Pidato Presiden Sukarno Tekad Membebaskan Irian Barat
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
6:33 PM
with
No comments
Tekad Membebaskan Irian Barat
Saudara-saudara, lebih dahulu sebagai
biasa, salam Islam: Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Kemudian, pekik merdeka: Merdeka!
Saudara-saudara, sekalian, November 60
Bapak datang disini, dan sekarang syukur alhamdulillah datang lagi
disini. Sekarang bulan April 1962. Waktu Bapak dalam bulan Nopember 60
datang disini, Bapak berjanji kepada Rakyat, bahwa pembangunan jembatan
Musi segera akan dimulai, dan pada waktu itu Bapak berkata: jembatan
Musi ini harus selesai dalam waktu tiga tahun. Jadi sebenarnya jembatan
ini sudah harus dibuka, November 60 ditambah dengan tiga tahun, November
63. Tapi, yah Saudara-saudara, berhubung dengan beberapa kesulitan yang
harus diatasi lebih dahulu, pemancangan tiang pertama daripada jembatan
Musi itu Insya Allah S.W.T baru dapat dijalankan hari ini,10 April
1962. Jadi kalau saya hitung 3 tahun lagi, lama menjadi 10 April 1965.
Karena itu, ya, meskipun Bapak minta maaf kepada Saudara-saudara
sekalian, bahwa permulaan pekerjaan membuka atau membuat jembatan Musi
itu baru bisa berjalan hari ini, Bapak sekarang perintahkan supaya
jembatan Musi bisa dibuka tanggal 10 April 1964. Dan terutama sekali
kepada pihak Jepang yang akan menjadi aannemer. Duta besar …..saya minta
berdiri. Ini Saudara-saudara Duta besar Jepang. Saya minta agar pihak
Jepang yang menjadi aannemer daripada jembatan ini bekerja keras, supaya
pada 10 April 1964 jembatan Musi sudah bisa dibuka. Kepada rakyat saya
minta bantuan juga sekeras-kerasnya. Nanti permulaan bulan April 1964
itu, ya sedialah masing-masing kambing untuk dipotong, ayam untuk
dipotong.
Ya, kecuali daripada pihak Jepang saya
minta kerja keras, saya minta juga supaya Rakyat Palembang bekerja keras
pula membantu agar supaya jembatan itu selesai. Ya, sebagai kemarin
saya katakan, Saudara-saudara sekalian, kan kita ini didalam satu
revolusi yang saya namakan revolusi simultan. Coba tirukan: si-mul-tan,
si-mul-tan. Apa itu artinya? Artinya simultan yaitu
serentak-sekaligus-bersama-sama. Simultan serentak-sekaligus-
bersama-sama. Itu adalah arti perkataan simultan.
Memang revolusi kita ini adalah satu
revolusi yang serentak sekaligus-bersama-sama. Macam-macam revolusi kita
kerjakan bersama-sama. Dan sering sudah saya katakan bahwa revolusi
Indonesia itu adalah revolusi pancamuka. Panca artinya lima, muka
artinya muka. Muka lima. Rai, kata Pak Bastari. Rainya, mukanya revolusi
kita itu paling sedikit lima. Kataku berulang- ulang, revolusi kita
adalah revolusi nasional. Itu situ muka, untuk mendirikan satu negara
nasional yang besar. Revolusi kita adalah revolusi politik untuk
merombak cara pemerintahan yang kolot, yang kuno, yang feodal, yang
aristokratis, yang otokratis, yang diktator dan lain-lain dengan satu
cara pemerintahan demokratis yang sejati. Revolusi kita adalah pula
revolusi ekonomi, untuk merobah lama sekali ekonomi kolonial menjadi
satu ekonomi nasional. Revolusi kita adalah revolusi sosial, untuk
merobah satu masyarakat, susunan masyarakat yang kapitalis, yang membuat
gendut perutnya beberapa orang saja, menjadi satu susunan masyarakat
yang adil dan samarasa-samarata. Ha? (Hadirin: Makmur dulu pak!) Ha,
apa? (Hadirin: Makmur dulu pak!) Nanti dulu! Makmur dulu pak! Mau
makmur, tapi tidak adil? (Hadirin: Tidak!) Adil tetapi makmur, makmur
tetapi adil. Tempo hari saya katakan disini jangan cuma makmur tok,
makmurnya beberapa orang, tidak adil dikalangan Rakyat. Makmur beberapa
orang yang selalu berbuat demikian, kalau tempo hari. Makmur! Makmur!
Makmur! Makmur! Ya makmur dan adil. Makmur tetapi adil, adil tetapi
makmur. Ini adalah revolusi sosial.
Revolusi kita adalah juga satu revolusi
kebudayaan, untuk merobah satu susunan kebudayaan kolot, feodal,
kolonial menjadi satu kebudayaan Indonesia yang baru.
Malahan lebih daripada lima ini! Revolusi
kita kataku, adalah juga satu revolusi untuk membuat satu macam manusia
Indonesia baru. Manusia Indonesia itu Saudara-saudara, bukan yang baru,
manusia Indonesia seperti yang sudah-sudah, hmm, badannya kecil-kecil,
kerempeng-kerempeng. Ngerti tidak, perkataan kerempeng? Bukan manusia
yang gagah, yang jiwanya tegap, tetapi manusia yang, kata orang Jawa:
“Nun inggih”, “sumuhun dawuh”, kata orang Sunda. Tidak, tetapi manusia
yang jiwanya tegap, badannyapun, potongannya bagus-bagus. Ya, membikin
satu jenis manusia Indonesia baru, dengan jiwa Indonesia yang baru pula.
Karena itu Bapak berkata, revolusi kita ini revolusi macam-macam
revolusi, dikumpulkan dalam satu revolusi yang mahabesar. Bahkan pernah
saya katakan, dengan mengejek Duta besar Sovyet Uni yang duduk disana
itu, saya berkata bahwa revolusi Indonesia malahan lebih besar dan lebih
luas daripada revolusinya Duta besar Sovyet Uni. Lebih besar daripada
revolusi Amerika. Amerika itu pernah berevolusi Saudara-saudara! Amerika
itu pernah dijajah oleh Inggris. Kemudian dalam tahun 1776 mengadakan
satu revolusi, melepaskan dirinya daripada penjajahan Inggris, sehingga
Amerika menjadi satu negara yang berdiri sendiri. Tapi revolusinya itu
cuma revolusi nasional saja. Hanya revolusi politik saja. Yaitu sekadar
mengenyahkan kolonialisme Inggris dari bumi Amerika. O, kita bukan,
bukan cuma politik atau nasional saja. Tidak! Revolusi kita adalah
revolusi yang luas, yang macam- macam. Dan hebatnya macam-macam revolusi
harus kita jalankan serentak sekaligus bersama-sama. Karena itu aku
katakan revolusi Indonesia, didalam pidato saya kemarin pada waktu
memperingati Hari Penerbangan Nasional: Revolusi kita adalah satu
revolusi simultan. Sekali lagi: Revolusi kita adalah satu revolusi
simultan. Harus serentak-sekaligus-bersama-sama, artinya sekarang ini
kita menjalankan, ya revolusi nasional, ya revolusi politik, ya revolusi
ekonomi, ya revolusi sosial, ya revolusi kulturil, kebudayaan, ya
revolusi membuat manusia baru, ya revolusi didalam segala hal. Dan coba
kita, misalnya saja sedang kita ini mengadakan perjuangan memasukkan
Irian Barat kedalam wilayah kekuasaan Republik. Dalam pada kita
menjalankan perjuangan itu, kita ya menambah produksi padi, kita ya
mengadakan revolusi dilapangan kebudayaan, kita ya mengadakan revolusi
dilapangan politik, kita ya mengadakan revolusi dilapangan sosial dan
lain-lain sebagainya. Simultan! Nah, maka membuat jembatan Musi pun
adalah satu unsur kecil daripada revolusi simultan itu tadi. Karena itu
harus kita tanggulangi, harus kita jalankan dengan semangat yang
revolusioner. Jangan ngulerkambang kita membuat jembatan musi itu.
Jangan kita setengah-setengah, jangan kita Senen-Kemis menjalankan
jembatan Musi itu. Sebab harus kerja keras membanting tulang, memeras
kita punya tenaga agar supaya 10 April 1964 selesai. Boleh potong ayam,
boleh potong kambing, boleh makan ikan belida. Empek-empek boleh! Saya
tidak tahu ini, yang menjalin pidato itu menjalin perkataan empek-empek
itu dalam bahasa Inggrisnya apa. I think you cannot translate the word,
“empek-empek”. Tidak bisa disalin didalam bahasa Inggris. Disalin dalam
bahasa Indonesiapun tidak bisa, apa lagi dalam Bahasa Jawa, atau bahasa
Kalimantan, tidak bisa. Itu khas, khas bahasa Palembang, “empek-empek”.
Ah, Saudara-saudara, kita menjalankan
revolusi simultan dilapangan ekonomi, sosial dan lain-lain sebagainya,
juga dilapangan masional, politik masional. Maka oleh karena itu saya
amat bergembira sekali bahwa Saudara-saudara menyambut pidato Pak
Achmadi tadi dengan semangat yang gegap gempita. Kemarinpun sudah saya
katakan bahwa meskipun kita mau berunding, tetapi toh kita bertekad
bulat untuk memasukkan Irian Barat didalam wilayah kekuasaan Republik
dalam tahun ini juga. Sekarang ini sudah bulan April, tanggal 10. Kalau
aku hitung, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober,
November, Desember, tinggal 9 bulan lagi, Saudara-saudara. Sebelum
sembilan bulan ini lalu, Irian Barat harus sudah masuk didalam kekuasaan
Republik. Ini perlu saya tegaskan sekali lagi. Kita sudah bersumpah,
engkau sudah bersumpah kepada batinmu sendiri, engkau sudah bersumpah,
engkau sudah bersumpah, engkau hai prajurit-prajurit sudah bersumpah,
kita sekalian sudah bersumpah memasukkan Irian Barat kedalam wilayah
kekuasaan Republik dalam tahun 62 ini juga.
