luar sejak awal abad Masehi. Kemungkinan pada abad ke-7 Banten sudah menjadi pelabuhan internasional. Dan berbagai konsekuensi logisnya, Islam diyakini telah masuk dan berakulturasi dengan budaya setempat sebagaimana diceritakan dalam berita Tome Pires pada tahun 1513.
Proses Islamisasi Banten, yang diawali oleh Sunan Ampel, kemudian diteruskan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang seluruh kisahnya terekam dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari. Fase sejarah penting menguatnya pengaruh Islam terjadi ketika Bupati Banten menikahkan adiknya, yang bernama Nyai Kawunganten, dengan Syarif Hidayatullah yang kemudian melahirkan dua anak yang diberi nama Ratu Wulung Ayu dan Hasanuddin sebagai cikal bakal dimulainya fase sejarah Banten sebagai Kesultanan Banten (Djajadiningrat, 1983:161). Bersama putranya inilah Sunan Gunung Jati melebarkan pengaruh dalam menyebarluaskan agama Islam ke seluruh tatar Sunda hingga saatnya Sang Wali kembali ke Cirebon.
Takluknya Prabu Pucuk Umun di Wahanten Girang (sekarang di kenal dengan daerah Banten Girang di Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang - Wahanten Girang merupakan bagian wilayah dari Kerajaan Padjadjaran yang berpusat di Pakuan - sekarang di kenal dengan wilayah Pakuan Bogor) pada tahun 1525 selanjutnya menjadi tonggak dimulainya era Banten sebagai Kesultanan Banten dengan dipindahkannya Pusat Pemerintahan Banten dari daerah Pedalaman ke daerah Pesisir pada tanggal 1 Muharam 933 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 (Microb dan Chudari, 1993:61).
Atas pemahaman geo-politik yang mendalam Sunan Gunung Jati menentukan posisi Keraton, Benteng, Pasar, dan Alun-Alun yang harus dibangun di dekat kuala Sungai Banten yang kemudian diberi nama Keraton Surosowan. Hanya dalam waktu 26 tahun, Banten menjadi semakin besar dan maju, dan pada tahun 1552 Masehi, Banten yang tadinya hanya sebuah kadipaten diubah menjadi negara bagian Kesultanan Demak dengan dinobatkannya Hasanuddin sebagai Sultan di Kesultanan Banten dengan gelar Maulanan Hasanuddin Panembahan Surosowan (Pudjiastuti, 2006:61).
Ketika sudah menjadi Pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Jawa, sejajar dengan Malaka. Kota Banten terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk (Teluk Banten), yang lebarnya sampai tiga mil. Kota ini panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa, masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, dimana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Keraton Sultan terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat Sultan bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alaun-alun didirikan sebuah Masjid Agung (Djajadiningrat, 1983:84).
Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonomian masyarakat. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang Belanda (Ekadjati (ed.), 1984:97).
Wujud dari interaksi budaya dan keterbukaan masyarakat Banten tempo dulu dapat dilihat dari berkembangnya perkampungan penduduk yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara seperti Melayu, Ternate, Banjar, Banda, Bugis, Makassar, dan dari Jawa sendiri serta berbagai bangsa dari luar Nusantara seperti Pegu (Birma), Siam, Parsi, Arab, Turki, Bengali, dan Cina (Leur, 1960:133-134; Tjiptoatmodjo, 1983:64). Setidaknya inilah fakta sejarah yang turut memberikan kontribusi bagi kebesaran dan kejayaan Banten.
Dalam usahanya membangun Banten, Maulana Hasanuddin sebagai Sultan Banten pertama (1552-1570), menitikberatkan pada pengembangan sektor perdagangan dengan lada sebagai komoditas utama yang diambil dari daerah Banten sendiri serta daerah lain di wilayah kekuasaan Banten, yaitu Jayakarta, Lampung, dan terjauh yaitu dari Bengkulu (Tjandrasasmita, 1975:323).
Perluasan pengaruh juga menjadi perhatian Sultan Hasanuddin melalui pengiriman ekspedisi ke pedalaman dan pelabuhan-pelabuhan lain. Sunda Kelapa sebagai salah satu pelabuhan terbesar berhasil ditaklukkan pada tahun 1527 dan takluknya Sunda Kelapa menjadi "Jayakarta" (setelah jatuh ketangan VOC-Belanda berubah menjadi Batavia kemudian berubah lagi menjadi Jakarta). Dengan takluknya Sunda Kelapa, Banten memegang peranan strategis dalam perdagangan lada yang sekaligus menggagalkan usaha Portugis di bawah pimpinan Henrique de Leme dalam usahanya menjalin kerjasama dengan Raja Sunda/Padjadjaran (Kartodirdjo, 1992:33-34). Sunda Kelapa merupakan Pelabuhan Utama Kerajaan Padjadjaran, dengan jatuhnya Sunda Kelapa ke Kesultanan Banten praktis Kerajaaan Padjadjaran kehilangan wilayah pesisir utamanya yang sebelumnya Pelabuhan Caruban oleh Kesultanan Demak dan kemudian berdirinya Kesultanan Cirebon. Sebelumnya Kerajaan Padjadjaran hendak menjalin kerjasama dengan orang-orang Portugis untuk menghadapi pengaruh Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten di wilayah pesisir utara.
Paska wafatnya Maulana Hasanuddin, pemerintahan dilanjutkan oleh Maulana Yusuf (1570-1580), putra pertamanya dari Ratu Ayu Kirana, putri Sultan Demak. Kemasyuran Banten makin meluas ketika politik ekspansinya berhasil pula menaklukkan Kerajaan Padjadjaran di Pakuan yang dibantu oleh Kesultanan Cirebon pada tahun 1579 sehingga Kerajaan Padjadjaran akhirnya benar-benar runtuh (Atja, 1986: 151-152, 189).
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, sektor pertanian berkembang pesat dan meluas hingga melewati daerah Serang sekarang, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut dibuat terusan irigasi dan bendungan. Danau (buatan) Tasikardi merupakan sumber pemenuhan kebutuhan air bersih bagi penduduk kota, sekaligus sebagai sumber pengairan bagi daerah pesawahan di sekitar kota. Sistem filtrasi air dengan metode pengendapan di pengindelan abang dan pengindelan putih merupakan bukti majunya teknologi air pada masa tersebut.
Pada masa Maulana Yusuf memerintah, perdagangan Banten sudah sangat maju dan Banten bisa dianggap sebagai sebuah kota pelabuhan emperium, tempat barang-barang dagangan dari berbagai penjuru dunia digudangkan dan kemudian didistribusikan (Michrob dan Chudari, 1993:82-83). Tumbuh dan berkembangnya pemukiman-pemukiman pendatang dari mancanegara terjadi pada masa ini. Kampung Pekojan umpamanya untuk para pedagang Arab, Gujarat, Mesir, dan Turki, yang terletak di sebelah barat Pasar Karangantu. Kampung Pecinan untuk para pedagang Cina, yang terletak di sebelah barat Masjid Agung Banten.
Masa kejayaan Banten selanjutnya diteruskan oleh Maulana Muhammad paska mangkatnya Maulana Yusuf pada tahun 1580. Maulana Muhammad dikenal sebagai sultan yang amat saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam ia banyak menulis kitab-kitab agama Islam yang kemudian dibagikan kepada yang membutuhkannya. Kesejahteraan masjid dan kualitas kehidupan keberagamaan sangat mewarnai masa pemerintahannya walaupun tak berlangsung lama karena kematiannya yang tragis dalam perang di Palembang pada tahun 1596 dalam usia sangat muda, sekitar 25 tahun.
Paska mangkatnya Maulana Muhammad Banten mengalami masa deklinasi ketika konflik dan perang saudara mewarnai keluarga kesultanan khususnya selama masa perwalian Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir yang baru berusia lima bulan ketika ayahandanya wafat. Puncak perang saudara bermuara pada peristiwa Pailir, dan setelahnya Banten mulai kembali menata diri.