Nah, tapi kita mau berunding. Begini
Saudara-saudara, tempo hari tanggal 19 Desember tahun yang lalu saya
memberikan Trikomando Rakyat atau Trikora. Pokok isi daripada Trikomando
itu apa? Ya, Saudara-saudara tahu, sudah tahu semuanya, saya beri
perintah kepada seluruh Angkatan Perang untuk siap sedia, setiap waktu
kalau mendapat perintah untuk membebaskan Irian Barat. Kepada Rakyat
juga. Satu: gagalkan Negara Papua. Dua: pancangkan Sang Merah Putih di
Irian Barat. Tiga: mobilisasi umum akan kita laksanakan. Pokok, pokok,
pokok arti daripada Trikomando ialah, bahwa kita harus membebaskan Irian
Barat, bahwa kita harus menduduki Irian Barat, bahwa kita harus
memancangkan Sang Merah Putih, Sang Dwiwarna di Irian Barat. Itu adalah
pokok arti daripada Trikomando Rakyat. Didalam Trikomando ini, coba
bacakan, tidak kuberitahu jalannya apa. Tidak kukatakan harus Trikomando
TNI, atau membebaskan Irian Barat ini, harus dengan perundingan. Tidak!
Atau tidak pula tertulis disitu harus kita gempur dengan Angkatan
Bersenjata. Tidak. Tidak. Cuma sekadar aku perintahkan: gagalkan “Negara
Papua”, kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat. Pokoknya dua
ini, tiga yaitu dengan mobilisasi umum dan lain-lain sebagainya, asal
Irian Barat dalam tahun ini juga menjadi satu bagian kekuasaan defacto
daripada Republik Indonesia. Jalannya macam-macam. Oleh karena itu Bapak
berkata, kita memasukkan Irian Barat kedalam wilayah kekuasaan Republik
tahun ini juga dengan segala jalan. Segala jalan itu apa? Ya segala.
Seperti itu tadi, tulisan tadi bagaimana bunyinya? “Dengan damai atau
dengan kekerasan”. Itu segala, Saudara-saudara. Kalau bisa dengan jalan
damai, ya dengan jalan damai, kalau harus dengan kekerasan, ya harus
dengan kekerasan pula. Segala jalan, kataku, harus kita jalankan. Kalau
misalnya mesti, umpamanya saya ketawa-ketawa, dengan misalnya saya de
Quay atau Luns, – tahu tidak nama de Quay? Tahu tidak nama Luns?-kalau
umpamanya bisa saya masukkan Irian Barat kedalam wilayah kekuasaan.
Republik dengan, hmmm, ketawa-ketawa dengan de Quay, dengan Luns, akan
saya jalankan itu Saudara-saudara. Kalau kita memasukkan Irian Barat
dengan jalan perundingan, insya Allah itupun harus kita jalankan. Asal
tahun’62 Irian Barat masuk kedalam wilayah kekuasaan Republik. Tetapi
sebaliknyapun kalau harus dengan hantaman senjata, kita tidak dengan
tedeng aling-aling kita berkata: hayo kita gempur pihak Belanda di Irian
Barat. Segala hal harus kita jalankan. Ha, memang sebagai dikatakan
oleh Pak Achmadi itu, imperialisme itu kita tidak beri ampun,
Saudara-saudara. Kita malahan sudah terlalu lama memberi ampun kepada
imperialisme di Irian Barat. Terlalu lama. Sekarang datanglah saat yang
kita dalam tahun ini pula, tidak memberi ampun kepada imperialisme di
Irian Barat. Nah, ini pegang teguh ya! Bung Karno, katakanlah Bung Karno
itu apa, entah Presidenkah, entah Panglima Tinggikah, entah Panglima
Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Baratkah, entah Pemimpin Besar
Revolusikah, entah paling akhir ini dijadikan Panglima Besar Komando
Tertinggi Ekonomi seluruh Indonesiakah, atau ya, sekadar Bung Karno,
sebetulnya itu yang saya paling senang. Titel Bung Karno, penyambung
lidah rakyat itu yang paling kucintai, katakanlah Saudara-saudara, asal
masuk Irian Barat didalam tahun 62 ini, dengan politik dan dengan
bantuan rakyat, dengan lidah, dengan kekuatan senjata, asal Irian Barat
masuk kedalam wilayah kekuasaan Republik dalam tahun ini juga, itu kita
menjalani di satu jalan yang benar. Sebab Saudara-saudara, Saudara tahu
bahwa sejak beberapa hari ini ada pihak ketiga yang mengusulkan satu
cara memasukkan Irian Barat kedalam wilayah kekuasaan Republik. Satu
cara. Yaitu yang sudah diusulkan oleh pihak ketiga yang kemarin didalam
pidato saya dimuka hadirin dan hadirat pada perayaan hari Penerbangan
Nasional sudah saya jelaskan, bahwa kita pada prinsipnya setuju dengan
apa yang diusulkan oleh pihak ketiga ini. Caranya? Caranya, caranya itu
bagaimana didalam usul pihak ketiga itu? Begini: Belanda, ya, barangkali
Belanda itu malu memberikan Irian Barat ini kembali kepada Indonesia,
seperti saya memberi saputangan kepada Pak Harum Sohar ini. Barangkali
malu. Saya tidak perduli, asal pada akhir tahun ini Irian Barat kembali
kedalam wilayah kekuasaan Republik.
Nah, Belanda misalnya mau lebih dahulu
minta tolong. Misalnya memberikan saputangan ini kepada Pak Harun Sohar.
Saya tidak keberatan. Boleh. Malahan tadi pagi saya berkata kepada Pak
Adam Malik: tidak perduli, mau dengan jalan PBB supaya tangan PBB
dipinjam oleh Belanda, diberikan kepada Indonesia Irian Barat itu. Tidak
perduli PBB bahkan meskipun meminjam tangannya setan, aku tidak
perduli. Ya, meskipun tangannya setan. I do not care. I do not mind,
asal Irian Barat pada tahun’62 ini juga kembali kepada kita, kepada
Indonesia.
Jadi yang saya terima pada prinsipnya
yaitu bahwa, ini usul pihak ketiga, Irian Barat oleh Belanda harus
dikembalikan kepada Indonesia. Caranya dengan via PBB, OK. all right;
meskipun via apapun, saya all right.
Lha ini Saudara-saudara, harus dimengerti
oleh Saudara- saudara bahwa kita tetap memegang teguh pada jangka
waktu, yaitu ’62, dengan via tangan siapapun tidak perduli, asal pada
akhir tahun ’62 ini Irian Barat telah kembali kepada pangkuan Republik
Indonesia.
Jelas tidak? Ada dari pihak kita itu yang
berkata: O, tidak setuju 2 tahun. Siapa bilang saya mau terima dua
tahun itu’? Ya, catat wartawan-wartawan! Siapa yang bilang saya akan mau
terima dua tahun itu? Tidak, April, Mei, Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober, November, Desember. Sembilan bulan kurang sepuluh
hari, Saudara-saudara! Jangan kata saya terima dua tahun! Tidak! Saya
sebagai penyambung lidah Rakyat Indonesia berkata dalam waktu: dalam
waktu sembilan bulan kurang sepuluh hari, Irian Barat sudah harus
kembali kedalam wilayah kekuasaan Republik. Tetapi prinsipnya, caranya
ini, saya terima. Dan ini saya minta dicatat oleh semua Duta besar-duta
besar yang ada disini, bahwa saya menerima prinsip cara penyerahan
sebagai diusulkan oleh ketiga pihak itu. Prinsipnya yaitu dengan cara
itu tadi. Seperti itu tadi, seperti kita kasih saputangan via ini, via
itu, dengan melalui jalan Pak Bastari ke Pak Harun Sohar. Nah ini, tetap
saya berharap agar supaya Belanda sadar, bahwa tuntutan kita memasukkan
Irian Barat kedalam wilayah kekuasaan Republik dalam tahun ini,
bukanlah sedekar tuntutan Sukarno. Ah tidak! Apakah benar cuma tuntutan
Bung Karno saja? Ini tadi, aku sudah berkata kepada Duta Besar Amerika
begini: Look, look for yourself! look for yourself! Maksudnya itu
lihatlah sendiri, rakyat yang menghendaki agar supaya Irian Barat itu
masuk kedalam wilayah kekuasaan Republik, dalam tahun 1962. Bukan
Sukarno, bukan Achmadi, bukan Chaerul Saleh, bukan Zainul Arifin, bukan
Suprayogi, bukan Kadarusman, bukan Pak Yamin yang termenung duduk
disana. Buka Pak Bastari, bukan Pak Harun Sohar, tetapi seluruh rakyat
Indonesia dari Sabang sampai Merauke, 96 juta rakyat menuntut,
menghendaki, bertekad, bersumpah, agar supaya Irian Barat masuk kedalam
wilayah kekuasaan Republik dalam tahun ini juga. Saya berkata, rakyat
dari Sabang sampai Merauke, Rakyat Indonesia yang berdiam di Irian Barat
pula. Tidakkah benar, Rakyat Irian Barat ingin masuk kedalam wilayah
kekuasaan Republik? Tidakkah benar sudah ada pertempuran di Kotabaru,
Ibukota Irian Barat? Tidakkah benar sudah ada pertempuran di Waigo?
Tidakkah benar, sudah ada pertempuran dipulau Gag? Tidakkah benar, sudah
ada pertempuran di dekat Sorong? Tidakkah benar sudah ada pertempuran
di dekat Fak-Fak? Tidakkah benar, sudah ada pertempuran di dekat
Kaimana? Benar! Dan saya berkata: Kalau “naga-naga”-nya begini
Saudara-saudara “naga-naga”-nya begini, pihak Belanda mengulur-ulur
waktu, pihak Belanda tidak lekas-lekas memberi kembali Irian Barat
kepada kita, supaya dalam tahun ini juga Irian Barat masuk kedalam
wilayah kekuasaan Republik, kalau terus “naga-naga”-nya begini, seluruh
rakyat Indonesia akan berontak di Irian Barat terhadap imperialisme
Belanda.
Yah, oleh karena itu Saudara-saudara,
kita berbesar hati, Insya Allah S.W.T, Irian Barat masuk kedalam wilayah
kekuasaan kita dalam tahun ini juga. Bukan saja kita, sebagai sudah
kukatakan pada waktu saya berpidato pada Hari Idul Fitri, kita mendapat
berkah, Insya Allah S.W.T dari pada Allah Ta’ala, tapi juga sebagai tadi
dikatakan oleh Pak Achmadi, hmm, simpatinya, bantuan rakyat-rakyat
diseluruh dunia ditemplokan kepada kita. Coba, Belanda itu apa tidak
malu! Coba sampai sekarang masih kirim bala bantuan ke Irian Barat
dengan kapal udara. Sampai, dari Negara Belanda kapal udaranya ke Peru
lebih dahulu, ke Latin Amerika dulu, Amerika Selatan, baru ke Irian
Barat. Kok tidak malu! Sebab apa? Ditolak oleh negara-negara lain:
Engkau tidak boleh membawa bala-bantuan ke Irian Barat melalui lapangan
terbang kami. Negara-negara lain juga menolak: Tidak boleh, tidak boleh;
Belanda, Engkau tidak boleh mendarat dilapangan terbang kami membawa
serdadu-serdadu untuk menggempur Republik Indonesia di Irian Barat.