Dengan berakhirnya masa perwalian Sultan Muda pada bulan Januari 1624, maka Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir diangkat sebagai Sultan Banten (1596-1651). Sultan yang baru ini dikenal sebagai orang yang arif bijaksana dan banyak memperhatikan kepentingan rakyatnya. Bidang pertanian, pelayaran, dan kesehatan rakyat mendapat perhatian utama dari Sultan Banten ini. Ia berhasil menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain, terutama dengan negara-negara Islam. Dialah penguasa Banten pertama yang mendapat gelar Sultan dari penguasa Arab di Mekkah (1636). Sultan Abdulmufakhir bersikap tegas terhadap siapa pun yang mau memaksakan kehendaknya kepada Banten. Misalnya menolak kemauan VOC yang hendak memaksakan monopoli perdagangan di Banten (Ekadjati (ed.), 1984:97-98). Dan akibatnya kebijakannya ini praktis masa pemerintahannya diwarnai oleh ketegangan hingga blokade oleh VOC terhadap Banten.
bersambung: Sejarah Singkat Kesultanan Banten (Fase Konflik hingga Fase Keruntuhan)
Sumber : Mengawal Aspirasi Masyarakat Banten Menuju Iman Taqwa (Memori Pengabdian DPRD Banten Masa Bhakti 2001-2004), diterbitkan oleh Sekretariat DPRD Provinsi Banten, 2004.
Berbagai sumber tersebut setidaknya mampu menggambarkan betapa Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten yang berada di jalur perdagangan internasional, berinteraksi dengan dunia luar sejak awal abad Masehi. Kemungkinan pada abad ke-7 Banten sudah menjadi pelabuhan internasional. Dan berbagai konsekuensi logisnya, Islam diyakini telah masuk dan berakulturasi dengan budaya setempat sebagaimana diceritakan dalam berita Tome Pires pada tahun 1513.
Proses Islamisasi Banten, yang diawali oleh Sunan Ampel, kemudian diteruskan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang seluruh kisahnya terekam dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari. Fase sejarah penting menguatnya pengaruh Islam terjadi ketika Bupati Banten menikahkan adiknya, yang bernama Nyai Kawunganten, dengan Syarif Hidayatullah yang kemudian melahirkan dua anak yang diberi nama Ratu Wulung Ayu dan Hasanuddin sebagai cikal bakal dimulainya fase sejarah Banten sebagai Kesultanan Banten (Djajadiningrat, 1983:161). Bersama putranya inilah Sunan Gunung Jati melebarkan pengaruh dalam menyebarluaskan agama Islam ke seluruh tatar Sunda hingga saatnya Sang Wali kembali ke Cirebon.
Takluknya Prabu Pucuk Umun di Wahanten Girang (sekarang di kenal dengan daerah Banten Girang di Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang - Wahanten Girang merupakan bagian wilayah dari Kerajaan Padjadjaran yang berpusat di Pakuan - sekarang di kenal dengan wilayah Pakuan Bogor) pada tahun 1525 selanjutnya menjadi tonggak dimulainya era Banten sebagai Kesultanan Banten dengan dipindahkannya Pusat Pemerintahan Banten dari daerah Pedalaman ke daerah Pesisir pada tanggal 1 Muharam 933 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 (Microb dan Chudari, 1993:61).
Atas pemahaman geo-politik yang mendalam Sunan Gunung Jati menentukan posisi Keraton, Benteng, Pasar, dan Alun-Alun yang harus dibangun di dekat kuala Sungai Banten yang kemudian diberi nama Keraton Surosowan. Hanya dalam waktu 26 tahun, Banten menjadi semakin besar dan maju, dan pada tahun 1552 Masehi, Banten yang tadinya hanya sebuah kadipaten diubah menjadi negara bagian Kesultanan Demak dengan dinobatkannya Hasanuddin sebagai Sultan di Kesultanan Banten dengan gelar Maulanan Hasanuddin Panembahan Surosowan (Pudjiastuti, 2006:61).
Ketika sudah menjadi Pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Jawa, sejajar dengan Malaka. Kota Banten terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk (Teluk Banten), yang lebarnya sampai tiga mil. Kota ini panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa, masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, dimana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Keraton Sultan terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat Sultan bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alaun-alun didirikan sebuah Masjid Agung (Djajadiningrat, 1983:84).
Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonomian masyarakat. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang Belanda (Ekadjati (ed.), 1984:97).
Wujud dari interaksi budaya dan keterbukaan masyarakat Banten tempo dulu dapat dilihat dari berkembangnya perkampungan penduduk yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara seperti Melayu, Ternate, Banjar, Banda, Bugis, Makassar, dan dari Jawa sendiri serta berbagai bangsa dari luar Nusantara seperti Pegu (Birma), Siam, Parsi, Arab, Turki, Bengali, dan Cina (Leur, 1960:133-134; Tjiptoatmodjo, 1983:64). Setidaknya inilah fakta sejarah yang turut memberikan kontribusi bagi kebesaran dan kejayaan Banten.
Dalam usahanya membangun Banten, Maulana Hasanuddin sebagai Sultan Banten pertama (1552-1570), menitikberatkan pada pengembangan sektor perdagangan dengan lada sebagai komoditas utama yang diambil dari daerah Banten sendiri serta daerah lain di wilayah kekuasaan Banten, yaitu Jayakarta, Lampung, dan terjauh yaitu dari Bengkulu (Tjandrasasmita, 1975:323).
Perluasan pengaruh juga menjadi perhatian Sultan Hasanuddin melalui pengiriman ekspedisi ke pedalaman dan pelabuhan-pelabuhan lain. Sunda Kelapa sebagai salah satu pelabuhan terbesar berhasil ditaklukkan pada tahun 1527 dan takluknya Sunda Kelapa menjadi "Jayakarta" (setelah jatuh ketangan VOC-Belanda berubah menjadi Batavia kemudian berubah lagi menjadi Jakarta). Dengan takluknya Sunda Kelapa, Banten memegang peranan strategis dalam perdagangan lada yang sekaligus menggagalkan usaha Portugis di bawah pimpinan Henrique de Leme dalam usahanya menjalin kerjasama dengan Raja Sunda/Padjadjaran (Kartodirdjo, 1992:33-34). Sunda Kelapa merupakan Pelabuhan Utama Kerajaan Padjadjaran, dengan jatuhnya Sunda Kelapa ke Kesultanan Banten praktis Kerajaaan Padjadjaran kehilangan wilayah pesisir utamanya yang sebelumnya Pelabuhan Caruban oleh Kesultanan Demak dan kemudian berdirinya Kesultanan Cirebon. Sebelumnya Kerajaan Padjadjaran hendak menjalin kerjasama dengan orang-orang Portugis untuk menghadapi pengaruh Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten di wilayah pesisir utara.
Paska wafatnya Maulana Hasanuddin, pemerintahan dilanjutkan oleh Maulana Yusuf (1570-1580), putra pertamanya dari Ratu Ayu Kirana, putri Sultan Demak. Kemasyuran Banten makin meluas ketika politik ekspansinya berhasil pula menaklukkan Kerajaan Padjadjaran di Pakuan yang dibantu oleh Kesultanan Cirebon pada tahun 1579 sehingga Kerajaan Padjadjaran akhirnya benar-benar runtuh (Atja, 1986: 151-152, 189).
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, sektor pertanian berkembang pesat dan meluas hingga melewati daerah Serang sekarang, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut dibuat terusan irigasi dan bendungan. Danau (buatan) Tasikardi merupakan sumber pemenuhan kebutuhan air bersih bagi penduduk kota, sekaligus sebagai sumber pengairan bagi daerah pesawahan di sekitar kota. Sistem filtrasi air dengan metode pengendapan di pengindelan abang dan pengindelan putih merupakan bukti majunya teknologi air pada masa tersebut.
Pada masa Maulana Yusuf memerintah, perdagangan Banten sudah sangat maju dan Banten bisa dianggap sebagai sebuah kota pelabuhan emperium, tempat barang-barang dagangan dari berbagai penjuru dunia digudangkan dan kemudian didistribusikan (Michrob dan Chudari, 1993:82-83). Tumbuh dan berkembangnya pemukiman-pemukiman pendatang dari mancanegara terjadi pada masa ini. Kampung Pekojan umpamanya untuk para pedagang Arab, Gujarat, Mesir, dan Turki, yang terletak di sebelah barat Pasar Karangantu. Kampung Pecinan untuk para pedagang Cina, yang terletak di sebelah barat Masjid Agung Banten.