Sampai Luns mencari-cari jalan, sampai nelusup-nelusup ke Peru, Saudara-
saudara, Lho kok tidak malu. Kata orang Jawa: “pancen rai gedek”! Kata
Palembang juga “rai gedek”. Kalau aku menjadi pihak Belanda, aku melihat
keadaan dunia simpati kepada Republik Indonesia ini, ya, sadar, memang
sejarah menghendaki demikian, sadar, memang kami fikak Belanda salah,
sadar, memang Republik Indonesia adalah dijalan yang benar, berdiri
diatas tuntutan yang halal, yang benar. Tetapi entah, entah, entah,
Saudara-saudara.
Tetapi sebaliknya pun kita kepada pihak
Belanda itu Saudara-saudara, atau kita kenal kepada
imperialis-imperialis Belanda, yang dulupun sudah berpuluh-puluh tahun
menjalankan politik semacam ini terhadap kita. Tetapi ingat
Saudara-saudara, meskipun kita pada waktu itu tidak mempunyai jetbomber
seperti sekarang, meskipun kita pada waktu itu tidak mempunya MIG 19
seperti kemarin Saudara-saudara, – kemarin rakyat di Jakarta, dan orang
asing di Jakarta terperanjat melihat MIG kita diudara seperti kilat,
memecahkan sound barrier, Sound barrier itu batas kecepatan suara.
Saking cepatnya kita punya MIG 19 itu. MIG 19 ini pesawat udara kita,
lebih cepat daripada cepatnya suara, maka pada saat ia memecah ini,
Saudara-saudara, suaranya lebih hebat daripada guntur. Nah semua orang
terperanjat, sampai ada Ibu-ibu yang kaget nyusup kebelakang, dibawah kolong.-Nah,
meskipun kita dulu tidak mempunyai MIG 19, meskipun dulu kita tidak
mempunyai Ilyushin bomber, meskipun dulu kita tidak mempunyai TU
Shobulov bomber, meskipun dulu kita tidak mempunyai bedil, meskipun
tidak mempunyai senapan meskipun dulu kita tidak mempunyai bom, tidak
mempunyai dinamit, tidak mempunyai segala alat peperangan seperti kita
punya sekarang, meskipun dulu kita tidak mempunyai kapal perusak dari
ALRI, meskipun dulu kita tidak mempunyai MTB-MTB, meskipun dulu kita
tidak mempunyai persenjataan lengkap seperti sekarang ini, toh
Saudara-saudara, didalam revolusi fisik yang 5 tahun, kita bisa
mempertahankan Republik Indonesia sehingga pada tanggal 27 Desember
1949, Republik diakui oleh pihak Belanda dan oleh dunia internasional.
Meskipun kita bisa membuat Republik kita ini makin lama makin besar,
makin kuat, meskipun ada pemberontakan, ada gerombolan-gerombolan, toh
kita makin lama makin kuat, makin lama makin kuat. Tanyakan Duta
besar-duta besar yang hadir disini Saudara-saudara, tidakkah benar,
bahwa Republik Indonesia ini adalah satu negara yang sekarang ini
bertumbuh kearah kekuatan dan kesentausaan? En toh, Saudara-saudara,
dulu kita ini mempunyai apa, Saudara- saudara? Tidak mempunyai senapan
tidak mempunyai boomer, tidak mempunyai jet-fighters, tidak mempunyai
kapal-kapal perang, tidak mempunyai alat-alat senjata seperti sekarang
ini.Tetapi sebagai kekuatan, berulang-ulang, sejak dari mulanya kita
mempunyai semangat yang menyala-nyala cinta kepada kemerdekaan: Sekali
merdeka tetap merdeka! Dan semenjak proklamasi berkobar-kobar,
bernyala-nyala, berapi-api didalam dada kita sampai kepada saat sekarang
ini. Dan Insya Allah SWT sampai seterusnya, Saudara-saudara, saya minta
seluruh dunia melihat semangat Indonesia ini, semangat daripada manusia
Indonesia baru sebagai yang saya maksudkan didalam permulaan pidato
saya ini tadi, bahwa kita membangun satu jenis manusia baru yang fisik
dadanya tegap, dan jiwapun tegap, semangatnya tegap, tekadnya tegap,
rakyatnya tegap, tiap tetes darah didalam badan kita itu tegap. Tegak
berdiri diatas kebenaran, tegak untuk mendirikan satu masyarakat yang
adil dan makmur, tegak untuk mempertahankan dan menyempurnakan
kemerdekaan kita ini. Hendaknya Sang Merah-Putih ini benar-benar,
Saudara-saudara, menjadi lambang daripada kejayaan manusia didunia ini.
Lambang daripada kejayaan insanul kamil didunia ini. Lambang daripada
tekad sesuatu bangsa yang sekali telah bersumpah: Sekali merdeka, tetap
merdeka! Dan menjalankan sumpahnya itu dengan segala konsekwensinya!
Saudara-saudara, saya sekarang hendak
pergi ke jembatan Musi untuk mulai pekerjaan membangun jembatan Musi
itu. Sekali lagi saya minta, agar supaya jembatan Musi ini dengan kerja
keras daripada aannemer, dengan bantuan kerja keras daripada seluruh
masyarakat Indonesia, pada tanggal 10 April 1964 bisa dibuka, dan Insya
Allah S.W.T, jikalau diberi oleh Tuhan hendaknya, saya ingin menjadi
manusia yang pertama yang melewati jembatan Musi pada tanggal 10 April
1964.
Sekian Saudara-saudara, Assalamu’alaikum ww.
Merdeka!
Salam Revolusi
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2010/09/28/tekad-membebaskan-irian-barat/
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
Pidato Spektakuler Presiden Soekarno
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
6:27 PM
with
No comments
Pidato Spektakuler Presiden Soekarno
Semarang 29 Juli 1956
“Mereka mengerti bahwa kita – atau mereka
– djikalau ingin mendjadi satu bangsa jang besar, ingin mendjadi bangsa
jang mempunjai kehendak untuk bekerdja, perlu pula mempunjai
“imagination”,: “imagination” hebat, Saudara-saudara!!!”
Inilah pidato Bung Karno di Semarang 29 Juli 1956 yang spektakuler itu.
Di pidato penting ini Bung Karno menekankan bagaimana cara, supaya Indonesia menjadi bangsa yang berpikir besar, punya impian-impian dan fantasi besar, tidak kalah dari Amerika. Wajarlah bila Bung Karno begitu dikagumi oleh bangsa Indonesia bahkan seluruh dunia. Selamat membaca.
Di pidato penting ini Bung Karno menekankan bagaimana cara, supaya Indonesia menjadi bangsa yang berpikir besar, punya impian-impian dan fantasi besar, tidak kalah dari Amerika. Wajarlah bila Bung Karno begitu dikagumi oleh bangsa Indonesia bahkan seluruh dunia. Selamat membaca.
“Saudara-saudara,
Djuga sadja pernah tjeritakan dinegara-negara Barat itu hal artinja manusia, hal artinja massa, massa.
Bahwa dunia ini dihidupi oleh manusia.
Bahwa manusia didunia ini, Saudara-saudara, “basically” – pada dasar dan
hakekatnja – adalah sama; tidak beda satu sama lain. Dan oleh karena
itu manusia inilah jang harus diperhatikan. Bahwa massa inilah achirnja
penentu sedjarah, “The Makers of History”. Bahwa massa inilah jang tak
boleh diabaikan ~ dan bukan sadja massa jang hidup di Amerika, atau
Canada, atau Italia, atau Djerman, atau Swiss, tetapi massa diseluruh
dunia.
Sebagai tadi saja katakan: Bahwa “World
Prosperity”, “World Emancipation”, “World Peace”, jaitu kekajaan,
kesedjahteraan haruslah kekajaan dunia : bahwa emansipasi adalah harus
emansipasi dunia; bahwa persaudaraan haruslah persaudaraan dunia ; bahwa
perdamaian haruslah perdamaian dunia ; bahwa damai adalah harus
perdamaian dunia, berdasarkan atas kekuatan massa ini.
Itu saja gambarkan, saja gambarkan dengan
seterang-terangnja. Saja datang di Amerika,- terutama sekali di Amerika
– Djerman dan lain-lain dengan membawa rombongan. Rombongan inipun
selalu saja katakan : Lihat, lihat , lihat, lihat!! Aku jang diberi
kewadjiban dan tugas untuk begini : Lihat, lihat, lihat!! – Aku membuat
pidato-pidato, aku membuat press-interview, aku memberi
penerangan-penerangan; aku jang berbuat, “Ini lho, ini lho Indonesia,
ini lho Asia, ini lho Afrika!!”
Saudara-saudara dan rombongan : Buka mata, Buka mata! Buka otak! Buka telinga
Perhatikan, perhatikan keadaan!
Perhatikan keadaan dan sedapat mungkin tjarilah peladjaran dari pada hal
hal ini semuanja, agar supaja saudara saudara dapat mempergunakan itu
dalam pekerdjaan raksasa kita membangun Negara dan Tanah Air.
Apa jang mereka perhatikan,
Saudara-saudara? Jang mereka harus perhatikan, bahwa di negara-negara
itu – terutama sekali di Amerika Serikat – apa jang saja katakan tempoh
hari disini ” Hollandsdenken ” tidak ada.
“Hollands denken” itu apa? Saja bertanja
kepada seorang Amerika. Apa “Hollands denken” artinja, berpikir secara
Belanda itu apa? Djawabnja tepat Saudara-saudara “That is thinking
penny-wise, proud, and foolish”, katanja.
“Thinking penny-wise, proud and foolish”.
Amerika, orang Amerika berkata ini, “Thinking penny-wise” artinja
Hitung……..satu sen……..satu sen……..lha ini nanti bisa djadi dua senapa
`ndak?…….. satu sen……..satu sen……… “Thinking penny-wise”………”Proud” :
congkak, congkak, “Foolish” : bodoh.