Masa kejayaan Banten selanjutnya diteruskan oleh Maulana Muhammad paska mangkatnya Maulana Yusuf pada tahun 1580. Maulana Muhammad dikenal sebagai sultan yang amat saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam ia banyak menulis kitab-kitab agama Islam yang kemudian dibagikan kepada yang membutuhkannya. Kesejahteraan masjid dan kualitas kehidupan keberagamaan sangat mewarnai masa pemerintahannya walaupun tak berlangsung lama karena kematiannya yang tragis dalam perang di Palembang pada tahun 1596 dalam usia sangat muda, sekitar 25 tahun.
Paska mangkatnya Maulana Muhammad Banten mengalami masa deklinasi ketika konflik dan perang saudara mewarnai keluarga kesultanan khususnya selama masa perwalian Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir yang baru berusia lima bulan ketika ayahandanya wafat. Puncak perang saudara bermuara pada peristiwa Pailir, dan setelahnya Banten mulai kembali menata diri.
Dengan berakhirnya masa perwalian Sultan Muda pada bulan Januari 1624, maka Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir diangkat sebagai Sultan Banten (1596-1651). Sultan yang baru ini dikenal sebagai orang yang arif bijaksana dan banyak memperhatikan kepentingan rakyatnya. Bidang pertanian, pelayaran, dan kesehatan rakyat mendapat perhatian utama dari Sultan Banten ini. Ia berhasil menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain, terutama dengan negara-negara Islam. Dialah penguasa Banten pertama yang mendapat gelar Sultan dari penguasa Arab di Mekkah (1636). Sultan Abdulmufakhir bersikap tegas terhadap siapa pun yang mau memaksakan kehendaknya kepada Banten. Misalnya menolak kemauan VOC yang hendak memaksakan monopoli perdagangan di Banten (Ekadjati (ed.), 1984:97-98). Dan akibatnya kebijakannya ini praktis masa pemerintahannya diwarnai oleh ketegangan hingga blokade oleh VOC terhadap Banten.
bersambung: Sejarah Singkat Kesultanan Banten (Fase Konflik hingga Fase Keruntuhan)
Sumber : Mengawal Aspirasi Masyarakat Banten Menuju Iman Taqwa (Memori Pengabdian DPRD Banten Masa Bhakti 2001-2004), diterbitkan oleh Sekretariat DPRD Provinsi Banten, 2004.
Jawa
,
Jawabarat
,
Jejak Sejarah
,
{[['']]}
Label:
Jawa
,
Jawabarat
,
Jejak Sejarah
Sejarah Singkat Kesultanan Banten (Fase Berdirinya hingga Fase Keemasan 2 )
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
11:27 PM
with
No comments
Sambungan dari:
Konflik antara Banten dengan VOC semakin tajam ketika VOC memperoleh tempat kedudukan di Jayakarta yang kemudian dirubah menjadi Batavia. Persaingan dagang dengan Banten tak pernah berkesudahan. VOC mengadakan siasat blokade terhadap pelabuhan niaga Banten, melarang dan mencegah jung-jung (kapal dagang) dari Cina dan perahu-perahu dari Maluku yang akan berdagang ke pelabuhan Banten yang membuat pelabuhan Banten hampir lumpuh. Perlawanan sengit orang Banten terhadap VOC pecah pada bulan November 1633 dengan mengadakan "gerilya" di laut sebagai "perompak" dan di daratan sebagai "perampok" sehingga memprovokasi VOC untuk melakukan ekspedisi ke Tanam, Anyer, dan Lampung. Kota Banten sendiri berkali-kali diblokade. Situasi perang terus berlangsung selama enam tahun, dan ketegangan masih terus terjadi hingga wafatnya Sultan Abulmufakhir pada tahun 1651 dan digantikan oleh Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-Mu'ali Ahmad atau Pangeran Ratu Ing Banten atau Sultan Abulfath Abdulfattah atau yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672).
Sultan Ageng Tirtayasa yang ahli strategi perang berhasil membina mental para prajurit Banten dengan cara mendatangkan guru-guru agama dari Arab, Aceh, Makassar, dan daerah lainnya. Perhatiannya yang besar pada perkembangan pendidikan agama Islam juga mendorong pesatnya kemajuan agama Islam selama pemerintahannya.
Pelabuhan Banten yang semula diblokade VOC perlahan namun pasti mulai pulih ketika Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menarik perdagangan bangsa Eropa lainnya, seperti Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis yang notabene merupakan pesaing berat VOC. Strategi ini bukan hanya berhasil memulihkan perdagangan Banten namun sekaligus memecah konflik politik menjadi persaingan perdagangan antar bangsa-bangsa Eropa.
Selain mengembangkan perdagangan, Sulta Ageng Tirtayasa gigih berupaya juga untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan ke wilayah Priangan, Cirebon, dan sekitar Batavia guna mencegah perluasan wilayah Mataram yang telah masuk sejak awal abad ke-17. Selain itu, selain itu juga mencegah pemaksaan monopoli perdagangan VOC yang tujuan akhirnya adalah penguasaan secara politik terhadap Banten (Kartodirdjo, 1988:113-115, 150-154, 204-209). VOC yang mulai terancam oleh pengaruh Sultan Ageng Tirtayasa yang makin luas pada tahun 1655 mengusulkan kepada Sultan Banten agar melakukan pembaruan perjanjian yang sudah hampir 10 tahun dibuat oleh kakeknya pada tahun 1945. Akan tetapi, Sultan dengan tegas bersikap tidak merasa perlu memperbaruinya selama pihak VOC ingin menang sendiri.
Meskipun disibukkan dengan urusan konflik dengan VOC, Sultan tetap melakukan upaya-upaya pembangunan dengan membuat saluran air untuk kepentingan irigasi sekaligus memudahkan transportasi dalam peperangan. Upaya itu berarti pula meningkatkan produksi pertanian yang erat hubungannya dengan kesejahteraan rakyat serta untuk kepentingan logistik jika menghadapi peperangan. Karena Sultan banyak mengusahakan pengairan dengan melaksanakan penggalian saluran-saluran menghubungkan sungai-sungai yang membentang sepanjang pesisir utara, maka atas jasa-jasanya ia digelari Sultan Ageng Tirtayasa (Tjandrasasmita, 1995:116)
Usaha Sultan Ageng Tirtayasa baik dalam bidang politik siplokasi maupun bidang pelayaran dan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain semakin ditingkatkan. Pelabuhan Banten makin ramai dikunjungi pada pedagang asing dari Persia, India, Arab, Cina, Jepang, Filipina, Melayu, Pegu, dan lainnya. Demikian pula dengan bangsa-bangsa dari Eropa yang bersahabat dengan Inggris, Prancis, Denmark, dan Turki.
Sultan Ageng Tirtayasa telah membawa Banten ke puncak kejayaannya, di samping berhasil memajukan pertanian dengan sistem irigasi ia pun berhasil menyusun kekuatan angkatanperangnya yang sangat disegani, memperluas hubungan diplomatik, dan meningkatkan volume perniagaan Banten sehingga Banten menempatkan diri secara aktif dalam dunia perdagangan internasional di Asia (Ekadjati, 1984:98).