Oleh karena akhirnja merugikan dia punja
diri sendirilah, kita itu, Saudara-saudara, 350 tahun dicekoki dengan
“Hollands denken” itu. Saudara-saudara, kita 350 tahun ikut-ikut, lantas
mendjadi orang jang berpikir “penny-wise, proud and foolish”
Jang tidak mempunjai “imagination”, tidak
mempunjai konsepsi-konsepsi besar, tidak mempunjai keberanian – Padahal
jang kita lihat di negara-negara lain itu, Saudara-saudara, bangsa
bangsa jang mempunjai “imagination”, mempunjai fantasi-fantasi besar:
mempunjai keberanian ; mempunjai kesediaan menghadapi risiko ; mempunjai
dinamika.
Washington Monument, didirikan tahun 1884
George Washington Monument misalnja,
tugu nasional Washington di Washington, Saudara-saudara : Masja Allah!!! Itu bukan bikinan tahun ini ; dibikin sudah abad jang lalu, Saudara-saudara. Tingginja! Besarnja! Saja kagum arsiteknja jang mempunjai “imagination” itu, Saudara-saudara.
tugu nasional Washington di Washington, Saudara-saudara : Masja Allah!!! Itu bukan bikinan tahun ini ; dibikin sudah abad jang lalu, Saudara-saudara. Tingginja! Besarnja! Saja kagum arsiteknja jang mempunjai “imagination” itu, Saudara-saudara.
Bangsa jang tidak mempunjai :
imagination” tidak bisa membikin Washington Monument. Bangsa jang tidak
mempunjai “imagination”………ja, bikin tugu, ja “rongdepo”,
Saudara-saudara. Tugu “rong depo” katanja sudah tinggi, sudah hebat.
“Pennj-wise” tidak ada, Saudara-saudara.
Mereka mengerti bahwa kita – atau mereka – djikalau ingin mendjadi satu
bangsa jang besar, ingin mendjadi bangsa jang mempunjai kehendak untuk
bekerdja, perlu pula mempunjai “imagination”,: “imagination” hebat,
Saudara-saudara.
Perlu djembatan? Ja, bikin
djembatan……tetapi djangan djembatan jang selalu tiap tiap sepuluh meter
dengan tjagak, Saudara-saudara, Ja , umpamanja kita di sungai
Musi…….Tiga hari jang lalu saja ini ditempatnja itu lho Gubernur
Sumatera Selatan – Pak Winarno di Palembang – Pak Winarno, hampir hampir
saja kata dengan sombong, menundjukkan kepada saja “ini lho Pak!
Djembatan ini sedang dibikin, djembatan jang melintasi Sungai Musi” –
Saja diam sadja -”Sungai Ogan” – Saja diam sadja, sebab saja
hitung-hitung tjagaknja itu. Lha wong bikin djembatan di Sungai Ogan
sadja kok tjagak-tjagakan !!
Kalau bangsa dengan “imagination” zonder tjagak, Saudara-saudara !!
Tapi sini beton, tapi situ beton !! Satu
djembatan, asal kapal besar bisa berlalu dibawah djembatan itu !! Dan
saja melihat di San Fransisco misalnja, djembatan jang demikian itu ;
djembatan jang pandjangnja empat kilometer, Saudara-saudara ; jang hanja
beberapa tjagak sadja.
Satu djembatan jang tinggi dari permukaan
air hingga limapuluhmeter; jang kapal jang terbesar bisa berlajar
dibawah djembatan itu. Saja melihat di Annapolis, Saudara-saudara, satu
djembatan jang lima kilometer lebih pandjangnja, “imagination”,
“imagination” “imagination”!!! Tjiptaan besar!!!
Jembatan raksasa Golden Gate di San Francisco,sudah berdiri sejak tahun 1937
Kita jang dahulu bisa mentjiptakan
tjandi-tjandi besar seperti Borobudur, dan Prambanan, terbuat dari batu
jang sampai sekarang belum hancur ; kita telah mendjadi satu bangsa jang
kecil djiwanja, Saudara-saudara!! Satu bangsa jang sedang
ditjandra-tjengkalakan didalam tjandra-tjengkala djatuhnja Madjapahit,
sirna ilang kertaning bumi!! Kertaning bumi hilang, sudah sirna sama
sekali. Mendjadi satu bangsa jang kecil, satu bangsa tugu “rong depa”.
Candi raksasa Borobudur di Indonesia, sudah berdiri sejak abad 9 Masehi!
Saja tidak berkata berkata bahwa Grand
Canyon tidak tjantik. Tapi saja berkata : Tiga danau di Flores lebih
tjantik daripada Grand Canyon. Kita ini, Saudara-saudara, bahan tjukup :
bahan ketjantikan, bahan kekajaan. Bahan kekajaan sebagai tadi saja
katakan : “We have only scratched the surface ” – Kita baru `nggaruk
diatasnja sadja.
Kekajaan alamnja, Masja Allah
subhanallahu wa ta’ala, kekajaan alam. Saja ditanja : Ada besi
ditanah-air Tuan? – Ada, sudah ketemu :belum digali. Ja, benar!
Arang-batu ada, Nikel ada, Mangan ada, Uranium ada. Percajalah perkataan
Pak Presiden. Kita mempunjai Uranium pula.
Kita kaja, kaja, kaja-raja,
Saudara-saudara : Berdasarkan atas “imagination”, djiwa besar, lepaskan
kita ini dari hal itu, Saudara-saudara.
Gali ! Bekerdja! Gali! Bekerdja! Dan kita adalah satu tanah air jang paling cantik di dunia.
Gali ! Bekerdja! Gali! Bekerdja! Dan kita adalah satu tanah air jang paling cantik di dunia.
Salam Revolusi
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2010/09/23/pidato-spektakuler-presiden-soekarno/
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
Pidato Presiden Soekarno
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
6:13 PM
with
No comments
Pidato Presiden Soekarno pada Rapat Raksasa di lapangan Merdeka untuk
menyambut masuknya Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan RI, 1 Mei 1963
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/15/pidato-presiden-soekarno/
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/15/pidato-presiden-soekarno/
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
Pidato Pertama Bung Karno Pasca G30S
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
5:38 PM
with
No comments
Pidato Pertama Bung Karno Pasca G30S
DISIARKAN RRI pada tanggal 3 Oktober 1965 pukul 1.33 dinihari dan dimuat di harian Berita Yudha tanggal 4 October.
Dalam pidato pertama kepada publik ini,
Bung Karno menyatakan bahwa dirinya dalam keadaan selamat dan tetap
memegang pucuk pimpinan negara.
Tanggal 2 Oktober Bung Karno mengumpulkan
semua pemimpin Angkatan Bersenjata dan Waperdam II Dr. Leimena. Bung
Karno telah menetapkan Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro sebagai
pengganti Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani. Sementara Mayor
Jendera Suharto diberi tugas memulihkan keamanan dan ketertiban pasca
G30S.
Pidato pertama Bung Karno pasca G30S ini diperoleh dari Cornell University.
Brothers, repeating my order as Supreme
Commander of the Armed Forces/Great Leader of the Revolution which was
announced on October 1, 1965, and to eliminate all uncertainty among the
people, herewith I once again declare that I am safe and well and
continue to hold the top leadership of the state and the top
[leadership] of the government and the Indonesian Revolution.
Today, October 2, 1965, I summoned all
Commanders of the Armed Forces, together with Second Deputy Prime
Minister, Dr. Leimena, and other important official quickly settling the
problem of the so September 30 Affair. To be able to settle this
problem I have ordered the prompt creation of a calm and orderly
atmosphere and for this purpose it is necessary to prevent any
possibility of armed conflict.
In the present stage of the determined
struggle of the Indonesian people, I command the entire population
continuously to increase vigilance and preparedness in the framework of
intensifying the implementation of Dwikora.
I appeal to all the Indonesian people to
continue to remain calm and to all ministers and other officials
continuously to carry out their respective duties as before.
At present the leadership of the Army is
directly in my hands, and to discharge the day-to-day tasks within the
Army, I have appointed temporarily Major General Pranoto Reksosamudro,
Third Assistant to the Minister/Commander of the Army.
To carry out the restoration of security
and order in connection with the September 30th Affair, I have appointed
Major General Suharto, Commander of KOSTRAD, in accordance with the
policy I have already outlined. Brothers, let us persist in nurturing
the spirit of national unity and harmony. Let us steadfastly kindle the
anti-Nekolim spirit. God be with us all.
Salam Revolusi
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2010/09/26/pidato-pertama-bung-karno-pasca-g30s/
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
Pidato Ganyang Malaysia
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
5:24 PM
with
No comments
Pidato Ganyang Malaysia
SAUDARA-SAUDARA, kita mengatakan bahwa
Malaysia adalah proyek neo-kolonialis. Aku berkata, Malaysia adalah
suatu proyek neokolonialis, dan aku berkata, Malaysia adalah juga suatu
proyek imperialis.
Neo-kolonialis karena Inggris
mengkonsolir, menjajah Malaysia itu, atau lebih tegasnya Malaya,
Singapore, Brunei, Serawak, Sabah dengan cara-cara baru, dengan cara
neo—neo itu artinya baru—bukan dengan cara terang-terangan seperti dulu
Belanda disini mengatakan bahwa Hindia adalah Hindia-Nederland,
mengatakan bahwa semua pemerintahan disini, di Indonesia ini, adalah di
dalam tangan negeri Belanda.
Tidak, Inggris mengatakan bahwa Malaya,
Singapore, Sabah, Brunei ini, oo, untuk mereka sendiri. Pemerintahannya
dalam bentuk baru. Tetapi pada hakikatnya masih Inggris yang memegang
tampuk pemerintahannya, oleh karena itu dinamakan neo-kolonialisme baru,
bukan kolonialisme biasa.
Terus terang saja, Saudara-saudara, di
kalangan utusan daripada Dasawarsa A-A ini masih ada lho, masih ada yang
mengatakan: Wah, Malaysia adalah satu negara yang sovereign. Sovereign
artinya berdaulat penuh. Saya berkata kepada mereka: Bukan Bung, bukan
negara sovereign, tetapi adalah suatu neo colonialist project, satu
koloni, tetapi koloni macam baru, macam neo. Oleh karena itu janganlah
berkata bahwa Malaysia itu adalah satu sovereign state, tetapi adalah
satu negara neo colonialist project.
Dan kita menentang ini, oleh karena kita
mengetahui bahwa baik kolonialisme maupun imperialisme adalah anak
daripada kapitalisme, kapitalisme yang kita tentang. Tidak bolehnya
sesuatu manusia mengeksploitir kepada manusia yang lain, atau tidak
bolehnya suatu bangsa mengeksploitir kepada bangsa yang lain.
Salam Revolusi
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
Pidato BK: 3 Okt 65 Jam 01.30
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
5:02 PM
with
No comments
AMANAT P.J.M. PRESIDEN/ PANGLIMA TERTINGGI ABRI PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BUNG KARNO
JANG DIUTJAPKAN MELALUI RRI PADA TGL.3 OKTOBER 1965 DJAM 01.30.
Saudara-Saudara sekalian.
Mengulangi perintah saja sebagai
Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Pemimpin Besar Revolusi
jang telah diumumkan pada tanggal 1 Oktober ’65, dan untuk
menghilangkan semua keragu-raguan dalam kalangan rakjat, maka dengan ini
saja sekali lagi menyatakan bahwa saja berada dalam keadaan sehat
wal’afiat dan tetap memegang tampuk pimpinan Negara dan tampuk pimpinan
Pemerintahan dan Revolusi Indonesia.
Pada hari ini tanggal 2 Oktober ’65 saja
telah memanggil semua Panglima Angkatan Bersendjata bersama wakil
Perdana Menteri kedua Dr. Leimena dan para pejabat penting lainnya
dengan maksud untuk segera menyelesaikan persoalan apa yang disebut
peristiwa 30 September. Untuk dapat menyelesaikan persoalan ini saja
telah perintahkan supaja segera ditjiptakan satu suasana yang tenang dan
tertib, dan untuk itu perlu dihindarkan segala kemungkinan bentrokan
dengan sendjata.
Dalam tingkatan perdjoangan Bangsa
lndonesia sekarang ini, saja perintahkan kepada seluruh rakyat untuk
tetap mempertinggi kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam rangka
meningkatkan pelaksanaan Dwikora. Kepada seluruh Rakjat lndonesia saja
serukan untuk tinggal tetap tenang dan kepada semua menteri dan petugas-
petugas negara lainnja untuk tetap mendjalankan tugasnya masing-masing
seperti sediakala.
Pimpinan Angkatan Darat pada dewasa ini
berada langsung dalam tangan saja dan untuk menyelesaikan tugas
sehari-hari dalam Angkatan Darat sementara saja tundjuk Maj. Djen.
Pranoto Reksosamodra, Ass keIII Men/ PANGAD. Untuk melaksanakan
pemulihan keamanan dan ketertiban jang bersangkutan dengan peristiwa 30
September tersebut telah saja tundjuk Maj.Djen. Suharto, Panglima Kostrad sesuai dengan kebidjaksanaan jang telah saja gariskan.
Saudara-saudara sekalian.
Marilah kita tetap membina semangat persatuan dan kesatuan Bangsa; marilah kita tetap menggelorakan semangat anti nekolim.
Tuhan bersama dengan kita semua
Koleksi: Perpustakaan Nasional RI, 2006
Ket: Foto tambahan dari penulis
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
Penutupan Kongres Nasional PKI Ke 6
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
5:04 PM
with
No comments
Yo Sana, Yo Kadang malah yen mati Aku Sing Kelangan
Saudara-saudara sekalian,
Merdeka !
(sambutan gemuruh ” Merdeka ! “, tepuk tangan lama).
Saudara-saudara sekalian,
Saudara-saudara sekalian,
Merdeka !
(sambutan gemuruh ” Merdeka ! “, tepuk tangan lama).
Saudara-saudara sekalian,
Pada permulaan bulan Juli yang lalu, sdr. Aidit di ruangan Istana Negara menanya kepada saya : –
” Bung Karno, sekarang ini sedang
berjalan pelarangan kegiatan politik. Apakah kiranya Partai Komunis
Indonesia dalam waktu yang singkat boleh mengadakan Kongres di Jakarta ?
“
Pada waktu itu saya berkata kepada saudara Aidit : –
“Adakan kongres itu” (tepuk tangan dan sorak lama, terdengar pekik : “Hidup Bung Karno !”).
“Adakan Kongres itu lewat tanggal 1 Agustus yang akan datang”. Dan
didalam pada akhir bulan Juli sebelum tanggal 1 Agustus, pada satu pagi
saya memanggil KMKB Jakarta Raya, Overste Umar, minum kopi dengan saya
pagi-pagi (tawa). Dan saya berkata kepada Overste Umar :-
” Overste Umar, nanti lewat tanggal 1 Agustus Partai Komunis Indonesia akan
mengadakan Kongres, jagalah agar supaya Kongres itu berjalan baik, sebab Republik Indonesia adalah Republik Demokrasi. (tepuk tangan lama).
Saudara-saudara, maka sekarang telah
terang langsunglah Kongres itu. Dan sedianya saya, diminta oleh sdr.
Aidit untuk menghadiri salah satu sidang resepsi daripada Kongres ini
pada tanggal 15 September atau sebelum 15 September. Tapi pada waktu itu
saya berkata kepada sdr. Aidit : –Sayang, maaf, sebelum tanggal 15
September tak mungkin saya dapat menghadiri suatu resepasi oleh karena
saya hendak mengadakan perjalanan ke Aceh, ke Riau, ke Kalimantan,
tetapi insya Allah, lewat 15 September saya akan dapat menghadiri
resepsi penutupan daripada Kongres PKI “. Dan oleh sdr ; Aidit dijadikan
resepsi penutupan Kongres itu terjadi pada tanggal 16 September. Dan,
saudara-saudara, syukur alhamdulmlilah pada ini malam saya hadir
dikalangan saudara-saudara. (tepuk tangan). Hadir dikalangan
saudara-saudara, diterima oleh saudara-saudara dengan rasa kawan, dengan
rasa cinta, yang atasnya saya mengiucapkan banyak-banyak terimakasih.
Diterima oleh saudara-saudara didalam ruangan, yang … saya kira ini
orang-orang Komunis yang membuat ruangan yang lebih indah, (tepuk tangan lama) dengan
ruangan yang indah dengan hiasan-hiasan yang indah dan dinamis. Maka
teringatlah kepada saya salah satu Kongres PKI … hampir 40 tahun yang
lalu, yaitu di Bandung kira-kira tahun 1922 atau 23. Saya tidak ingat
lagi Kongres PKI yang nomor berapa, tapi yang jauh daripada yang indah
ini. Pada waktu itu Kongres diadakan disatu sekolah, namanya sekolah
partikulir di jalan Pungkur, Bandung. Sangat sederhana. Jumlah Kongresis
jauh lebih kurang daripada yang sekarang dan saya ingat dibagian
pimpinan, yang pada waktu itu dinamakan ” Hoofdbestuur ” ada berderet 15
kursi tetapi 9 daripada kursi itu kosong oleh karena mereka yang harus
duduk di situ meringkuk didalam penjara. Kongres itu, dus, hanya
dipimpin oleh 6 orang pemimpin saja. Jauh perbedaan dengan keadaan yang
sekarang yang kita melihat sdr. Aidit gagah perwira, (tepuk tangan lama) sdr.Lukman,
sdr. Nyoto, sdr.Sudisman, sdr.Sakirman, disampingnya ada kandidat
Politbiro sdr. Nyono, dan kita melihat disana ada dua orang wanita,
disana satu orang wanita, dan disana lagi dua orang wanita, berbedaan
dengan keadaan hampir 40 tahun yang lalu itu, saudara-saudara. Dan pada
waktu itu saya duduk nonton ikutserta dalam Kongres di Bandung itu yang
setengah sebagai
” penyelundup “, pemuda. (tawa dan tepuk tangan). Berbeda dengan sekarang yang saya hadir didalam Kongres ini sebagai Presiden Republik Indonesia.
(tepuk tangan lama).
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/08/penutupan-kongres-nasional-pki-ke-6/
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
Tokoh-tokoh Sejarah
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
Tokoh-tokoh Sejarah
Naskah Super Semar
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
12:42 PM
with
No comments
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/15/super-semar/
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
Tokoh-tokoh Sejarah
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
Tokoh-tokoh Sejarah
Amanat Presiden Soekarno (2)
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
3:56 PM
with
No comments
AMANAT PRESIDEN SOEKARNO
PADA PEMBUKAAN SIDANG PERTAMA M. P. R. S.
DI GEDUNG MERDEKA BANDUNG
PADA HARI PAHLAWAN 10 NOPEMBER 1960
……………………………………………………………
Dan sebagai tiap2 rakjat jang menderita, maka rakjat Indonesia ingin melepaskan diri daripada penderitaan itu. Dan dalam usaha untuk melepaskan diri daripada penderitaan itu, sekali lagi rakjat Indonesia menjalankan penderitaan2. Korbanan2 jang amat pedih. Untuk mengachiri pen-deritaan, rakjat Indonesia mendjalankan penderitaan. Ini tampaknja adalah satu paradox, tetapi paradox sedjarah, hisrorical-paradox. Penderitaan rakjat jang dilakukan oleh rakjat untuk melepaskan diri daripada penderitaan, sudah dikenal oleh kita semuanja. Dikenal olah kita semuanja dalam bentuk Pah-lawan-pahlawan jang gugur, jang mereka itu arwahnya pada ini hari kita peringati.
Dan Pahlawan2 yang gugur ini bukan sadja jang gugur sedjak kita memasuki taraf physical revolution didalam usaha kita untuk melepaskan diri kita daripada penderitaan, tetapi Pahlawan jang gugur, djuga sebelum adanja physical revolution kita itu, Pahlawan jang gugur dalam abad ke-17, Pahlawan-pahlawan jang gugur dalam abad ke-18, Pahlawan2 jang gugur dalam abad ke-19, Pahlawan jang jang gugur dalam apa jang kita namakan Gerakan Nasional, dan bukan sadja Pahlawan2 jang gugur, tetapi kita pada ini hari djuga memperingati semua Pahlawan2 daridjang telah menunjukkan kepahlawanannja diatas padang pelaksanaan Dharma Bhakti terhadap kepada Ibu Pratiwi.
Bukan sadja terbajang dihadapan mata chajal kita Pahlawan2 dari Sultan Agung Hanjokrokusumo, atau Pahlawan2 dari Untung Suropati, atau Pahlawan2 dari Trunodjojo, atau Pahlawan2 dari Sultan Hasanudin, atau Pahlawan2 dari Trunodjojo, atau Pahlawan2 dari Sultan Hasanudin, atau Pahlawan2 dari Pangeran Diponegoro, atau Pahlawan2 dari Teuku Tjiek Ditiro, atau Imam Bonjol, bukan hanya Pahlawan2 itu jang gugur dimedan pertempuran atau tidak gugur dimedan pertempuran, tetapi djuga Pahlawan2 kita didalam Gerakan Nasional, jang mereka itu bernama dan kita beri nama Pahlawan, oleh karena mereka telah mempersembahkan Dharma Bhaktinja serta kobanannja jang pahit-pedih diatas Persada Ibu Pratiwi.