Puncak konflik antara Banten dan VOC terjadi setelah Perjanjian Amangkurat II (Kesuhunan Mataram) dengan VOC membawa pengaruh politik yang besar terhadap Kesultanan Banten, dan setelah pemberontakan Trunojoyo (Madura) dapat dipadamkan, akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa harus berhadapan dengan VOC (Wangania, 1995:44). Pada saat yang bersamaan Kesultanan Banten mengalami perpecahan dari dalam. Putra Mahkota, Sultan Abu Nasr Abdul Kahar, yang dikenal dengan Sultan Haji diangkat jadi pembantu ayahnya mengurus urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar negeri dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa dan dibantu oleh puteranya sendiri, Pangeran Arya Purbaya. Pemisahan urusan pemerintahan ini dimanfaatkan VOC untuk mendekati dan menghasut Sultan Haji guna melawan ayahnya. Dengan bantuan pasukan VOC, pada tahun 1681 Sultan Haji melakukan kudeta kepada ayahnya dan berhasil menguasai Keraton Surosowan yang kemudian berada di bawah kekuasaan VOC. Pada tanggal 27 Pebruari 1682, pecah perang antara ayah dan anak setahun lamanya hingga Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap akibat penghianatan anaknya sendiri, Sultan Haji. Sultan Ageng Tirtayasa dipenjarakan di Batavia sampai ia meninggal tahun 1692 dan kemudian dimakamkan di kompleks Masjid Agung Banten (Ekadjati, 1995:101-102; Ensiklopedia Sunda, 200:661; Wangania, 1995:45).
Dengan ditandatanganinya perjanjian pada tanggal 17 April 1684 antara Kesultanan Banten yang diwakili oleh Sultan Abdul Kahar, Pangeran Dipaningrat, Kiai Suko Tajuddin, Pangeran Natanagara, dan Pangeran Natawijaya, dengan VOC yang diwakili oleh Komandan dan Presiden Komisi Francois Tack, Kapten Herman Dirkse Wonderpoel, Evenhart van der Schuer, serta kapten bangsa Melayu Wan Abdul Bagus, maka lenyaplah kejayaan dan kemajuan Kesultanan Banten, karena ditelan monopoli dan penjajahan Belanda (VOC). Akibat perjanjian ini Kesultanan Banten diambang keruntuhan. Selangkah demi selangkah VOC mulai menguasai Kesultanan Banten. Benteng VOC mulai didirikan pada tahun 1684-1685 di bekas benteng kesultanan yang dihancurkan, dan benteng ini dirancang oleh arsitekur yang sudah masuk Islam dan menjadi anggota kesultanan bernama Hendrick Lucaszoon Cardeel. Benteng yang didirikan itu diberi nama Speelwijk, untuk memperingati Gubernur Jenderal Spleelma. Dengan demikian, praktis Banten sebagai pusat kekuasaan dan kesultanan telah pudar. Demikian pula peranan Banten sebagai pusat perniagaan antarbangsa telah tertutup. Tidak ada lagi kebebasan melaksanakan perdagangan (Tjandrasasmita, 1995:118).
Penderitaan rakyat semakin berat bukan saja karena pembersihan atas pengikut Sultan Ageng Tirtayasa serta pajak yang tinggi, selain karena Sultan harus membayar biaya perang, juga karena monopoli perdagangan VOC. Rakyat dipaksa untuk menjual hasil pertaniannya, terutama lada dan cengkeh, kepada VOC melalui pegawai kesultanan yang ditunjuk, dengan harga yang sangat rendah. Sultan seolah-olah hanya sebagai pegawai VOC dalam hal pengumpulan lada dari rakyat. Pedagang-pedagang Inggris, Prancis dan Denmark karena banyak membantu Sultan Ageng Tirtayasa dalam perang yang lalu, diusir dari Banten.
Kerusuhan demi kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang bergejolak selama pemerintahan Sultan Haji. Perampokan dan pembunuhan terhadap para pedagang dan patroli VOC, baik di luar kota maupun di dalam kota. Pernah terjadi pembakaran yang menghabiskan 2/3 bangunan di dalam kota. Ketidakamanan pun terjadi di lautan, banyak kapal VOC dibajak oleh "bajak negara" yang bersembunyi di sekitar perairan Bojonegara sekarang (salah satu kecamatan di Kabupaten Serang). Sebagian besar rakyat tidak mengakui Sultan Haji sebagai sultan. Oleh karena itu, kehidupan Sultan Haji selalu berada dalam kegelisahan dan ketakutan. Penyesalan perlakuan buruknya terhadap ayahnya sendiri, saudara, sahabat, dan prajurit-prajurit yang setia. VOC yang dulu dianggap sebagai sahabat dan pelindungnya, akhirnya menjadi tuan yang harus dituruti segala kehendaknya. Karena tekanan-tekanan itu, akhirnya Sultan Haji jatuh sakit hingga meninggal dunia pada tahun 1687. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Sedakingkin sebelah utara Masjid Agung Banten, sejajar dengan makam ayahnya (Ismail, 1983:7; Tjandrasasmita, 1967:46; Microbdan Chudari, 1993:164).
Paska peristiwa tersebut, Banten memasuki fase sejarah sebagai bagian dari daerah koloni Hindia Belanda. Dan perlawanan-perlawanan sporadis menjadi warna yang kental pada masa pemerintahan berikutnya yang praktis tak berdaulat sebagai sebuah negara/kesultanan.
Sekian.
Sumber: Mengawal Aspirasi Masyarakat Banten Menuju Iman Taqwa (Memori Pengabdian DPRD Banten Masa Bhakti 2001-2004), diterbitkan oleh Sekretariat DPRD Provinsi Banten, 2004.
Jawa
,
Jawabarat
,
Jejak Sejarah
,
{[['']]}
Label:
Jawa
,
Jawabarat
,
Jejak Sejarah
HDD.Low.Level.Format.Tool.4.30+P0RTABLE(Free Full)
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
6:55 PM
with
No comments
HDD Low Level Format Tool v4.30
English | 804 KB | Medicina Incl. | Windows XP, Vista x32/x64, 7 x32/x64, Server 2003, 2008, 2008R2
DESCRIPTION
Performs low level formatting on internal and external drivesHDD Low Level Format Tool is a program to format internal and external hard drives, as well as memory sticks through USB and Firewire. HDD Low Level Format Tool supports formats S-ATA (SATA), IDE (E-IDE), SCSI, SAS, USB and FIREWIRE. It also offers support for large disks (LBA-48). The type of formatting (of lower level) performs HDD Low Level Format Tool is used when a disc is damaged by various causes and not let you even access it. It consists in establishing magnetic marks on the surface of the disk to divide it into areas that may be recognized by the reader. Important! HDD Low Level Format Tool lets the disc as it came from factory, so the information you had stored on the disk formatted will be impossible to recover. It is highly recommended to have knowledge of hardware to know exactly what you are doing before using HDD Low Level Format Tool. HDD Low Level Format Tool supports the following formats Supported interfaces: S-ATA (SATA), IDE (E-IDE), SCSI, SAS, USB, Firewire. Large drives (LBA-48) are supported. The brand hard disks: Maxtor, Hitachi, Seagate, Samsung, Toshiba, Fujitsu, IBM, Quantum, Western Digital, and any other not listed here. The program is also compatible with low level of FLASH card format (SD, MMC, Memory Stick and CompactFlash) with a card reader
Link Download
[https://www.box.com/2hqdhdn6gm7y]
For Windows
,
Software
,
{[['']]}
Label:
For Windows
,
Software
Akar Kebencian Kristen Terhadap Islam
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
4:21 PM
with
No comments
Oleh: Hj Irena Handono,
Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
Count Henri Decastri, seorang pengarang
Perancis menulis dalam bukunya yang berjudul 'ISLAM' tahun 1896: "Saya
tidak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan oleh kaum Muslimin jika
mereka mendengar cerita-cerita di abad pertengahan dan mengerti apa yang
biasa dikatakan oleh ahli pidato Kristen dalam hymne-hymne mereka.
Semua hymne kami bahkan hymne yang muncul sebelum abad ke 12 berasal
dari konsep yang merupakan akibat dari Perang Salib. Hymne-hymne itu
dipenuhi oleh kebencian kepada kaum Muslimin dikarenakan ketidakpedulian
mereka terhadap agamanya. Akibat dari hymne dan nyanyian itu, kebencian
terhadap agama itu tertancap di benak mereka, dan kekeliruan ide
menjadi berakar, yang beberapa di antaranya masih terbawa hingga saat
ini. Tiap orang menganggap Muslim sebagai orang musyrik, tidak beriman,
pemuja berhala dan murtad. Lalu dari mana dasar bahwa Kristen bisa
menjalin hubungan baik dengan Islam?"
Kebencian Kristen kepada Islam
bukanlah hal yang mengada-ada. Walau sudah demikian jelas faktanya, para
pengikut ajaran Kristen malah sering balik menuduh bahwa pengungkapan
fakta itu dianggap provokatif.
Tidak tanggung-tanggung, seorang Paus
pun tak segan menebarkan kebencian kepada Islam. Pada 12 september
2006, sehari setelah peringatan serangan 11 September, alih-alih
mengambil simpati umat Islam, Paus Benediktus XVI—pemimpin tertinggi
umat Katholik di dunia—dalam pidato ilmiahnya di Universitas Regensburg
di Jerman, kembali mengulangi penghinaan terhadap Islam untuk ke sekian
kalinya.
Paus berpidato dengan tema "Korelasi
Antara Iman dan Logika dan Pentingnya Dialog Antar Peradaban dan Agama".
Namun isinya melenceng. Paus Benedict XVI mengutip pernyataan Kaisar
Byzantium abad ke-14 Kaisar Manuel II Palaeologus yang merupakan hinaan
dan kecaman terhadap Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam. Ini berarti Paus Benediktus XVI setuju dengan penghinaan
terhadap Islam seperti yang ia kutip dari dialog tersebut. Bahkan
menurut Paus, pemahaman perang suci atau jihad bertentangan dengan
tabiat Tuhan.
Pidato itu jelas menimbulkan kecaman
luas kaum Muslim. Beberapa hari kemudian Paus Benediktus XVI menyatakan
umat Islam salah memahami konteks ucapannya. Seolah-olah umat Islam
dianggapnya bodoh dan tidak paham konteks sebuah pembicaraan.
Sebuah Alquran palsu dengan nama "The
True Furqan", dicetak di Amerika oleh dua perusahaan percetakan; 'Omega
2001' dan 'Wine Press'. Judul lain buku ini 'The 21st Century Quran',
yang berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa Arab dan Inggris.
Buku ini ditujukan sebagai pemalsuan
Kitab Suci Alquran. Berbagai surah dinamai dengan surat-surat Alquran
seperti An Nur, Al Fatihah, dll. "Bismillah" pada setiap surat diganti
dengan "Bismil Abi, Wal Ibni, Waruuhil Quds" (dengan nama bapak, anak
dan roh qudus).
Tahun 1999, The True Furqan sudah pernah
menyerbu masyarakat. Edisi yang diterbitkan Wine Press Publishing
dengan mudah bisa dibeli di toko-toko buku di Amerika. Bahkan di dunia
maya (internet) The True Furqan ini bisa diakses dengan sangat mudah.
Ini menunjukkan adanya keseriusan dalam kampanye pemalsuan Alquran.
Dan mereka sendiri mengakui bahwa,
"Tujuan The True Furqan adalah sebagai alat penyebaran agama Kristen,"
kata Al Mahdy kepada Baptist News. Menurut Al Mahdy, sejauh ini kaum
evangelis (pengabar Injil) belum berhasil menemukan terobosan penting
untuk bisa menaklukkan dunia Islam.
Tak hanya dari kalangan rohaniawan
bahkan tokoh politik barat pun membenci Islam. Masih sangat segar di
ingatan kita, bahwa George W. Bush dengan lantang mengajak dunia untuk
memerangi siapapun yang berusaha menegakkan syariah Islam.
Hingga Karen Armstrong, mantan
biarawati yang banyak menulis buku tentang Islam, Yahudi, dan Kristen
menulis dalam bukunya, "Orang-orang Eropa mudah menyerang Islam,
walaupun mereka hanya tahu sedikit tentang Islam."
Maha benar Allah dengan segala
firman-Nya yang menyatakan bahwa orang Kristen dan Yahudi tidak akan
berhenti hingga Muslim mengikuti millah mereka (QS al-Baqarah 2:120).
Demikianlah fakta dendam kesumat dan rasa benci orang Kristen dan Yahudi
kepada Islam. Dan peringatan Allah tentang hal ini dalam Alquran sudah
demikian jelasnya.
Di surah yang lain Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman: "...Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyi-kan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. ..." (Qs.
Ali Imran 3:118).
Apa yang membuat mereka hingga seperti itu?
Seperti yang telah dibahas di edisi yang
lalu, kami telah menjelaskan bagaimana komentar kebencian mereka
terhadap Islam. Bahkan hingga Count Henri Decastri, seorang pengarang
Perancis menyatakan, "Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan
dikatakan oleh kaum Muslimin jika mereka mendengar cerita-cerita di abad
pertengahan dan mengerti apa yang biasa dikatakan oleh ahli pidato
Kristen dalam hymne-hymne mereka."Itu hanya sedikit contoh dari
bagaimana mereka membenci Islam. Di dalam buku "Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam Bukan Pedofili" yang saya tulis, saya mengutip beberapa
bukti kebencian mereka terhadap Islam dengan menghujat, mencaci
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Sebenarnya akar permusuhan Kristen
terhadap Islam bukan disebabkan oleh kesalahpahaman umat Islam terhadap
agama itu, atau oleh karena luka lama Perang Salib. Ketidaksukaan orang
Kristen terhadap Islam lebih fundamental dari itu, yakni karena
penolakan Alquran secara tegas tentang penyaliban Nabi Isa dan konsep
Trinitas. Penolakan ini berarti juga pengingkaran/pengabaian terhadap
keyakinan yang selama ini dipegang erat oleh kaum Kristen. Jadi akarnya
terdapat di dalam Alquran.
Para ulama terdahulu menulis karya-karya
yang mengkritik keyakinan Kristen tersebut. Al-Ghazzali misalnya
menulis Al Radd al-Jamil li Ilahiyati Isa bi Syarh al-Injil, Ibnu
Taymiyyah juga menulis Al-Jawab al-Shahih Liman Baddala Din al-Masih.
Tulisan mereka bukan propaganda tapi penjelasan kembali tentang apa yang
disampaikan oleh Alquran. Tidak banyak orang Kristen yang mengerti
bahwa di antara rukun iman dalam Islam adalah meyakini kenabian Isa as
dan kitab yang dibawanya, dan bahwa Nabi Isa as itu bukan Tuhan atau
anak Tuhan. Jika kitab Injil yang asli dapat dibaca pada hari ini tentu
tidak ada pertentangan dengan Alquran.
Kaum orientaslis tidak mungkin bisa
menoleransi dengan menerima kebenaran Alquran. Karena di dalam Alquran
banyak sekali kecaman-kecaman terhadap doktrin-doktrin/pokok-pokok
keyakinan agama Kristen. Contoh, surah Al-Maaidah ayat 17, Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah
Al Masih putera Maryam." ...
Lihat surah Al-Maaidah: 72, 73; Al-Maaidah: 73; An-Nisaa': 157, dan berbagai ayat lainnya.
Kandungan Alquran yang mengecam ajaran
Yahudi dan Kristen seperti itu telah dan akan menuai reaksi balik dari
orang-orang Yahudi dan Kristen sepanjang masa. Kaisar Bizantium, Leo III
yang hidup pada tahun 717-714 M, artinya 85 tahun sepeninggal
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, menuduh Al-Hajjaj Ibn Yusuf
Al-Tsaqafiy, seorang Gubernur di zaman kekhalifahan Abdul Malik ibn
Marwan (684-704M) telah mengubah Alquran.
Peter, pendeta di Maimuma, pada tahun
743, menyebut Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai nabi
palsu. Yahya Al-Dimasyqiy atau dikenal juga sebagai John of Damascus
pada tahun 740 M, menulis dalam bahasa Yunani kuno kepada kalangan
Kristen ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti-kristus. John of Damascus
berpendapat bahwa Muhammad adalah seorang penipu kepada orang Arab yang
bodoh.
Ia juga mengatakan Nabi Muhammad
menikahi Khadijah ra karena ingin mendapatkan kekayaan dan kesenangan.
Ia bahkan menuduh dengan sangat keji bahwa Rasulullah menderita epilepsi
terbukti dengan peristiwa menerima wahyu dari Jibril, dan hobi
berperang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan (Daniel J.Sahas, John
of Damascus on Islam: "The Heresy of the Ishmaelites", Leiden: E.J.