Terbajang dimuka mata chajal kita, ratusan ribuan Pemimpin2 kita daripada Gerakan Nasional itu, jang telah meringkuk didalam pendjara. Terbajang dihadapan mata chajal kita, Pemimpin2 kita jang menderita pahit pedih, ditempat2 pembuangan. Terbajang dimata chayal kita, Pemimpin2 kita jang dengan muka bersenjum menaiki tiang penggantungan. Terbajang dimata chayal kita, Pemimpin2 kita jang menadahi pelor daripada squadron2 pendrelan2. Terbajang dimuka chayall kita, deritaan daripada rakjat kita jang untuk Perdjuangan itu mengorbankan segala2nja.
Ada jang mengorbankan suaminja, ada jang mengorbankan anaknja , ada jang mengorbankan harta-bendanja, ada jang mengorbankan isi-hati ketjintaan mereka jang mendjadi tiang daripada djiwa mereka itu. Pendek kata mengorbankan segala2nja, dan mereka ini Pahlawan pula.
——————————————————————————-
Djikalau Saudara2 membatja Undang2 Dasar 45 itu, njata djelas bahwa semangat daripada Undang2 Dasar 45 ini ialah apa jang diamanatkan oleh Rakjat didalam ia punja penderitaan jang berwindu-windu, berabad-abad. Maka oleh karena itu ada baiknja barangkalil saja batjakan lebih dahulu Preambule daripada Undang2 Dasar itu:
“Bahwa sesunggunja Kemerdekaan itu ialah hak segala Bangsa, dan oleh sebab itu maka pendjadjahan diatas
dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dan perdjoangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang bahagia dengan selamat-sentausa menghantarkan Rakjat Indonseia kedepan pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.Atas berkat Rahmat Tuhan Jang Maha Kuasa, dan didorongkan oleh keinginan luhur supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas — maka Rakjat Indonesia mennjatakan dengan ini Kemerdekaannja. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia, jang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonsia, dan untuk memadjukan kesejahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan Bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan Kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Indonesia itu dalam Undang2 Dasar Negara Indonesia jang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia
jang berkedaulatan Rakjat, dengan berdasarkan kepada ke-Tuhanan jang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan Kerakjatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusjawaratan Perwakilan serta dengan mewudjudkan satu Keadilan Sosial bagi seluruh rakjat Indonesia”.
Preambule ini Saudara2, saja ulangi lagi, mentjerminkan dengan tegas dan djelas: Amanat Pendeitaan Rakjat. Tjerminkan dengan djelas didalam kata-pembukaan ini, tiga kerangka sebagai jang saja utjapkan dalam pidato saja 17 Agustus 1959, jang kemudian terkenal dengan kata pidato Manipol.
Tiga kerangka, satu Negara Kesatuan, didalamnja satu masjarakat jang adil dan makmur, didalam rangkaian persahabatan dengan semua Bangsa didunia. Preambule ini Saudara2, dibuat dan dirantjangkan, kemudian disjahkan oleh Pemimpin2 kita sebelum kita mengadakan Proklamasi 17 Agustus 1945. Apa sebab, kataku tadi, oleh karena Pemimpin2 kita pada waktu itu semuanja merasa meng-emban Amanat Penderitaan Rakjat sehingga didalam Preambule ini ditjerminkan olehnja apa yang diamanatkan oleh rakjat dengan deritaanja itu, kepada kita semua. Tiga kerangka ternjata tertulis didalamnja. Dan bukan saja tiga kerangka ini, sebagai Saudara2 pun telah mengetahui, didalam Preambule ini telah tertjermin pula Dasar daripada Negara jang akan datang, dan jang kemudian datang, jaitu jang terkenal dengan nama Pantjasila.
——————————————————————
Saudara2, maka dengan Demikianlah Saudara2 sudah djelas, sebagai tadi saja katakan, pekerdjaan Saudara2 adalah berat mulia,— tetapi sebenarnja tidak terlalu berat, dan mulia,— malahan saja minta kepada Saudara2 jang mulia tetapi tidak terlalu berat. Saja minta kepada Saudara2 djanganlah bertele-tele, Saudara2.
Saudara2 tahu bahwa Konstituante, jang bersidang digedung ini bertele-tele, sehingga achirnja saja bubarkan Konstituante itu. Tetapi Saudara2 kemudian didalam gedung ini pula Depernas bersidang dan Depernas menebus, menebus noda, jang djatuh kepada tubuh bangsa Indonesia. Noda, oleh karena Bangsa Indonesia didalam Revolusi tidak boleh bertele-tele, padahal Konstituante bertele-tele, noda ini ditebus oleh Depernas, didalam waktu jang singkat Depernas telah menjusun ia punja pola. Oleh karena itu sebagai tadi saja njatakana saluut kehormatan kepada Depernas umumnja, chususnja kepada Ketuanja, Prof. Mr. Moh. Yamin.
Ingat Saudara2, sebagai tadi saja katakan, Pembangunan Semesta harus lekas berdjalan, garis besar haluan Negara harus lekas disjahkan atau diperkuat oleh Saudara2. Kita sudah memiliki Negara lima belas tahun lamanja, Negara memerlukan tegas haluannja, Pembangunan membutuhkan tegas garis2 besarnja. Segala alat perlembagaan jang tadi disebutkan oleh Saudara Ketua, baik M.P.R. maupun D.P.A., maupun Mandataris pada M.P.R. jang bernama Presiden, dengan ia punja pembantu2 pelaksanaan mandat daripada M.P.R. itu, maupun Lembaga jang telah saja adakan jang bernama Depernas, semua Lembaga2 ini tak lain tak bukan, hanjalah alat-alat Revolusi.
Meskipun Lembaga2 ini ditjantumkan didalam Undang2 Dasar 45, toh saja berkata Lembaga2 ini sekadar alat Revolusi, bahkan Undang2 Dasar 45 adalah alat Revolusi Saudara2, bahkan Negara adalah alat
Revolusi. Bahkan Negara adalah sekadar satu bagian sadja daripada Amanat Penderitaan Rakjatm, Negara itu adalah satu alat melaksanakan Amanat Penderitaan Rakjat, jaitu suatu Masjarakat jang Adil dan Maknur, satu hidup Merdeka, satu hidup Internasional jang bersahabat dan damai dengan semua bangsa. Saudara2 adalah alat2 Revolusi dan djanganlah Saudara2 bertele-tele, sebab sebagai tempo hari saja katakan kepada Konstituante, “ met of zonder Konstituante”,—dengan atau tanpa Konstituante, Revolusi berdjalan terus,. Perkataan itu saja ulangi kepada Saudara2, — “met of zonder M.P.R.S.”,— dengan atau tanpa M.P.R.S., Revolusi berdjalan terus, Revolusi berdjalan terus tanpa Presiden Soekarno. Revolusi berdjalan terus tanpa Kabinet Kerdja,— revolusi berdjalan terus “met of zonder D.P.A.”— Revolusi berdjalan terus “met of zonder D.P.R.G.R.— Revolusi berdjalan terus “met of zonder M.P.R.S.”
Oleh karena itu saja minta kesadaran tentang hal ini kepada Saudara2 sekalian, garis besar sadja Saudara tentukan, dan pekerdjaan Saudara2 dipermudahdengan sudah adanja Manipol dan USDEK. Garis2 besar pembangunan Saudara tentukan, sudah ada Pola Depernas,—mungkin sekali malahan saja beri tambahan bahan pertimbangan,—tentukan sekedar garis2 besar sadja didalam garis besar ini. Ada memang soal2 jang prinsipiil, misalnja dalam hal Pembangunan bagaimanakah sikap kita, terhadap kepada persoalan dan loan dari luar negeri, ini satu haljang prinsipiil, apakah kita membenarkan investement luar negeri dibumi Indonesia, atau kita sebagai sudah saja katakan prefeer loan diatas investement apakah pendirian M.P.R.S, tentang “Joint-Enterprise” ataukah tidak apakah M.P.R.S. akan mengatakan garis besar pembangunan harus dilaksanakan tanpa atau djikalau perlu “met joint-enterprise” dengan modal asing, bagaimana pendirian MPRS terhadap kepada persoalan “production sharing ”. “Production sharing”— bolehkah kita didalam usaha pembangunan kita mendjalankan politik “production sharing”—, ini adalah hal garis besar dan pokok, konsertir Saudara punja pikiran sekadar atas hal2 jang demikian itu, dan tidak memasuki soal2 jang demikian jang djlimet, apalagi soal angka2 Saudara. Ja, perlu Saudara menarik besar angka2, tetapi djangan sampai djlimet2. Sebab angka2 itupun datangnja dari siapa, dari mana dari manusia pula. Dari pada orang2 jang bekerdja disesuatu Biro, ia berkata bahwa angkanja buat itu sekian, angkanja buat itu sekian.
Saja minta Saudara2 djangan djlimet, tetapi sebagaimana saja katakan kepada D.P.R. tempo hari, dan djuga kepada Konstituante, tiap2 Dewan harus menginsjafi bahwa dia adalah alat Revolusi tiap2 Dewan djanganlah mendjadi tempat untuk berdebat sadja, tiap2 Dewan djanganlah mendjadi tempat sekadar mengutjapkan pidato2 sadja, tetapi saja mengharapkan daripada Dewan Perwakilan Rakjat, daripada Dewan Perantjang Nasional, daripada Konstituante tempo hari, supaja Dewan2 ini adalah Dewan2 jang menelorkan konsepsi2. Konsepsi2 bagaimana kita bisa memenuhi Amanat Penderitaan Rakjat. Jang diminta daripada Saudara2, dus jang diminta djuga daripada M.P.R.S., adalah konepsi. Saja minta kepada Saudara2 dan demikian pula Undang2 Dasar 45 tidak minta kepada Saudara2 Kedjlimetan, saja minta sekedar konsepsi. Undang2 Dasar 45 hanja meminta sekadar garis besar. Saja minta dus kepada Saudara2 individuil, supaja audara2 itu konseptor2, orang2 jang mengeluarkan tjipta, orang2 jang mengeluarkan rentjana baik politik maupun dilapangan pembangunan. Konseptor2 jang dikumpulkan didalam sidang besar jang bernama
M.P.R.S.