Brill, 1972, hlm.67-95).
Fitnah-fitnah dan sikap permusuhan
sengit terhadap Islam tersebut terus berlanjut dan rupanya itu menjadi
rujukan tulisan-tulisan modern para orientalis seperti yang terkenal
saat ini, Robert Morey dengan bukunya The Islamic Invation yang menyebar
di negeri ini dan membuat keresahan Muslim di Indonesia pada tahun
2003.
Image buruk terus dilanjutkan, hingga
Snouck Hurgronje (1857-1936) pernah mengatakan: "Pada zaman skeptik kita
ini, sangat sedikit sekali yang lepas dari kritik, dan suatu hari nanti
kita mungkin akan mengharapkan untuk mendengar bahwa Muhammad tidak
pernah ada". Snouck Hurgronje datang ke Aceh dengan mengaku sebagai
mualaf yang bernama Abdul Ghafar.
Pemikiran Snouck dituangkan dalam sebuah
artikel pada tahun 1930 yang ditulis oleh Klimovich dengan judul, "Did
Muhammad ever exist?". Dalam artikel tersebut Klimovich menggiring pada
suatu penyimpulan bahwa semua sumber informasi tentang kehidupan
Muhammad adalah buatan belaka.
Jelas sekali bahwa orientalis klasik
maupun kontemporer mempunyai kebencian yang sama terhadap Islam. Hanya
mungkin berbeda dari cara dan strateginya saja. Namun pada intinya
mereka menolak kenabian Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan
kebenaran Alquran.
Sungguh Maha Benar Allah yang telah
memperingatkan kita dengan sangat jelas dalam Alquran, surah Al-Baqarah
ayat 120,"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka."
Jejak Sejarah
,
Tentang Islam
,
{[['']]}
Label:
Jejak Sejarah
,
Tentang Islam
Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif - Bagian Pertama
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
4:18 PM
with
No comments
oleh: Drs. Muslih Fathoni, M.A.
Bagian Pertama
PENDAHULUAN
Akidah tauhid yang merupakan sokoguru
kesatuan bagi ummat Muslim yang diliputi oleh suasana persaudaraan,
sejak zaman Nabi SAW., menjadi goyah terutama menjelang berakhirnya
dekade kedua masa Khulafa'ur-Rasyldin yaitu, diakhir pemerintahan
Khalifah 'Usman ibn 'Affan. Sebab utama goyahnya kesatuan ummat Muslim
tersebut, berpangkal pada pertikaian politik yang bercorak keagamaan
diantara kelompok-kelompok Muslim yang sedang bersaing. Peristiwa
tersebut merupakan awal masa desintegrasi yang dalam perkembangan
selanjutnya, terutama sesudah terbunuhnya Khalifah ketiga, benar-benar
mendorong lahirnya sekte-sekte dalam Islam dengan doktrin atau ajaran
masing-masing yang berbeda-beda.
Kambuhnya semangat fanatisme golongan di
satu pihak, dan munculnya sikap kultus individu terhadap diri 'Ali ibn
Abi Talib dan Ahl al-Bait di pihak lain, tampaknya sangat berpengaruh
terhadap lahirnya doktrin teologi kaum Syi'ah dalam penalaran
sejarahnya. Kekalahan mereka di bidang politik dan militer, selama
pemerintahan Bani Umayyah dan Bani 'Abbasiyyah, yang menyebabkan banyak
di antara para imam mereka menjadi korban politik, rupanya merupakan
faktor penting yang mendorong lahirnya ide atau mitos tentang Imam Mahdi
atau al-Mahdi al-Muntazar.
Keanekaragaman aspirasi politik dan
doktrin yang dibawa oleh berbagai sekte dalam Islam itu, berdampak
negatif sebagai akibat terjadinya akulturasi budaya dan keyakinan,
sesudah meluasnya daerah kekuasaan Islam. Rupanya al-Quran dan Sunnah
Rasul tidak lagi dijadikan sebagai rujukan oleh sekian banyak aliran
yang muncul waktu itu guna mencari titik temu. Akan tetapi sebaliknya,
justru keduanya mereka jadikan sebagai dasar untuk menguatkan doktrin
atau paham mereka masing-masing. Sikap demikian ini mendorong mereka
kepada tindakan-tindakan yang ekstrem dan permusuhan dengan sesama
Muslim, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh golongan Syi'ah maupun
Ahmadiyah dalam mewujudkan dan menyebarkan ide serta pengaruh mereka
masing-masing.
Paham Mahdi atau Mahdiisme, sebagaimana
diketahui dalam sejarah, adalah ajaran yang meyakini akan datangnya
seorang tokoh Juru Selamat atau Messiah pada ummat yang tertindas,
akibat merajalelanya kezaliman penguasa. Tokoh tersebut dikenal sebagai
al-Mahdi yang ditunggu-tunggu. Paham yang millenaristis ini, juga pernah
muncul di Indonesia sekitar abad XIX - abad XX, khususnya di Jawa pada
masa pemerintahan kolonial Belanda. Tokoh gerakan tersebut oleh sebagian
masyarakat Jawa dikenal pula dengan nama Ratu Adil.1) Dengan demikian,
corak gerakan Mahdiisme dapat dikatakan sebagai modus gerakan masyarakat
belum maju yang tertindas serta mengalami perubahan tata sosial yang
drastis untuk melakukan protes sosial terhadap penguasa yang lalim guna
memperoleh kejayaan mereka kembali. Lahirnya Mahdiisme juga bermula dan
protes-protes sosial sebagai akibat pergolakan politik yang didorong
oleh ambisi ingin merebut kekuasaan dari sekian banyak kelompok Muslim
yang saling bermusuhan pada permulaan sejarahnya.
Dari serangkaian kegagalan pemberontakan
bersenjata yang dimotori oleh kaum Syi'ah selama kurang lebih dua abad
lamanya, mereka mengalami kekecewaan yang mendalam, kekalahan serta
penderitaan yang beruntun, dan selalu menjadi korban kekerasan
lawan-lawan politiknya. Disamping itu, tidak sedikit di antara para imam
mereka menjadi korban kekerasan politik; dan ini menyebabkan kecintaan
mereka kepada imam-imam tersebut semakin mendalam. Keadaan seperti
inilah yang menyebabkan kaum Syi'ah mudah mencerna 'aqidah ar-raj'ah dan
masalah al-gaibah, dua masalah yang tampaknya merupakan faktor dominan
dalam mempercepat proses lahirnya sikap menunggu-nunggu kehadiran
kembali para imam mereka yang telah wafat atau yang tidak mereka akui
kematiannya.
Kepercayaan seperti ini tidak dikenal
oleh ummat Muslim sebelumnya. Oleh karena itu, doktrin Mahdiisme, yang
semula lahir sebagai penggerak gerakan keagamaan yang bersifat politis,
berkembang menjadi doktrin teologi yang eskatologis. Paham Mahdiisme ini
semakin luas pengaruhnya dan bahkan akhirnya menjadi milik berbagai
aliran dalam Islam.
Paham Mahdi semula muncul di kalangan
Syi'ah Kaisaniyyah, aliran ini berkeyakinan bahwa Muhammad ibn Hanafiyah
adalah al-Mahdi al-Muntazar. Menurut keyakinan mereka, dia masih hidup
dan tinggal di bukit Radwa, dan kehadirannya kembali senantiasa mereka
tunggu Dalam hubungan ini timbul pertanyaan, mengapa paham Mahdi ini
tidak tumbuh di kalangan kaum Khawarij? Jawaban terhadap pertanyaan ini
cukup jelas: bahwa kaum Khawarij tidak mengenal 'aqidah ar-raj'ah dan
al-gaibah, sekalipun sekte tersebut juga mengalami nasib yang sama
dengan nasib kaum Syi'ah.
Selanjutnya paham Mahdi ini pun muncul
di kalangan sekte Syi'ah al-Jarudiyyah. Para pengikut keyakinan sekte
ini selalu menunggu kehadiran kembali imam mereka, Muhammad ibn
'Abdullah, atau yang dikenal dengan sebutan an-Nafsuz-Zakiyyah, sebagai
al-Mahdi.
Di kalangan Syi'ah Imamiyyah, terdapat
dua kelompok pengikut paham Mahdi yang besar pengaruhnya dan terkenal
dalam sejarah, yaitu sekte Syi'ah Sab'iyyah (Syi'ah Tujuh) atau yang
dikenal dengan Syi'ah Isma'iliyyah atau Syi'ah Batiniyyah, dan kedua
adalah sekte Isna 'Asyariyyah (Syi'ah Duabelas). Dalam merealisasikan
ide kemahdiannya kedua aliran tersebut tampaknya terdapat perbedaan yang
cukup menonjol. Jika kemahdian Syi'ah Isma'iliyyah lebih bersifat
realistis, maka kemahdian Syi'ah Isna 'Asyariyyah lebih bersifat
idealis. Menurut sekte yang disebut pertama, al-Mahdi itu telah
mengejawantah pada diri Abdullah ibn Muhammad, dan ia berhasil membentuk
dinastinya di Magrib (Afrika), sedangkan menurut sekte yang disebut
kedua, al-Mahdi itu terjelma pada diri Muhammad ibn Hasan al-'Askari
(Imam keduabelas) sesudah ia dinyatakan hilang secara misterius dan
dinyatakan pula sebagai yang ditunggu-tunggu tanpa batas waktu tertentu.
Paham Mahdi yang pernah berkembang di
Indonesia lebih mirip dengan paham Mahdi Syi'ah daripada paham Mahdi
Ahmadiyah. Menurut aliran terakhir ini, al-Mahdi dan al-Masih adalah
satu pribadi yang terjelma pada diri Mirza Ghulam Ahmad, pendiri aliran
tersebut. Selain itu, ia juga mengaku sebagai jelmaan Krishna. Aliran
ini berpendapat bahwa kehadiran al-Mahdi didasarkan atas pengangkatan
dari Tuhan melalui jalan ilham atau mukasyafah (terbukanya tirai alam
gaib).
Pengalaman Mirza Ghulam Ahmad tersebut
oleh sementara pengikutnya diinterpretasikan sebagai wahyu. Asumsi ini
tampaknya dibenarkan oleh Mirza, karena itu wahyu dipandang masih
terbuka sepanjang zaman, asalkan syari'atnya tetap mengikuti syari'at
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Demikian pandangan aliran
Ahmadiyah Qadian terhadap diri Mirza. Berbeda dengan aliran Ahmadiyah
Lahore, mereka memandangnya hanya sebagai mujaddid abad ke-14 H, dan ia
bukan nabi hakiki. Sebab ia hanya menerima wahyu tajdid atau wahyu
walayah (wahyu kewalian), bukan wahyu nubuwwah (wahyu kenabian).
Sekalipun demikian, aliran kedua ini, secara implisit masih mengakui
Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, yakni nabi secara lugawi.2) Tugas
kemahdian dan kemasihan Mirza memang dapat dijumpai dalam berbagai
literatur dan diuraikan secara jelas baik oleh Mirza sendiri maupun oleh
para pengikutnya. Akan tetapi dapat dikatakan langka uraian yang
menyangkut tugas kekrishnaannya, sebagai yang pernah dinyatakan pada
1904, bahwa dirinya adalah penjelmaan Krishna. Jika pengakuannya sebagai
Krishna adalah atas dasar wahyu maka sulit dibuktikan kebenarannya baik
secara literal maupun melalui tanda-tanda alamiah. Dengan demikian,
ummat Muslim yang non-Ahmadiyah, tentunya sulit menerima kebenaran
pengakuan tersebut.
Sebagaimana diketahui, tugas kemahdian
dan kemasihan Mirza memang berbeda dengan tugas kemahdian dalam Syi'ah.
Menurut Paham Syi'ah, al-Mahdi dikenal pula dengan al-Qa'im (orang yang
bangkit untuk menuntut balas terhadap musuh-musuhnya), sehingga
kepercayaan terhadap al-Mahdi ini merupakan faktor pendorong bagi
perjuangan kaum Syi'ah untuk merebut kekuasaan politik dan untuk
menegakkan pemerintah Islam sesuai dengan aspirasi mereka. Berbeda
dengan tugas kemahdian menurut Ahmadiyah, disini al-Mahdi ingin
menegakkan Islam diatas semua agama, dan karenanya dia dikenal pula
dengan sebutan Hakim Pengislah, yang bertugas mendamaikan ummat Muslim
seluruhnya dan mengislamisasikan yang lain tanpa jalan kekerasan.
Masalah Mahdi tersebut di atas, rupanya
tidak disinggung sama sekali baik dalam al-Quran maupun dalam Sahih
Bukhari maupun Sahih Muslim, sebagaimana dikenal dalam sejarah.3) Akan
tetapi, bagi kaum Syi'ah dan Ahmadiyah, hadis-hadis Mahdiyyah yang
terdapat di dalam kitab-kitab Sunan mereka pandang sebagai hadis
mutawatir (otentik). Oleh sebab itu kedua aliran ini menjadikan paham
Mahdi sebagai prinsip keyakinan. Mereka beranggapan bahwa seorang Muslim
yang menolak Mahdi, berarti Islamnya belum benar. Sikap dan anggapan
seperti ini sering menimbulkan perselisihan dan permusuhan.
Selanjutnya tentang paham kewahyuan
kedua aliran tersebut, dapat dikatakan tidak jauh berbeda, masing-masing
beranggapan bahwa Tuhan tetap akan menurunkan wahyu-Nya sampai hari
kiamat. Dan wahyu yang diturunkan itu menurut golongan Syi'ah dikenal
dengan wahyu ta'lim (wahyu pengajaran), sedangkan menurut golongan
Ahmadiyah dikenal dengan wahyu walayah (wahyu kewalian), atau wahyu
tajdid (wahyu pembaharuan), atau dikenal pula dengan Wahyu muhaddas
(wahyu yang diterima dengan cara berdialog langsung dengan Tuhan-ini
sama dengan Yahudi - Talmud). Term wahyu yang terakhir ini, tampaknya
telah dicipta dan dikenal oleh golongan Syi'ah jauh sebelum lahirnya
Ahmadiyah. Wahyu seperti itu, oleh kedua golongan di atas sangat
dibutuhkan untuk membimbing ummat dan memberi interpretasi sesuai dengan
perkembangan zaman terhadap pernyataan-pernyataan al-Quran. Adapun
perbedaan kedua paham kewahyuan tersebut, pada dasarnya dapat dikatakan
berpangkal pada perbedaan motivasi yang melatarbelakangi lahirnya
gerakan kedua aliran itu.
Sebelum lahirnya paham Mahdi dalam
Islam, paham seperti itu sebenarnya telah dimiliki oleh agama-agama
besar lainnya, terutama dari golongan Hindu, Yahudi, Nasrani dan lain
sebagainya Dan wajarlah apabila golongan Syi'ah yang memunculkannya
untuk pertama kalinya. Sebab kaum Syi'ah lah Yahudi maupun Nasrani.
Kemudian dibuatlah hadis-hadis Mahdiyyah, karena kaum Syi'ah sangat
berkepentingan dengan ide kemahdian tersebut dalam meneruskan perjuangan
menuntut hak legitimasi kekhilafahan. Dan dengan demikian hadis-hadis
Mahdiyyah yang mereka buat cepat menguasai opini masyarakat, sehingga
golongan non Syi'ah pun tidak ketinggalan membuat hadis-hadis Mahdiyyah
dengan versi lain sesuai dengan identitas golongannya masing-masing.
Oleh sebab itu banyak di kalangan para intelektual Muslim yang datang
kemudian menilai hadis-hadis Mahdiyyah tidak ada yang otentik bahkan
keseluruhannya adalah palsu.