Ini Saudara2 pekerdjaan jang mulia, oleh karena memang tidak ada satu Bangsa baik menjelesaikan Revolusi tanpa konsepsi. Revolusi adalah realisasi daripada konsepsi. Dan tidakkah kita telah berulang2 berkata bahwa Revolusi kita belum selesai! Konsepsi masih diperlukan.
Adakah diantara Saudara2, seseorang jang berkata bahwa Revolusi kita sudah selesai, djikalau ada Saudara2 mengatakan bahwa Revolusi kita sudah selesai, taanja, tanja kepada Rakjat, sudahkah Revolusi kita selesai?
Tiap2 orang dikalangan Rakjat akan berkata, Revolusi kita belum selesai. Sebab apa jang diamanatkan oleh Rakjat didalam ia punja penderitaan jang sepedih-pedihnja, berabad-abad, berpuluh-puluh tahun jalah belum terpenuhi.
Oleh karena Amanat Penderitaan Rakjat ini belum terpenuhi, maka oleh karena itulah Rakjat berkata, Revolusi belum selesai.
Kita masih didalam Revolusi, dan masih melandjutkan Revolusi, dan Revolusi ini adalah sebagai tadi saja katakan, satu paradox untuk melepaskan diri kita daripada penderitaan, kita mendjalankan penderitaan2. Untuk melepaskan kita daripada perbudakan, kita mendjalankan perdjoangan melawan
perbudakan2 itu meskipun perdjoangan itu minta penderitaan.
Barangkali Saudara2 ada orang jang berkata, kena apa ini, Presiden selalu mengajak Pemimpin2 ber-Revolusi, ber-Revolusi, ber-Revolusi,— tidakkah sudah tjukup penderitaan dalam Revolusi itu? Tidakkah tjukup penderitaan, kena apa Presiden selalu mengandjurkan teruskan Revolusi, teuskan Revolusi, teruskan Revolusi, padahal tiap2 manusia mengetahui bahwa Revolusi adalah penderitaan, adalah korban mana perlu, adalah pemereasan tenaga, dengan belum tentu saat itu telah tertebusnja djandji daripada Revolusi itu?
Djikalau ada orang jang berkata demikian kepadaku, aku akan mendjawab: ,, Selama belum da seorang Ibu datang kepada saja, bahwa ia menjalahkan saja. Bahwa puteranja mendjalankan Revolusi, selama belum ada seorang Ibu menuduh kepada saja, bahwa saja membuatputeranja itu berdjuang, berdjuang, berdjuang
bahkan menderita, menderita menderita, bahkan berkorban, berkorban, berkorban, selama belum ada seoarang ibu jang berkata demikian kepada saja, saja akan tetap berkata: Revolusi Indonesia Belum selesai”.
Dan dalam hal itu saja ulangi lagi kepada Saudara2, Revolusi kita belum selesai. Saudara2 adalah alat Revolusi, bekerdjalah sebagai alat Revolusi, tjekatan, gesit, tjepat, oleh karena Rakjat me-nunggu2, Rakjat menunggu-nunggu akan salah satu hasil daripada perlembagaan Negara ini, jaitu M.P.R.S.
Dengan demikian Saudara2, maka Amanat jang saja berikan ini, saja anggap sebagai peresmian, pembukaan, Sidang Pertama M.P.R.S.
Moga2 Tuhan selalu memberkati kita.
Terima kasih
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/22/amanat-presiden-soekarno-2/
PADA PEMBUKAAN SIDANG PERTAMA M. P. R. S.
DI GEDUNG MERDEKA BANDUNG
PADA HARI PAHLAWAN 10 NOPEMBER 1960
……………………………………………………………
Dan sebagai tiap2 rakjat jang menderita, maka rakjat Indonesia ingin melepaskan diri daripada penderitaan itu. Dan dalam usaha untuk melepaskan diri daripada penderitaan itu, sekali lagi rakjat Indonesia menjalankan penderitaan2. Korbanan2 jang amat pedih. Untuk mengachiri pen-deritaan, rakjat Indonesia mendjalankan penderitaan. Ini tampaknja adalah satu paradox, tetapi paradox sedjarah, hisrorical-paradox. Penderitaan rakjat jang dilakukan oleh rakjat untuk melepaskan diri daripada penderitaan, sudah dikenal oleh kita semuanja. Dikenal olah kita semuanja dalam bentuk Pah-lawan-pahlawan jang gugur, jang mereka itu arwahnya pada ini hari kita peringati.
Dan Pahlawan2 yang gugur ini bukan sadja jang gugur sedjak kita memasuki taraf physical revolution didalam usaha kita untuk melepaskan diri kita daripada penderitaan, tetapi Pahlawan jang gugur, djuga sebelum adanja physical revolution kita itu, Pahlawan jang gugur dalam abad ke-17, Pahlawan-pahlawan jang gugur dalam abad ke-18, Pahlawan2 jang gugur dalam abad ke-19, Pahlawan jang jang gugur dalam apa jang kita namakan Gerakan Nasional, dan bukan sadja Pahlawan2 jang gugur, tetapi kita pada ini hari djuga memperingati semua Pahlawan2 daridjang telah menunjukkan kepahlawanannja diatas padang pelaksanaan Dharma Bhakti terhadap kepada Ibu Pratiwi.
Bukan sadja terbajang dihadapan mata chajal kita Pahlawan2 dari Sultan Agung Hanjokrokusumo, atau Pahlawan2 dari Untung Suropati, atau Pahlawan2 dari Trunodjojo, atau Pahlawan2 dari Sultan Hasanudin, atau Pahlawan2 dari Trunodjojo, atau Pahlawan2 dari Sultan Hasanudin, atau Pahlawan2 dari Pangeran Diponegoro, atau Pahlawan2 dari Teuku Tjiek Ditiro, atau Imam Bonjol, bukan hanya Pahlawan2 itu jang gugur dimedan pertempuran atau tidak gugur dimedan pertempuran, tetapi djuga Pahlawan2 kita didalam Gerakan Nasional, jang mereka itu bernama dan kita beri nama Pahlawan, oleh karena mereka telah mempersembahkan Dharma Bhaktinja serta kobanannja jang pahit-pedih diatas Persada Ibu Pratiwi.
Terbajang dimuka mata chajal kita, ratusan ribuan Pemimpin2 kita daripada Gerakan Nasional itu, jang telah meringkuk didalam pendjara. Terbajang dihadapan mata chajal kita, Pemimpin2 kita jang menderita pahit pedih, ditempat2 pembuangan. Terbajang dimata chayal kita, Pemimpin2 kita jang dengan muka bersenjum menaiki tiang penggantungan. Terbajang dimata chayal kita, Pemimpin2 kita jang menadahi pelor daripada squadron2 pendrelan2. Terbajang dimuka chayall kita, deritaan daripada rakjat kita jang untuk Perdjuangan itu mengorbankan segala2nja.
Ada jang mengorbankan suaminja, ada jang mengorbankan anaknja , ada jang mengorbankan harta-bendanja, ada jang mengorbankan isi-hati ketjintaan mereka jang mendjadi tiang daripada djiwa mereka itu. Pendek kata mengorbankan segala2nja, dan mereka ini Pahlawan pula.
——————————————————————————-
Djikalau Saudara2 membatja Undang2 Dasar 45 itu, njata djelas bahwa semangat daripada Undang2 Dasar 45 ini ialah apa jang diamanatkan oleh Rakjat didalam ia punja penderitaan jang berwindu-windu, berabad-abad. Maka oleh karena itu ada baiknja barangkalil saja batjakan lebih dahulu Preambule daripada Undang2 Dasar itu:
“Bahwa sesunggunja Kemerdekaan itu ialah hak segala Bangsa, dan oleh sebab itu maka pendjadjahan diatas
dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dan perdjoangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang bahagia dengan selamat-sentausa menghantarkan Rakjat Indonseia kedepan pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.Atas berkat Rahmat Tuhan Jang Maha Kuasa, dan didorongkan oleh keinginan luhur supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas — maka Rakjat Indonesia mennjatakan dengan ini Kemerdekaannja. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia, jang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonsia, dan untuk memadjukan kesejahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan Bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan Kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Indonesia itu dalam Undang2 Dasar Negara Indonesia jang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia
jang berkedaulatan Rakjat, dengan berdasarkan kepada ke-Tuhanan jang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan Kerakjatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusjawaratan Perwakilan serta dengan mewudjudkan satu Keadilan Sosial bagi seluruh rakjat Indonesia”.
Preambule ini Saudara2, saja ulangi lagi, mentjerminkan dengan tegas dan djelas: Amanat Pendeitaan Rakjat. Tjerminkan dengan djelas didalam kata-pembukaan ini, tiga kerangka sebagai jang saja utjapkan dalam pidato saja 17 Agustus 1959, jang kemudian terkenal dengan kata pidato Manipol.
Tiga kerangka, satu Negara Kesatuan, didalamnja satu masjarakat jang adil dan makmur, didalam rangkaian persahabatan dengan semua Bangsa didunia. Preambule ini Saudara2, dibuat dan dirantjangkan, kemudian disjahkan oleh Pemimpin2 kita sebelum kita mengadakan Proklamasi 17 Agustus 1945. Apa sebab, kataku tadi, oleh karena Pemimpin2 kita pada waktu itu semuanja merasa meng-emban Amanat Penderitaan Rakjat sehingga didalam Preambule ini ditjerminkan olehnja apa yang diamanatkan oleh rakjat dengan deritaanja itu, kepada kita semua. Tiga kerangka ternjata tertulis didalamnja. Dan bukan saja tiga kerangka ini, sebagai Saudara2 pun telah mengetahui, didalam Preambule ini telah tertjermin pula Dasar daripada Negara jang akan datang, dan jang kemudian datang, jaitu jang terkenal dengan nama Pantjasila.
——————————————————————
Saudara2, maka dengan Demikianlah Saudara2 sudah djelas, sebagai tadi saja katakan, pekerdjaan Saudara2 adalah berat mulia,— tetapi sebenarnja tidak terlalu berat, dan mulia,— malahan saja minta kepada Saudara2 jang mulia tetapi tidak terlalu berat. Saja minta kepada Saudara2 djanganlah bertele-tele, Saudara2.
Saudara2 tahu bahwa Konstituante, jang bersidang digedung ini bertele-tele, sehingga achirnja saja bubarkan Konstituante itu. Tetapi Saudara2 kemudian didalam gedung ini pula Depernas bersidang dan Depernas menebus, menebus noda, jang djatuh kepada tubuh bangsa Indonesia. Noda, oleh karena Bangsa Indonesia didalam Revolusi tidak boleh bertele-tele, padahal Konstituante bertele-tele, noda ini ditebus oleh Depernas, didalam waktu jang singkat Depernas telah menjusun ia punja pola. Oleh karena itu sebagai tadi saja njatakana saluut kehormatan kepada Depernas umumnja, chususnja kepada Ketuanja, Prof. Mr. Moh. Yamin.
Ingat Saudara2, sebagai tadi saja katakan, Pembangunan Semesta harus lekas berdjalan, garis besar haluan Negara harus lekas disjahkan atau diperkuat oleh Saudara2. Kita sudah memiliki Negara lima belas tahun lamanja, Negara memerlukan tegas haluannja, Pembangunan membutuhkan tegas garis2 besarnja. Segala alat perlembagaan jang tadi disebutkan oleh Saudara Ketua, baik M.P.R. maupun D.P.A., maupun Mandataris pada M.P.R. jang bernama Presiden, dengan ia punja pembantu2 pelaksanaan mandat daripada M.P.R. itu, maupun Lembaga jang telah saja adakan jang bernama Depernas, semua Lembaga2 ini tak lain tak bukan, hanjalah alat-alat Revolusi.
Meskipun Lembaga2 ini ditjantumkan didalam Undang2 Dasar 45, toh saja berkata Lembaga2 ini sekadar alat Revolusi, bahkan Undang2 Dasar 45 adalah alat Revolusi Saudara2, bahkan Negara adalah alat
Revolusi. Bahkan Negara adalah sekadar satu bagian sadja daripada Amanat Penderitaan Rakjatm, Negara itu adalah satu alat melaksanakan Amanat Penderitaan Rakjat, jaitu suatu Masjarakat jang Adil dan Maknur, satu hidup Merdeka, satu hidup Internasional jang bersahabat dan damai dengan semua bangsa. Saudara2 adalah alat2 Revolusi dan djanganlah Saudara2 bertele-tele, sebab sebagai tempo hari saja katakan kepada Konstituante, “ met of zonder Konstituante”,—dengan atau tanpa Konstituante, Revolusi berdjalan terus,. Perkataan itu saja ulangi kepada Saudara2, — “met of zonder M.P.R.S.”,— dengan atau tanpa M.P.R.S., Revolusi berdjalan terus, Revolusi berdjalan terus tanpa Presiden Soekarno. Revolusi berdjalan terus tanpa Kabinet Kerdja,— revolusi berdjalan terus “met of zonder D.P.A.”— Revolusi berdjalan terus “met of zonder D.P.R.G.R.— Revolusi berdjalan terus “met of zonder M.P.R.S.”
Oleh karena itu saja minta kesadaran tentang hal ini kepada Saudara2 sekalian, garis besar sadja Saudara tentukan, dan pekerdjaan Saudara2 dipermudahdengan sudah adanja Manipol dan USDEK. Garis2 besar pembangunan Saudara tentukan, sudah ada Pola Depernas,—mungkin sekali malahan saja beri tambahan bahan pertimbangan,—tentukan sekedar garis2 besar sadja didalam garis besar ini. Ada memang soal2 jang prinsipiil, misalnja dalam hal Pembangunan bagaimanakah sikap kita, terhadap kepada persoalan dan loan dari luar negeri, ini satu haljang prinsipiil, apakah kita membenarkan investement luar negeri dibumi Indonesia, atau kita sebagai sudah saja katakan prefeer loan diatas investement apakah pendirian M.P.R.S, tentang “Joint-Enterprise” ataukah tidak apakah M.P.R.S. akan mengatakan garis besar pembangunan harus dilaksanakan tanpa atau djikalau perlu “met joint-enterprise” dengan modal asing, bagaimana pendirian MPRS terhadap kepada persoalan “production sharing ”. “Production sharing”— bolehkah kita didalam usaha pembangunan kita mendjalankan politik “production sharing”—, ini adalah hal garis besar dan pokok, konsertir Saudara punja pikiran sekadar atas hal2 jang demikian itu, dan tidak memasuki soal2 jang demikian jang djlimet, apalagi soal angka2 Saudara. Ja, perlu Saudara menarik besar angka2, tetapi djangan sampai djlimet2. Sebab angka2 itupun datangnja dari siapa, dari mana dari manusia pula. Dari pada orang2 jang bekerdja disesuatu Biro, ia berkata bahwa angkanja buat itu sekian, angkanja buat itu sekian.
Saja minta Saudara2 djangan djlimet, tetapi sebagaimana saja katakan kepada D.P.R. tempo hari, dan djuga kepada Konstituante, tiap2 Dewan harus menginsjafi bahwa dia adalah alat Revolusi tiap2 Dewan djanganlah mendjadi tempat untuk berdebat sadja, tiap2 Dewan djanganlah mendjadi tempat sekadar mengutjapkan pidato2 sadja, tetapi saja mengharapkan daripada Dewan Perwakilan Rakjat, daripada Dewan Perantjang Nasional, daripada Konstituante tempo hari, supaja Dewan2 ini adalah Dewan2 jang menelorkan konsepsi2. Konsepsi2 bagaimana kita bisa memenuhi Amanat Penderitaan Rakjat. Jang diminta daripada Saudara2, dus jang diminta djuga daripada M.P.R.S., adalah konepsi. Saja minta kepada Saudara2 dan demikian pula Undang2 Dasar 45 tidak minta kepada Saudara2 Kedjlimetan, saja minta sekedar konsepsi. Undang2 Dasar 45 hanja meminta sekadar garis besar. Saja minta dus kepada Saudara2 individuil, supaja audara2 itu konseptor2, orang2 jang mengeluarkan tjipta, orang2 jang mengeluarkan rentjana baik politik maupun dilapangan pembangunan. Konseptor2 jang dikumpulkan didalam sidang besar jang bernama
M.P.R.S.
Ini Saudara2 pekerdjaan jang mulia, oleh karena memang tidak ada satu Bangsa baik menjelesaikan Revolusi tanpa konsepsi. Revolusi adalah realisasi daripada konsepsi. Dan tidakkah kita telah berulang2 berkata bahwa Revolusi kita belum selesai! Konsepsi masih diperlukan.
Adakah diantara Saudara2, seseorang jang berkata bahwa Revolusi kita sudah selesai, djikalau ada Saudara2 mengatakan bahwa Revolusi kita sudah selesai, taanja, tanja kepada Rakjat, sudahkah Revolusi kita selesai?
Tiap2 orang dikalangan Rakjat akan berkata, Revolusi kita belum selesai. Sebab apa jang diamanatkan oleh Rakjat didalam ia punja penderitaan jang sepedih-pedihnja, berabad-abad, berpuluh-puluh tahun jalah belum terpenuhi.
Oleh karena Amanat Penderitaan Rakjat ini belum terpenuhi, maka oleh karena itulah Rakjat berkata, Revolusi belum selesai.
Kita masih didalam Revolusi, dan masih melandjutkan Revolusi, dan Revolusi ini adalah sebagai tadi saja katakan, satu paradox untuk melepaskan diri kita daripada penderitaan, kita mendjalankan penderitaan2. Untuk melepaskan kita daripada perbudakan, kita mendjalankan perdjoangan melawan
perbudakan2 itu meskipun perdjoangan itu minta penderitaan.
Barangkali Saudara2 ada orang jang berkata, kena apa ini, Presiden selalu mengajak Pemimpin2 ber-Revolusi, ber-Revolusi, ber-Revolusi,— tidakkah sudah tjukup penderitaan dalam Revolusi itu? Tidakkah tjukup penderitaan, kena apa Presiden selalu mengandjurkan teruskan Revolusi, teuskan Revolusi, teruskan Revolusi, padahal tiap2 manusia mengetahui bahwa Revolusi adalah penderitaan, adalah korban mana perlu, adalah pemereasan tenaga, dengan belum tentu saat itu telah tertebusnja djandji daripada Revolusi itu?
Djikalau ada orang jang berkata demikian kepadaku, aku akan mendjawab: ,, Selama belum da seorang Ibu datang kepada saja, bahwa ia menjalahkan saja. Bahwa puteranja mendjalankan Revolusi, selama belum ada seorang Ibu menuduh kepada saja, bahwa saja membuatputeranja itu berdjuang, berdjuang, berdjuang
bahkan menderita, menderita menderita, bahkan berkorban, berkorban, berkorban, selama belum ada seoarang ibu jang berkata demikian kepada saja, saja akan tetap berkata: Revolusi Indonesia Belum selesai”.
Dan dalam hal itu saja ulangi lagi kepada Saudara2, Revolusi kita belum selesai. Saudara2 adalah alat Revolusi, bekerdjalah sebagai alat Revolusi, tjekatan, gesit, tjepat, oleh karena Rakjat me-nunggu2, Rakjat menunggu-nunggu akan salah satu hasil daripada perlembagaan Negara ini, jaitu M.P.R.S.
Dengan demikian Saudara2, maka Amanat jang saja berikan ini, saja anggap sebagai peresmian, pembukaan, Sidang Pertama M.P.R.S.
Moga2 Tuhan selalu memberkati kita.
Terima kasih
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/22/amanat-presiden-soekarno-2/
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
Tokoh-tokoh Sejarah
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
Tokoh-tokoh Sejarah
Amanat Presiden Soekarno ( 01)
Posted by
IWANCIANJUR1
Posted on
3:46 PM
with
No comments
Samentara President Chiang Kai Shek toelis sendiri soerat hiboeran bagi
Hoakiauw jang dibawa ka Indonesia oleh Doeta Istimewa Dr. Li Ti Tsun,
Presiden Soekarno dengen toelisan tangan sendiri menoelis amanat di atas
berhoeboeng sama kondjoeangannja Dr. Li. Amanat di atas ditoelis pada
sasoedanja Presiden Soekarno dan Ambassador Li bertjakep-tjakep koerang
lebih setengah djam lamanja
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/16/amanat-presiden-soekarno/
Sumber : http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/16/amanat-presiden-soekarno/
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
Tokoh-tokoh Sejarah Cianjur
,
{[['']]}
Label:
Indo
,
Jawa
,
Jejak Sejarah
,
SejarahRI
,
Tokoh-tokoh Sejarah Cianjur