Selanjutnya dalam kajian ini akan
dibahas ciri-ciri utama doktrin dan gerakan Mahdiisme Syi'ah dan
Ahmadiyah, dengan harapan pembaca akan memperoleh informasi atau
keterangan yang lebih jelas tentang sifat-sifat kedua gerakan Mahdi
tersebut. Terlepas dari sikap setuju atau tidak setuju terhadap ajaran
mereka, pembaca diharap dapat menilai sendiri secara obyektif, sejauh
mana penyimpangan atau relevansinya dengan ajaran al-Quran dan Sunnah
Rasul.
Maksud dan tujuan penulisan buku ini
ialah memberikan pengertian secara obyektif kepada masyarakat luas
tentang gerakan Mahdiisme tersebut dan tentang cara-cara mereka
mewujudkan cita-cita perjuangannya. Untuk itu, diharapkan agar seluruh
ummat Muslim, tidak mudah terpengaruh dan terlibat dalam
tindakan-tindakan yang ekstrem, apalagi terseret ke dalam permusuhan
dengan sesama Muslim, hanya karena keyakinan yang tidak fundamental
bahkan tidak ada dasar otentiknya sama sekali. Barangkali perlu selalu
diingat bahwa gerakan Syi'ah khususnya dalam memenuhi ambisinya yang
ditopang oleh ide-ide Mahdiisme, manakala masih menjadi kelompok
minoritas ia selalu menyembunyikan identitasnya namun, bila ia merasa
kuat, ia tidak segan-segan bertindak ekstrem dan menyeret pada para
pengikutnya untuk bersikap konfrontatif terhadap pengikut paham lain.
(ini juga sifat Yahudi)
Dengan mengetahui dan memahami keyakinan
dan paham kemahdian Syi'ah dan Ahmadiyah, seorang akan bersikap toleran
dan akan terhindar dari sikap picik karena pandangan yang sempit dan
tindakan ekstrem. Perlu dijelaskan, mengapa dalam kajian ini tidak
dibahas paham Mahdi Ahlus-Sunnah. Hal ini disebabkan oleh langkanya
literatur yang dapat menunjang pembahasan tersebut, seperti:
Al-Mahdiyyah fil-Islam tulisan Sa'ad Muhammad Hasan, al-Mahddyyah karya
Dr. Ahmad Amin, dan lain sebagainya. Adapun yang menjadi pokok
permasalahan dalam kajian ini adalah: Dimanakah letak persamaan dan
perbedaan antara paham Mahdi Syi'ah dan paham Mahdi Ahmadiyah? Dengan
demikian, pembahasannya akan dapat memberi informasi, manakah diantara
ajaran kedua golongan tersebut yang lebih relevan dengan al-Quran dan
Sunnah, apabila dilihat dari aspek teologi. Untuk memecahkan
permasalahannya, akan digunakan pendekatan secara historis dan
komparatif. Selanjutnya dalam bahasan ini penulis akan membicarakan
pokok-pokok persoalan sebagai berikut: Dalam Bab I, yang berupa
pendahuluan, disini akan diberikan deskripsi global tentang paham Syi'ah
dan Ahmadiyah Selanjutnya paham Mahdi Syi'ah yang meliputi:
a. Pengertian al-Mahdi dalam Syi'ah dan Ahmadiyah.
b. Sejarah lahirnya Syi'ah, di sini
akan dijelaskan mengenai latar belakang sejarahnya, pertumbuhan dan
perkembangan sekte-sektenya berikut paham mereka masing-masing.
c. Beberapa ajaran pokok Syi'ah yang berkaitan dengan paham Mahdi yaitu masalah imamah, 'aqidah raj'ah, dan masalah al-gaibah.
Kemudian diuraikan pula tentang paham Mahdi Ahmadiyah dalam Bab III, di sini dijelaskan tentang:
a. Sejarah lahirnya Ahmadiyah yang
mencakup latar belakang sejarah berdirinya Ahmadiyah, pertumbuhan dan
perkembangan sekte-sektenya.
b. Beberapa ajaran pokok Ahmadiyah
yang meliputi: Masalah wahyu, nubuwwah, dan masalah jihad yang berkaitan
dengan paham Mahdiisme.
Uraian tentang perbandingan antara paham
Mahdi Syi'ah dan paham Mahdi Ahmadiyah dimuat dalam Bab IV. Dalam bab
ini dijelaskan tentang:
a. Asal mula lahirnya paham Mahdi yang mencakup tentang situasi yang melatar belakanginya, dan beberapa faktor penyebabnya.
b. Persamaan dan perbedaan antara paham Mahdi Syi'ah dan paham Mahdi Ahmadiyah.
c. Corak kemahdian Syi'ah dan Ahmadiyah, dan
d. Paham Mahdi dan masalah 'akidah.
Selanjutnya Bab V menjelaskan tentang: Paham kewahyuan Syi'ah dan Ahmadiyah, yang mencakup masalah-masalah:
a. Al-Quran dan paham kewahyuan ummat
Muslim, disini juga diterangkan: Hubungan paham kewahyuan Syi'ah dengan
doktrin keimaman serta sikap Syi'ah yang eksklusif, dan
b. Paham kewahyuan Ahmadiyah yang berkaitan dengan ide pembaharuan Mirza Ghulam Ahmad dan doktrin kenabian.
Dalam Bab VI diuraikan tentang Paham
Mahdi dalam perspektif rasional. Di sini akan dijelaskan mengenai aspek
landasan idiil paham Mahdiisme yang mencakup:
a. Hadis-hadis Mahdiyyah dan identitas kelompok,
b. Beberapa pendapat tentang hadis-hadis Mahdiyyah sebagai hadis palsu. Selanjutnya disusul dengan uraian tentang:
Beberapa interpretasi mengenai al-Mahdi dan proses tersebarnya paham Mahdi.
Kemudian diakhiri dengan Bab VII, yaitu:
Penutup. Pada bab ini diajukan beberapa kesimpulan serta saran-saran
yang berkaitan dengan penulisan naskah ini. Dalam kajian ini, perlu
dikemukakan dua pendekatan, yaitu, pertama, pendekatan historis. Dengan
pendekatan ini penulis harus mengumpulkan data sejarah yang berkaitan
dengan golongan Syi'ah dan Ahmadiyah khususnya, dan sejarah ummat Muslim
pada umumnya.
Setelah data sejarah diperoleh,
diklasifikasikan secara kronologis, dan diseleksi, dihubung-hubungkan
satu sama lain, serta diperbandingkan antara data yang bersumber dari
karya-karya penulis dari kedua golongan tersebut dan data yang berasal
dari karya-karya penulis non-Syi'ah dan non-Ahmadiyah. Kedua, pendekatan
komparatif. Disini penulis mencoba membandingkan baik yang menyangkut
ide, paham, doktrin, maupun corak gerakan dari kedua golongan di atas,
yaitu: golongan Syi'ah dan Ahmadiyah, untuk dianalisis lebih jauh guna
memperoleh tingkat obyektivitas yang diharapkan.
Adapun metode yang dipergunakan dalam
penulisan ini, adalah dengan metode verstehen (memahami
permasalahannya). Di sini penulis berusaha memahami dan mengerti pokok
permasalahan yang hendak dibahas terlebih dahulu, dengan menggunakan dua
pendekatan di atas. Setelah datanya dianalisis kemudian disusun dalam
kesatuan yang harmonis dan sistematis, sehingga mudah dimengerti
maksudnya, kemudian baru ditarik suatu kesimpulan yang utuh dan
menyeluruh.
Catatan kaki:
[1] Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil, Jakarta: Sinar Harapan, 1984, hlm. 57
[2] Al-Mawdudi, Ma hiyal-Qadiyaniyah, (Kuwait: Darul-Qalam, hlm. 22, 25).
Selanjutya lihat pula Susmoyo Djoyo
Sugito, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Bukan Nabi Hakiki, (Pedoman Besar
Ahmadiyah Lahore Indonesia, 1984), hlm. 6-8.
[3] Dwight M. Donaldson, 'Aqidah
asy-Syi'ah, terj. dalam bahasa Arab, selanjutnya disebut Donaldson
(Mesir: Matba'ah as-Sa'adah, tt.), hlm. 231.
Sumber : http://www.akhirzaman.info
pesanan rasulullah
,
{[['']]}
Label:
pesanan rasulullah